PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Oleh. Firmansyah Gusasi

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN. dan lautan. Hutan tersebut mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

TINJAUAN PUSTAKA. terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

6 ASSESMENT NILAI EKONOMI KKL

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis serta memiliki potensi ekonomi bahkan pariwisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

1. Pengantar A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kawasan hutan mangrove dikenal dengan istilah vloedbosschen (hutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hutan mangrove adalah

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

Manfaat dari penelitian ini adalah : silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat

TINJAUAN PUSTAKA. didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove merupakan vegetasi yang kemampuan tumbuh terhadap salinitas air

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN km. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang menimpah baik dari

PERAN MANGROVE SEBAGAI KETERSEDIAAN MATERI PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove tumbuh di pantai-pantai yang terlindungi atau pantai-pantai

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sudut sosial, ekonomi, dan ekologis. Fungsi utama sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Sumberdaya hutan mangrove, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai penyedia sumberdaya kayu juga sebagi tempat pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan juga sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya, juga berfungsi untuk menahan gelombang laut dan intrusi air laut kearah darat. Ekosistem mangrove ini merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Kawasan ekosistem mangrove memiliki 3 fungsi utama yaitu (1). fungsi fisis meliputi pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah instrusi garam dan penghasil energi serta hara, (2). fungsi biologis meliputi sebagai daerah tempat bertelur dan sebagai asuhan biota, tempat bersarang burung dan habitat alami biota lainnya, (3). fungsi ekonomis meliputi sebagai sumber bahan bakar kayu dan arang, perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan kulit dan obat-obatan (Kordi 2012). Hutan mangrove menangkap dan mengumpulkan sedimen yang terbawa arus pasang surut dari daratan lewat aliran sungai. Hutan mangrove selain melindungi pantai dari gelombang dan angin merupakan tempat yang dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai juvenile dan larva ikan serta kerang (shellfish) dari predator (Cooper et al 1995). Hutan mangrove di Indonesia sekitar 8,6 juta hektar, terdiri atas 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar di luar kawasan hutan. Kerusakan hutan mangrove di dalam kawasan hutan sekitar 1,7 juta hektar atau 44,73 persen dan kerusakan di luar kawasan hutan 4,2

juta hektar atau 87,50 persen, antara tahun 1982-1993 telah terjadi pengurangan hutan mangrove seluas 513.670 ha atau 46.697 ha per tahunnya (Gunawan & Anwar 2005). Menurut Asian Wetland Bureau luas hutan mangrove Indonesia hanya tersisa 2,5 juta ha, dan untuk pemulihan fungsi hutan mangrove diperlukan rehabilitasi atau restorasi. Pentingnya dilakukan perhitungan nilai ekonomi kawasan mangrove bertujuan untuk memberikan gambaran nilai ekonomi total yang dikandung oleh ekosistem mangrove. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam aktivitas pemanfaatan yang akan dilakukan di kawasan mangrove tersebut. Dengan diketahuinya nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove ini, diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan kawasan mangrove. Dengan demikian, terjadinya pemanfaatan mangrove tidak memberikan dampak buruk dan degradasi mangrove di masa mendatang.

PEMBAHASAN Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan berkembang biak. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem Mangorove juga sebagai plasma nutfah (geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat Mangorove memiliki banyak manfaat baik bagi satwa liar maupun masyarakat pesisir pantai. Menurut Santoso dan Arifin (1998), hutan mangrove memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang diuraikan sebagai berikut : 1. Fungsi ekologis : Pelindung garis pantai dari abrasi, Mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan, Mencegah intrusi air laut ke daratan, Tempat berpijah aneka biota laut, Tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga, Sebagai pengatur iklim mikro. 2. Fungsi ekonomis : Penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan, obat-obatan), Penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit, pewarna), Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung, Pariwisata, penelitian, dan pendidikan. Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas, menurut Irwanto (2006) hutan mangrove juga memiliki manfaat biologis seperti : Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang.biak dari burung dan satwa lain. Sumber plasma nutfah & sumber genetik. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

Permasalah pada Ekosistem Mangrove Kerusakan mangrove dapat terjadi secara alamiah atau melalui tekanan masyarakat. Secara alami umumnya kadar kerusakannya jauh lebih kecil daripada kerusakan akibat ulah manusia. Kerusakan alamiah timbul karena peristiwa alam seperti adanya topan badai atau iklim kering berkepanjangan yang menyebabkan akumulasi garam dalam tanaman. Banyak kegiatan manusia di sekitar kawasan hutan mangrove yang berakibat perubahan karakteristik fisik dan kimiawi di sekitar habitat mangrove sehingga tempat tersebut tidak lagi sesuai bagi kehidupan dan perkembangan flora dan fauna di hutan mangrove. Tekanan tersebut termasuk kegiatan reklamasi, pemanfaatan kayu mangrove untuk berbagai keperluan, misalnya untuk pembuatan arang dan sebagai bahan bangunan, pembuatan tambak udang, reklamasi dan tempat pembuangan sampah di kawasan mangrove yang menyebabkan polusi dan kamatian pohon. Lokasi habitat mangrove yang terletak di kawasan garis pantai, laguna, muara sungai menempatkan posisi habitat tersebut rentan terhadap akibat negatif reklamasi pantai. Ekonomi dan Jasa Lingkungan Mangrove Mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut, mangrove membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove kaya akan nutrien, baik nutrien organik maupun anorganik. Rata-rata produksi primer mangrove yang tinggi dapat menjaga keberlangsungan populasi fauna perairan; ikan, kerang dan satwa liar. Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan pembesaran bagi beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga biasa disebut tidak ada mangrove tidak ada udang. Diantara jasa lingkungan ekosistem hutan yang menjadi isu penting adalah fungsinya dalam menyerap karbon. Karbon dioksida (CO 2 ) merupakan salah satu gas rumah kaca dan karena berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Fungsi dan nilai ekonomi serapan karbon tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan mangrove rehabilitasi berikut: Tabel 1. Potensi Serapan Karbon Dioksida Hutan Rehabilitasi Mangrove, Sulawesi Selatan

Potensi serapan CO 2 pada hutan mangrove strata I (umur 5 tahun) sebesar 18,65 CO 2 / ha/tahun cukup besar jika dibandingkan dengan yang terjadi pada hutan pinus. Tanaman pinus umur 5, 11, dan 24 tahun mengabsorsi masing-masing sebesar 10,53 ton CO 2 /ha/tahun; 21,09 ton CO 2 /ha/tahun; dan 14,76 ton CO 2 / ha/tahun. Hal ini dapat menunjukkan bahwa hutan mangrove ini pada kelas umur yang sama yakni 5 tahun dengan tanaman yang di darat mampu menyerap CO 2 dalam jumlah yang lebih besar yakni 10,53 ton/ha/tahun untuk hutan pinus dan 18,65 ton/ha/ tahun untuk hutan mangrove. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa nilai kompensasi yang dapat diperoleh dari hutan mangrove akan lebih besar jika dibandingkan dengan nilai kompensasi karbon tanaman di darat (Holidah & Saprudin, 2010). Manfaat Fauna Perairan Masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar kawasan hutan mangrove dengan jumlah hari efektif penangkapan per tahun 240 hari (8 bulan) dapat menjaring ikan dengan produksi 24.000 ekor/ha/tahun dalam luas efektif habitat ikan sekitar 60 persen dari luas kawasan hutan mangrove sehingga peran hutan mangrove terhadap hasil ikan ini sangat nyata dapat dinikmati oleh masyarakat setempat. Selain ikan, masyarakat juga mendapat hasil hutan mangrove dari tangkapan kepiting. Kepiting yang ditangkap oleh masyarakat dalam wilayah tangkapan sekitar ±0,2 ha dengan jumlah hari efektif kegiatan penangkapan per tahun adalah 240 hari (8 bulan) memanen sebanyak 3.000 kg/ha/tahun dengan harga kepiting Rp 15.000/kg, dimana luas efektif habitat kepiting sekitar 50 persen dari luas kawasan hutan mangrove. Potensi dan nilai ekonomi fauna perairan dalam ekosistem mangrove disajikan pada Tabel 2. Besar-kecilnya hasil jasa tidak langsung dan nilai manfaat hutan mangrove tersebut disebabkan oleh perbedaan luas daerah tangkapan, waktu yang digunakan untuk menangkap, dan nilai jual di pasar yang berbeda-beda.

Tabel 2. Potensi Hutan Mangrove sebagai Tempat Mencari Makan dan Daerah Asuhan Berbagai Jenis Biota di Sulawesi Selatan Selain memiliki manfaat langsung, hutan bakau juga memiliki potensi manfaat tidak langsung. Manfaat tidak langsung (Indirect Use Values) merupakan manfaat fisik dan biologis. Sebagai contoh, hutan mangrove memiliki manfaat sebagai peredam gelombang laut yang jika manfaat ini hilang, pemerintah harus menyediakan biaya khusus untuk pembuatan breakwater sehingga tidak terjadi intrusi air laut ke daratan. Manfaat pilihan dan manfaat keberadaan juga merupakan bagian penting dari hutan mangrove. Manfaat keberadaan dihitung menggunakan Contingent Value Method (CVM), sedangkan manfaat pilihan dihitung dengan mempertimbangkan manfaat keanekaragaman hayati yang ada di lokasi tersebut. Prinsip Konservasi Keterbatasan luas dan sebaran ekosistem hutan mangrove, fungsi dan nilai ekosistem mangrove yang tinggi bagi ekosistem lain, terutama ekosistem diperairan laut, pantai dan pesisir serta ekosistem daratan, telah melibatkan berbagai sektor untuk mengelolanya. Ekosistem mangrove dengan peran tersebut dikelola untuk dapat menunjang berbagai aspek pembangunan terutama di sektor ekonomi. Sektor yang mengelola konservasi dan pemanfaatan ekosistem mangrove diantaranya sektor kehutanan, pertanian, perikanan dan kelautan, pertambangan, perhubungan dan pertahanan keamanan. Dilain pihak telah terjadi degradasi ekosistem dan fungsi mangrove sehingga dalam pengelolaan pemanfaatan diperlukan upaya konservasi dan rehabilitasi guna mempertahankan fungsi tersebut. Karena tingkat kerusakan mangrove yang

berdampak pada pengurangan luas hutan mangrove, fungsi dan nilai manfaatnya sangat tinggi, perlu dirancang suatu penataan wilayah pengelolaan mangrove. Hal ini merupakan salah satu strategi pemulihan ekosistem untuk tujuan peningkatan pemanfaatannya oleh sektor-sektor yang membidangi berbagai aspek kelestarian dan pemanfaatan, seperti fungsi ekosistem mangrove yang mendukung produktivitas perikanan dapat dikelola oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan, sebagai sumber pangan oleh Kementerian Pertanian, dan fungsi lindung serta konservasi oleh Kementerian Kehutanan. Dengan demikian upaya pelestarian ekosistem, pemulihan fungsi dan manfaat mangrove terbagi ke dalam tanggungjawab masing-masing sektor yang mengelola wilayah pengelolaan mangrove tersebut. Pengembangan fungsi pemanfaatan dan konservasi yang ditata dalam wilayah pengelolaan perlu didukung dengan aspek hukum yang mengatur fungsi dan tanggungjawab serta kolaborasi pengelolaan antar sektor yang terlibat dalam pengelolaan manfaat maupun konservasi mangrove. Keterbatasan luas, tingginya nilai manfaat dan tingkat kerusakan serta banyaknya sektor yang terlibat mengharuskan adanya peraturan pemerintah khusus dalam pengelolaan mangrove. Peraturan dan penegakan hukum yang kuat diharapkan mampu membawa masing-masing sektor terkait untuk mengelola kawasan mangrove dengan prinsip konservasi agar nilai manfaat meningkat dan berkesinambungan. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan Mangrove Hutan mangrove selain bermanfaat bagi satwa liar yang ada di dalamnya juga bermanfaat bagi manusia di sekitar ekosistem tersebut. Manfaat yang didapat merupakan manfaat langsung dengan tanpa merusak ekosistem hutan tersebut. Berikut merupakan manfaat hutan mangrove bagi masyarakat : 1. Pengelolaan batik mangrove Proses pewamaan batik mangrove dikerjakan dengan alami. Untuk perebusan warna dilakukan selama 10 hari. Bahan-bahan pewamaan batik mangrove lebih banyak dari limbah mangrove, antara lain kaliptropis, bin taro, pah, bringtonia, helgua gimnoriva. Bahan pewamaan mangrove merupakan limbah pohon mangrove yang dibuat sirup namun masih bisa dimanfaatkan menjadi wama batik. Dari pewamaan ini kemudian diambil dengan canting.

2. Pengelolaan pakan berbasis buah mangrove Kelompok-kelompok perempuan dilatih keterampilan mengolah buah mangrove menjadi pangan/penganan berupa: pia mangrove, dodol, stick, cake, pudding, kerupuk dan keripik. Buah mangrove yang diolah menjadi bahan pangan terdiri dari jenis Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia spp, dan Sonneratia caseolaris. 3. Pengelolaan ekowisata mangrove Hutan mangrove juga memiliki potensi besar yang dapat dijadikan sebagai lokasi wisata. Ekosistem mangrove yang unik serta satwa yang beranekaragam seperti bekantan, monyet ekor panjang, dan berbagai jenis burung air merupakan daya tarik tersendiri dari ekosistem ini. Selain itu masyarakat juga bisa berwisata sekaligus membantu melestarikan lingkungan dengan ikut menjaga ataupun melakukan penanaman di sekitar hutan mangrove yang bersifat peduli lingkungan.

PENUTUP Upaya pemulihan hutan mangrove sangat diperlukan mengingat peran dan nilai kawasan mangrove dari aspek ekologi, ekonomi dan jasa lingkungan. Pengelolaan dan pelestarian mangrove yang terdegradasi dapat dengan cara merehabilitasi. Potensi ekologi yang mendukung nilai ekonomi hutan mangrove diantaranya adalah fauna laut yang menjadi sumber ekonomi masyarakat pantai. Jasa lingkungan yang diperoleh adalah nilai stok karbon pada tegakan, penghasil nutrisi bagi perairan pantai dan, habitat untuk pelestarian satwa liar. Peran dan keterlibatan masyarakat dalam restorasi ekosistem mangrove sangat penting. Daya tumbuh mangrove yang rendah, selain akibat gangguan hama dan manusia juga dari gangguan fisik perairan pantai. Guna mengatasi hal tersebut diperlukan keikutsertaan masyarakat dalam rehabilitasi yang dirancang dalam model silvofishery. Pengelolaan pada ekosistem mangrove ini dapat dilakukan secara berkala atau berkelanjutan jika melihat dari tiga aspek yang telah disebutkan di atas, yaitu people (aspek sosial), planet (aspek ekologis), dan profit (aspek ekonomi). Ketiga aspek ini sangat berkaitan karena tanpa mempertimbangkan planet dan people makan potensi hutan mangrove ini akan hilang begitu saja. Pemanfaatan hutan mangrove yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologi dan sosial tentu dapat melestarikan hutan ini bagi generasi mendatang.

DAFTAR PUSTAKA Cooper, J.A.G., T.D. Harrison, and A.E.L. Ramm. 1995. The role of estuaries in large marine ecosystems: examples from the Natal coast, South Africa. In: Okemwa, E. & Sherman, K. (eds) Large Marine Ecosystems, IUCN, Gland, Switzerland. Irwanto, 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat mangrove. www.irwantoshut.com. Diunduh pada tanggal 20 juni 2015. Gunawan, H dan C. Anwar. 2005. Analisis Keberhasilan Rehabilitasi Mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah. Info Hutan Vol. II, No.4 : 239-248. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Halidah dan Saprudin. 2010. Potensi dan Nilai Jasa tidak langsung hutan mangrove di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Info Hutan Vol. VII, No.1 : 21-30. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Kordi, M.G.H., 2012. Jurus Jitu Pengelolaan Tambak untuk Perikanan Ekonomis. Lily Publishers. Yogyakarta. Santoso N. dan H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia. Saprudin dan Halidah. 2012. Potensi Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Hutan Mangrove di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9 (3) : 213-219.