NOMOR: 1 7/PER/BP-BRR/IV /2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESI A,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Standar Audit SA 610. Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

2017, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang P

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

presiden REPUBLl K INDONESIA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR PERIKATAN AUDIT

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS

2013, No BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

/I; Nomor : 128KEPIBP-BRR/KPA/III/2007 TENTANG

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Komite Audit

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Internal Audit Charter

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR: 1 7/PER/BP-BRR/IV /2006 TENTANG PIAGAM SATUAN PENGAWAS INTERNAL BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA KEPALA BADAN PELAKSANA, Menimbang : a. bahwa pengendalian internal di Lingkungan Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara perlu dibangun, dijalankan, serta dipelihara dengan benar; b. bahwa untuk mengamankan pengendalian internal di Lingkungan Badan Pelaksana perlu dibentuk Satuan Pengawas Internal; c. bahwa untuk menjalankan tugas dan fungsinya perlu ditetapkan Piagam Pengawas Internal yang mengatur tentang peran, tanggung jawab, kewenangan, serta ruang lingkup Satuan Pengawas Internal; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pelaksana tentang Piagam Satuan Pengawas Internal Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4550); 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

- 2-3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja serta Hak Keuangan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara; 6. Keputusan Presiden Nomor 63/M Tahun 2005 tentang Pengangkatan Dewan Pengarah dan Dewan Pengawas serta Pejabat Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara; 7. Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara Nomor: 4/PER/BP-BRR/II/2006 Tentang Organisasi Operasional Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA TENTANG PIAGAM SATUAN PENGAWAS INTERNAL BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan

- 3 - Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya disebut BRR, adalah lembaga yang dibentuk dalam rangka percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana. 2. Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya disebut Badan Pelaksana BRR, adalah Pengelola dan Penanggung jawab kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana. 3. Satuan Pengawas Internal adalah unit khusus yang dibentuk Kepala Badan Pelaksana untuk melakukan pegawasan internal sehingga kegiatan Badan Pelaksana dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, ekonomis, dan kepatuhan terhadap kebijakan Badan Pelaksana serta kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II TUJUAN Pasal 2 Tujuan piagam Satuan Pengawas Internal ini adalah untuk menetapkan sifat, peran, tanggung jawab, status, serta kewenangan dari Satuan Pengawas Internal (SPI) dan menetapkan ruang lingkup kerjanya. BAB III PERAN SATUAN PENGAWAS INTERNAL Pasal 3 Ruang lingkup Satuan Pengawas Internal adalah untuk membantu Kepala Badan Pelaksana BRR memenuhi pencapaian tujuan organisasinya dan untuk menilai sejauhmana pemenuhan tanggung jawabnya dengan cara memberikan evaluasi secara independen atas kecukupan dan keefektifan pengendalian yang dibangun oleh manajemen BRR dalam rangka melaksanakan tugas Kedeputian Bidang dan Kesekretariatan. BAB IV TANGGUNG JAWAB KEPALA SATUAN PENGAWAS INTERNAL Pasal 4 Kepala Satuan Pengawas Internal bertanggung jawab menentukan ruang lingkup pekerjaan pengawasan internal, dan memutuskan saran-

- 4 - saran tindakan yang harus diambil berkenaan dengan hasil pemeriksaan ataupun temuan dari hasil pemeriksaan. Pasal 5 (1) Untuk melaksanakan tanggung jawab seperti diatur pada Pasal 4, maka Kepala SPI bertanggung jawab untuk: a. mengusulkan area-area yang memerlukan pemeriksaan yang akan dilakukan oleh SPI. b. meyakinkan bahwa fungsi pengawasan internal memperoleh: 1. dukungan dari pimpinan BRR; 2. akses langsung dan kebebasan untuk melaporkan secara langsung kepada Kepala Badan Pelaksana BRR. c. menelaah laporan hasil pemeriksaan internal dalam periode tidak lebih dari 2 (dua) minggu dan pengimplementasian rekomendasi yang disarankan. (2) Hal-hal yang diatur pada ayat (1) di atas tidak membatasi kebebasan SPI untuk melaksanakan pemeriksaan yang independen yang mereka lakukan dalam hal apapun. BAB V TANGGUNG JAWAB SATUAN PENGAWAS INTERNAL Pasal 6 SPI bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaannya dengan selalu tunduk pada standar Praktik Profesional yang ditetapkan oleh Pimpinan BRR. Pasal 7 SPI tidak bertanggung jawab terhadap aktivitas yang diauditnya dan staf SPI tidak bertanggung jawab terhadap operasi ataupun kendali terhadap satu prosedur operasi. Pasal 8 SPI harus dimintai pendapat terhadap adanya usulan perubahan sistem pengendalian internal yang signifikan serta implementasi suatu sistem baru serta harus memberikan rekomendasi terhadap standar kendali yang akan diimplementasikan. Pasal 9 (1) SPI tidak melakukan pengadministrasian prosedur pengendalian internal pada Bidang-bidang dan Kesekretariatan.

- 5 - (2) SPI tidak melaksanakan tugas-tugas yang bukan merupakan tugastugas pengawasan internal kecuali mendapat penugasan secara khusus dari Kepala Badan Pelaksana BRR. BAB VI HUBUNGAN DENGAN PEMERIKSA LAINNYA Pasal 10 (1) SPI akan mengkoordinasikan pekerjaan mereka baik dengan Satuan Anti Korupsi (SAK) maupun dengan Pemeriksa Eksternal. (2) Untuk memenuhi ketentuan pada ayat (1), SAK serta pemeriksa eksternal akan diberitahu aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pemeriksa internal dalam rangka untuk mengurangi duplikasi pekerjaan pemeriksaan. (3) Koordinasi sebagaimana diatur pada ayat (1) terpenuhi dengan: a. pertemuan berkala antara SPI dengan SAK dan/atau Pemeriksa Eksternal untuk mendiskusikan perencanaan pemeriksaan tahunan SPI; b. pertukaran management letters ; c. akses terhadap pendokumentasian sistem. BAB VII STATUS SATUAN PENGAWAS INTERNAL PADA ORGANISASI BADAN PELAKSANA BRR Pasal 11 SPI akan tetap independen terhadap semua manajemen lini maupun fugsional dan akan melakukan komunikasi langsung kepada Kepala Badan Pelaksana BRR. Pasal 12 Independensi SPI akan dijamin dengan hal-hal berikut: a. kebijakan yang gamblang bahwa SPI memiliki akses penuh pada setiap waktu terhadap semua catatan, harta, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan hal-hal yang sedang ditelaah. b. akses kepada dewan pengawas dan dewan pengarah. c. tidak berada pada kendali manajemen lini.

- 6 - Pasal 13 SPI bebas dari pengaruh-pengaruh yang akan membatasi, mendikte atau sebaliknya mempengaruhi pertimbangan terhadap isi dari laporan hasil pemeriksaan ataupun cara-cara yang menyebabkan SPI bekerja di bawah tekanan. BAB VIII RUANG LINGKUP DAN KEWENANGAN PEKERJAAN SATUAN PENGAWAS INTERNAL Pasal 14 (1) Tidak ada pembatasan terhadap pekerjaan SPI. (2) Staf SPI melaksanakan tugasnya dengan maksud untuk mendapatkan informasi ataupun penjelasan yang mereka perlukan untuk memenuhi tanggung jawab mereka kepada Kepala SPI. Pasal 15 Pekerjaan SPI normalnya akan termasuk namun tidak terbatas pada: a. penelaahan terhadap sistem yang dibangun oleh manajemen untuk meyakinkan kepatuhan pada kebijakan, perencanaan, prosedur, serta peraturan perundang-undangan yang dapat berpengaruh secara signifikan pada operasi dan penentuan apakah Bidangbidang dan Kesekretariatan telah tergolong patuh; b. penelaahan cara-cara pengamanan harta dan jika diperlukan verifikasi eksistensi harta-harta tersebut; c. penelaahan terhadap operasi atau program untuk meyakinkan apakah hasil telah konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan dan meyakinkan apakah operasi atau program telah dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan; d. penelaahan terhadap reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta cara-cara yang dipakai untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi tersebut. Pasal 16 (1) Pemeriksaan atas kepatuhan dilaksanakan setelah pengendalian internal telah dievaluasi. (2) Keseluruhan tujuan dari pemeriksaan kepatuhan adalah untuk mengekspresikan suatu pendapat berupa memadai (satisfactory), perlu penyempurnaan, atau tidak memadai kaitannya dengan pencapaian tujuan kendali masing-masing sistem yang signifikan. (3) Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Staf SPI berkenaan dengan audit kepatuhan adalah bahwa:

- 7 - a. audit atas transaksi-transaksi keuangan meliputi pengevaluasian atas kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan, serta instruksi; b. audit atas kebijakan dan kecocokan (propriety) dari keputusan administratif yang diambil oleh masing-masing Bidang dan Kesekretariatan dan c. melaporkan setiap hal yang timbul dari dan/atau berkaitan dengan audit yang menurut staf SPI perlu diungkapkan. Pasal 17 (1) Pengawasan Internal dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, kehematan, serta keefektifan proses manajemen dan mengevaluasi ketepatan, kecukupan, serta keefektifan pengendalian internal melalui: a. penilaian efektivitas operasi Bidang-bidang dan Kesekretariatan; b. penelaahan terhadap reliabilitas dan integritas dari informasi keuangan, operasi, dan manajemen; c. peyakinan sejauhmana harta serta kepentingan Bidang-bidang dan Kesekretariatan dikendalikan secara memadai dan dijaga dari kemungkinan kehilangan; d. penilaian tingkat kehematan dan efisiensi sumber daya keuangan, sumber daya manusia, dan sumber lainnya yang dimanfaatkan; e. pemantauan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan atas masing-masing program. (2) Pencapaian kehematan, efisiensi, dan efektivitas tergantung pada kecukupan pengaturan manajemen secara keseluruhan atas perencanaan, penganggaran, otorisasi, pengendalian, dan pengevaluasian terhadap penggunaan sumber-sumber daya. (3) Deputi, kepala dan Kesekretariatan bertanggung jawab terhadap pengimplementasian dan pemungsian aransemen manajemen secara keseluruhan. Pasal 18 (1) Tanggung jawab pemeriksaan kinerja adalah untuk mengkonfirmasi secara independen bahwa ukuran-ukuran tersebut memang ada dan efektif serta untuk melaporkan kepada Kepala Badan Pelaksana BRR tentang hal-hal tersebut. (2) Berkenaan dengan pemeriksaan terhadap aransemen manajemen secara keseluruhan pada Bidang-bidang dan Kesekretariatan, halhal berikut perlu mendapatkan perhatian:

- 8 - a. sistem perencanaan, penganggaran, otorisasi, pengendalian, dan pengevaluasian berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran, serta alokasi sumber daya; b. pengaruh dari keputusan-keputusan yang di luar kendali Bidang-bidang dan Kesekretariatan yang memberikan dampak negatif terhadap Bidang-bidang dan Kesekretariatan; c. ukuran-ukuran untuk meyakinkan manajemen yang tepat terhadap sumber-sumber daya Bidang-bidang dan Kesekretariatan; d. langkah-langkah khusus yang diperuntukan peningkatan kehematan, efisiensi, dan efektivitas atas aktivitas-aktivitas Bidang-bidang dan Kesekretariatan; e. penetapan yang pantas atas tanggung jawab, kewenangan, serta akuntabilitas; f. ukuran-ukuran untuk memantau hasil yang dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan, untuk meyakinkan bahwa kinerja yang tidak diharapkan diperbaiki secara tepat waktu; g. tujuan kebijakan memang ditetapkan dan keputusan atas suatu kebijakan diambil dengan otoritas yang semestinya; h. tujuan suatu kebijakan telah ditetapkan dan keputusan diambil dengan basis kecukupan, kepantasan, dan dapat dipercayainya informasi keuangan dan lainya serta apakah asumsi-asumsi yang mendasarinya telah diungkapkan; i. sasaran dan tujuan kebijakan yang ditetapkan begitu juga keputusan pada implementasian kebijakan secara jelas didefinisikan dan sejalan dengan prioritas BRR, dan semuanya diambil dengan otoriatas yang sesuai pada tingkatan yang sesuai; j. ada pertentangan berbagai sasaran dan tujuan kebijakan, atau antara metode yang dipilih dalam implementasi kebijakan tersebut. Pasal 19 (1) Suatu telaahan terhadap pengendalian Teknologi Informasi untuk mendapatkan suatu pemahaman atas lingkungan pengendalian guna mendukung penilaian risiko pemeriksaan dan untuk mendapatkan keyakinan bahwa pengendalian yang memadai atas Teknologi Informasi yang ada. (2) Bagian dari telaah pada ayat (1), dapat juga termasuk penelaahan terhadap pengendalian komputer dan aplikasi tertentu, pengendalian terhadap perubahan dalam sistem komputer, metode pengembangan sistem, prosedur back-up dan menemukan kembali

- 9 - (recovery), cara memperoleh kembali dikarenakan kegagalan, serta pengendalian fisik terhadap fasilitas komputer. (3) Pemisahan tugas selain yang diatur dalam prosedur manual, seperti prosedur yang terprogram atau password sebaiknya juga diperiksa. Pasal 20 (1) Deputi, Kepala Pusat Layanan, Kepala Pusat Perencanaan dan Sekretaris Badan bertanggung jawab terhadap pengidentifikasian dan pencegahan dari kecurangan. (2) SPI adalah pihak yang memiliki kualifikasi untuk membantu manajemen mengidentifikasi risiko utama atas kemungkinan terjadinya kecurangan yang dihadapi oleh Bidang-bidang dan kesekretariatan. BAB IX PERENCANAAN, PENGENDALIAN, PENCATATAN, DAN PELAPORAN Pasal 21 (1) SPI akan membuat perencanaan pengawasan internal tahunan untuk dimintakan persetujuan kepada Kepala Badan Pelaksana BRR. (2) Rencana tahunan ini akan menentukan ruang lingkup pekerjaan SPI selama setahun. (3) Perencanaan tahuan akan dibangun dengan mengacu pada strategi pekerjaan SPI jangka panjang, disiapkan sejalan dengan Bidangbidang dan Kesekretariatan, serta mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan Pelaksana BRR, dan menjadi bagian dari rencana strategik dan kegiatan BRR secara keseluruhan. Pasal 22 (1) Tujuan utama perencanaan SPI melingkupi: a. penentuan prioritas dalam rangka membangun cara yang paling efektif tetapi dari segi biaya paling menguntungkan dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan; b. penentuan arah dan kendali pekerjaan pemeriksaan; c. pemberian keyakinan bahwa perhatian terarah pada aspekaspek teknis pekerjaan pengawasan internal; d. pemberian keyakinan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan target yang telah ditentukan. (2) Langkah-langkah perencanaan pengawasan internal meliputi: a. pendefinisian tujuan-tujuan pengawasan internal;

- 10 - b. penempatan untuk diperhatikan perubahan-perubahan yang relevan dalam faktor-faktor legislasi dan lainnya; c. pemerolehan pemahaman yang komprehensif atas sistem, struktur, dan operasi; d. pengidentifikasian dan pengevaluasian risiko yang dihadapi oleh masing-masing Bidang dan Kesekretariatan; e. penempatan untuk diperhatikan perubahan-perubahan struktur ataupun sistem yang utama; f. penempatan untuk diperhatikan kekuatan dan kelemahan dalam sistem pengendalian internal; g. penempatan untuk diperhatikan perhatian dan harapan manajemen; h. pengidentifikasian area-area pemeriksaan berdasarkan unsurunsur dan bagian dari sistem; i. penentuan jenis-jenis pemeriksaan; j. penempatan untuk diperhatikan rencana pemeriksaan pemeriksa eksternal. (3) Perencanaan kerja operasional harus disiapkan untuk masingmasing penugasan pemeriksaan, termasuk; a. tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan; b. anggaran waktu dan alokasi staf; c. metode, prosedur, serta pengaturan pelaporan dan alokasi tanggung jawab. (4) Semua rencana pengawasan internal harus dibuat cukup fleksibel untuk merespon adanya perubahan-perubahan prioritas. Pasal 23 (1) Pengendalian terhadap individu penugasan diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan pengawasan internal tercapai dan pekerjaan dilakukan dengan efisien. (2) Untuk mencapai tujuan pengawasan internal sebagaimana disebut pada ayat (1), maka perlu adanya pendekatan pengawasan internal yang mapan dan dokumentasi yang sudah terstandar. (3) Kepala Satuan Pengawas Internal harus menjamin bahwa derajat pengendalian dan pengawasan yang diperlukan dilaksanakan. (4) Kepala Satuan Pengawas Internal harus membangun pengaturan untuk: a. mengalokasikan penugasan internal dengan memperhatikan tingkatan dan penguasaan staf SPI; b. meyakinkan bahwa staf SPI cukup memahami tanggung jawab mereka dan tujuan pengawasan internal;

- 11 - c. mengkomunikasikan ruang lingkup pekerjaan yang harus dilakukan serta menyetujui program kerja masing-masing staf SPI; d. menyiapkan dan mendokumentasikan kecukupan supervisi, telaah, serta petunjuk selama penugasan pengawasan internal; e. meyakinkan bahwa kertas kerja yang cukup disiapkan untuk mendukung temuan dan simpulan pemeriksaan; f. meyakinkan bahwa kinerja pemeriksaan internal sejalan dengan rencana SPI atau bila terdapat penyimpangan yang signifikan telah dijelaskan. Pasal 24 (1) Pekerjaan pengawasan internal harus dicatat karena: a. Kepala SPI harus merasa yakin bahwa pekerjaan yang dilimpahkan ke staf telah dilakukan secara semestinya, ini dapat dicapai dengan melihat pada kertas kerja rinci yang disiapkan oleh staf SPI yang melakukan pekerjaan; b. kertas kerja disiapkan, untuk referensi di masa yang akan datang, bukti atas pekerjaan yang dilakukan, rincian masalahmasalah yang dipecahkan, serta simpulan yang ditarik; c. penyiapan kertas kerja pemeriksaan harus mendorong setiap staf SPI untuk mengadopsi suatu pendekatan yang metodekal terhadap pekerjaan pemeriksaan; d. Kepala SPI harus menentukan secara spesifik dokumentasi pemeriksaan dan kertas kerja yang standar serta meyakinkan bahwa standar tersebut dipenuhi; e. Kertas kerja Pengawasan Internal harus cukup lengkap dan rinci untuk memudahkan seorang staf yang berpengalaman tanpa ikut dalam tugas pemeriksaan tersebut dapat selanjutnya meyakinkan diri dari kertas kerja pemeriksaan tentang pekerjaan-pekerjaan apa yang sudah dilakukan untuk mendukung simpulan yang ditarik. (2) Kertas kerja harus disiapkan sebagai suatu prosiding penugasan pemeriksaan sehingga rincian-rincian yang kritikal tidak terlewatkan dan masalah tidak dilihat melebihi kebutuhan. Pasal 25 (1) Tujuan utama sistem pengendalian internal adalah untuk: a. meyakinkan kepatuhan terhadap kebijakan dan arahan manajemen dalam rangka untuk mencapai tujuan; b. menjaga harta dan catatan-catatan;

- 12 - c. memberikan jaminan bahwa informasi adalah relevan, dapat dipercaya, dan berintegritas serta sepanjang memungkinkan pencatatan sudah lengkap dan akurat; d. memberikan jaminan kepatuhan terhadap statutory requirements. (2) Dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal, pengawasan internal harus memperhatikan pengaruh dari semua kontrol yang dimiliki pada setiap sistem atau pada sistem yang berhubungan. Langkah-langkah pemeriksaan atas sistem mencakup: a. pengidentifikasian parameter sistem; b. penentuan tujuan; c. pengidentifikasian kendali yang diharapkan untuk memenuhi tujuan pengendalian; d. penelaahan sistem dibandingkan dengan kendali yang diharapkan; e. penilaian atas kendali yang dirancang di dalam sistem dibandingkan dengan tujuan pengendalian; f. pengetesan pengoperasian kendali di dalam praktik; g. pemberian suatu pendapat atas tujuan pengendalian apakah sistem telah memberikan dasar yang mencukupi bahwa kendali berjalan secara efektif dan apakah kendali ini beroperasi secara semestinya di dalam praktik. Pasal 26 (1) Bukti pengawasan internal adalah informasi yang diperloleh staf SPI yang memungkinkan penarikan suatu simpulan dan darinya rekomendasi dapat dibuat. (2) Pengawasan internal harus menentukan bukti-bukti apa yang diperlukan dengan cara membuat pertimbangan kaitannya dengan tujuan penugasan pengawasan internal. Pertimbangan seperti ini akan dipengaruhi oleh ruang lingkup penugasan, signifikasi masalah yang akan ditelaah, relevansi dan kehandalan bukti-bukti, serta waktu dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkannya. (3) Pengumpulan dan penilaian terhadap bukti-bukti dalam penugasan pengawasan internal harus ditelaah untuk memberikan jaminan yang pantas bahwa simpulan ditarik atas dasar bukti-bukti yang cukup serta tujuan pengendalian internal dicapai. (4) SPI harus mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan untuk pencapaian tujuan penugasan pengawasan internal yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut: a. tingkat jaminan yang dibutuhkan; b. tujuan dan ruang lingkup penugasan pemeriksaan;

- 13 - c. skala aktivitas yang akan ditelaah dan derajat risiko yang ada; d. manfaat dan biaya yang terkait dalam mengumpulkan bukti; e. kehandalan bukti. (5) Relevansi bukti pengawasan internal harus dikaitkan terhadap tujuan dari penugasan pengawasan internal. Bukti-bukti yang handal dapat diperoleh melalui penggunaan teknik-teknik pemeriksaan yang tepat yang umumnya ditentukan di depan, tetapi dapat diperluas atau diganti selama penugasan. (6) Agar diperoleh kehandalan bukti, SPI harus cukup dengan sifat, luas, kecukupan, konsistensi, serta relevansi terhadap penugasan pengawasan internal dan dengan metode pengumpulan buktinya. Pasal 27 (1) Tujuan utama laporan pengawasan internal adalah untuk menyajikan pendapat kepada manajemen kecukupan sistem pengendalian internal dan menginformasikan kepada manajemen temuan pemeriksaan yang signifikan, simpulan, serta rekomendasi. (2) Tujuan dari setiap laporan pengawasan internal haruslah: a. menyampaikan dengan cepat kepada manajemen untuk mengimplementasikan rekomendasi guna adanya perubahan yang membawa pada penyempurnaan kinerja dan pengendalian; b. menyajikan suatu catatan formal hal-hal penting yang diketemukan dari penugasan pengawasan internal, dan jika diperlukan, adanya kesepakatan dengan manajemen. (3) Pengaturan laporan, termasuk format dan distribusinya, harus disepakati dengan manajemen. (4) Kepala SPI harus yakin bahwa laporan dikirimkan kepada Deputi/Sekretaris Badan yang memiliki tanggung jawab langsung atas unit yang diperiksa serta yang memiliki otoritas untuk mengambil tindakan pelaksanaan rekomendasi pengawasan internal. (5) Laporan pengawasan internal bersifat rahasia dan distribusinya, oleh karena itu harus dibatasi kepada Deputi/Sekretaris Badan yang perlu mengetahuinya, Kepala Badan Pelaksana BRR, Dewan Pengawas, serta Dewan Penasehat. (6) Kepala SPI harus menghasilkan laporan tertulis yang jelas, konstruktif, serta ringkas yang didasarkan pada bukti-bukti yang cukup, relevan, dan handal, yang: a. menetapkan ruang lingkup, tujuan, luas, serta simpulan penugasan pengawasan internal; b. membuat rekomendasi yang cocok dan relevan, serta diambil dari simpulan;

- 14 - c. mengungkapkan tindakan-tindakan yang diambil, atau diusulkan oleh manajemen. (7) SPI harus menyiapkan laporan-laporan untuk mengingatkan manajemen pentingnya pengendalian, atau bila ada alasan kuat akan terjadinya kecurangan atau pencurian. (8) Perhatian juga perlu diberikan pada pelaporan bila ada suatu perubahan yang signifikan dalam ruang lingkup penugasan pengawasan internal atau bilamana diperlukan untuk menginformasikan kemajuan pekerjaan kepada manajemen. Laporan yang sifatnya interim tidak menghilangkan kebutuhan pada laporan final. (9) Kepala SPI harus bertemu dengan manajemen untuk mendiskusikan temuan-temuan pemeriksaan selama dan pada saat penyelesaian pekerjaan lapangan untuk setiap penugasan pengawasan internal dan laporan tertulis yang formal harus disajikan kepada manajemen sesegera mungkin setelah pekerjaan lapangan usai. (10) Sebelum menerbitkan laporan final, pengawasan internal harus mendiskusikan isi laporan kepada tingkatan manajemen yang sesuai, dan mengirimkan draft-nya untuk mendapatkan konfirmasi keakuratan faktualnya. (11) Dalam hal Kepala SPI dan manajemen tidak sepakat terhadap isi faktual pada laporan pengasan internal, staf SPI harus menelaah situasi dan kalau perlu dibuat referensi tentang hal ini di dalam laporan final. Tidak seorang Deputi/Sekretaris pun dibenarkan untuk mengubah isi dari setiap laporan yang disampaikan oleh Kepala SPI kepada manajemen, tetapi dapat memberikan komentar. (12) Ini merupakan tanggung jawab manajemen untuk meyakinkan bahwa perhatian yang semestinya diberikan terhadap laporanlaporan pengawasan internal. Pengawasan internal harus mendapatkan keyakinan bahwa aransemen yang pas dilakukan untuk menentukan apakah tindakan telah diambil atas rekomendasi pengawasan internal atau bahwa manajemen telah memahami dan mengetahui risiko jika tidak mengambil tindakan seperti itu. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 28 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan dan/atau Keputusan Badan Pelaksana BRR.

- 15 - BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Banda Aceh Pada tanggal : 12 April 2006 KEPALA BADAN PELAKSANA KUNTORO MANGKUSUBROTO