2016 PERANG ENAM HARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah. Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

2015 DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA

A. Sejarah konflik Israel-Palestina

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar


BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya nanti Iran, Suriah, Lebanon adalah target berikutnya. Invasi

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB 1 PERANG DUNIA I

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

Hari Tanah Palestina

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

PERANG SAUDARA DI RUSIA

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

buku. Kalian dapat memfotokopi gambar tersebut sebelum menempelkannya. Setelah selesai, kumpulkan hasil kerja kalian kepada guru.

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lebih dikenal sebagai United Nations

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

4 Perubahan Geopolitik Timur Tengah Pasca Kelahiran ISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Al-Banna, Shofwan Palestine Emang Gue Pikirin. Pro-U Media. Yogyakarta. Hal Op. Cit. Hal 112.

Pemimpin harus bebas dari pengaruh dan penguasaan pihak lain, baik itu individu, kelompok, atau negara.

I. PENDAHULUAN. Konflik Hizbullah-Israel dimulai dari persoalan keamanan di Libanon dan Israel yang telah

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) berakhir, negara-negara di Dunia khususnya negara-negara yang berada dikawasan Timur Tengah dihadapkan pada suatu kondisi yang sulit. Hal ini dimulai dari kekalahan Kesultanan Turki Utsmani dalam PD I melawan Inggris, Prancis dan Rusia. PD I yang terjadi selama empat setengah tahun telah melibatkan 65 juta manusia dengan korban sebanyak delapan setengah juta orang (Iskandar. 1971, hlm. 165). Selain jatuhnya korban jiwa yang banyak, PD I juga telah berakibat pada terjadinya peralihan kekuasaan yang terjadi di wilayah Timur Tengah yang sebelumnya dikuasai oleh Kesultanan Turki Utsmani, pada perkembangannya beralih ketangan pemenang PD I. Hal tersebut memperlihatkan bahwa Timur Tengah dijadikan suatu kawasan yang diperebutkan oleh pemenang PD I untuk meluaskan dasar imperialis mereka. Timur Tengah adalah suatu kawasan yang membentang dari Mesir di ujung barat sampai Iran di ujung timur dan dari Turki di ujung utara hingga Semenanjung Arabia di ujung selatan (Sihbudi, 2007, hlm xxii). Setelah PD I berakhir, negara-negara di Timur Tengah dikusai oleh negara Inggris dan Prancis. Wilayah Palestina yang merupakan salah satu wilayah di Timur Tengah dikuasai oleh Inggris karena Palestina menjadi mandat dari Inggris. Sistem mandat dibentuk pada tahun 1919 dan diletakkan di bawah pengawasan Liga-liga Bangsa (League of Nation) (Rosli, 2012, hlm. 2). Tujuan dibentuknya sistem mandat yaitu untuk mengambil alih tanah jajahan yang sebelumnya dikuasai oleh pihak negara yang kalah dalam perang. Peralihan wilayah Palestina ke tangan Inggris bukan hanya berakibat pada munculnya Inggris sebagai penguasa baru atas tanah Palestina, tetapi juga berdampak pada harapan munculnya negara baru di Palestina. Keinginan tersebut muncul dari suatu bangsa yang ingin mendirikan satu negara merdeka di wilayah Palestina yang diklaim sebagai tanah leluhurnya. Bangsa tersebut adalah bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi berkali-kali mencoba mendirikan negara merdeka di 1

2 wilayah Palestina, namun mengalami kegagalan karena selalu mendapatkan perlawanan dari Kesultanan Turki Utsmani. Dikuasainya Palestina oleh Inggris, memberikan harapan besar bagi bangsa Yahudi untuk mendirikan suatu negara merdeka di wilayah Palestina. Lebih lanjut perkembangan pendirian negara bagi bangsa Yahudi didukung oleh pemerintahan Inggris. Seperti apa yang diungkapkan oleh Dipoyudo (1982, hlm 116-117) bahwa Dengan Politik kolonial Inggris yang didasarkan atas pengakuan bahwa bangsa Yahudi mempunyai suatu ikatan historis dengan Palestina dan atas perhitungan bahwa kedua masyarakat nasional itu akan dapat hidup berdampingan secara damai dan bekerja sama untuk membangun negri itu, Inggris mendukung usaha kaum zionis untuk mendirikan suatu kediaman nasional (national home) bagi umat Yahudi di negri leluhur mereka. Tindakan pemerintahan kolonial Inggris dalam upaya mendukung kaum zionis terbukti dari dikeluarkannya declaration balfour. Declaration Balfour berupa sepucuk surat yang ditujukan kepada Lord Rothschild. Isi kandungan surat itu antara lain menyatakan sokongan terbuka Inggris terhadap pembentukan negara Yahudi di Palestina yang dikeluarkan oleh Arthur James Balfour, yang nantinya berimplikasi pada masuknya imigran Yahudi dari Eropa Barat dan Timur ke tanah Palestina. Melalui Declaration Balfour jumlah orang Yahudi di Palestina semakin meningkat dan menyebabkan mereka mampu membina dan membentuk institusi-institusi mereka sendiri di wilayah Palestina. Berakhirnya PD I tidak berarti negara-negara di Dunia mencapai perdamaian, faktanya negara-negara di Dunia dihadapkan kembali pada berbagai konflik, sehingga terjadi Perang Dunia II (selanjutnya disingkat PD II). Pada akhir PD II negara-negara imperialis di Dunia mulai dihadapkan pada kondisi dimana mereka harus melepaskan mandat atas tanah jajahannya. Pada perkembangannya, diperlihatkan bagaimana negara-negara yang diberikan mandat mulai melepaskan mandatnya, salah satunya mandat Inggris atas wilayah Palestina. Kondisi tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Israel dengan langsung mendeklarasikan menjadi negara yang merdeka. Pada tanggal 14 Mei 1948 di Tel Aviv, pemimpin Yahudi yang dipimpin David Ben Gurion, ketua agen Yahudi memproklamasikan negara Israel (David, 2007, hlm 116). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Lenczowski (1993, hlm. 251) yang menyatakan bahwa

3 Pada 14 Mei 1948 Inggris secara resmi mengakhiri mandatnya atas Palestina, kemudian menarik pasukan terakhir dari negara ini. Pada hari yang sama dewan Nasional di Tel Aviv memproklamasikan negara Yahudi Israel. Beberapa jam kemudian presiden Truman mengakui secara de facto negara ini atas nama AS. Berdasarkan proklamasi yang dilakukan oleh David Ben Gurion yang diakui oleh presiden Truman maka negara Israel secara resmi sudah berdiri di wilayah Palestina. Israel berdiri tepatnya dipinggiran timur Laut Tengah. Di seputar negara yang mengaku sebagai tempat tinggal orang-orang Yahudi ini, ada sejumlah negara Arab. Di sebelah utara ada Lebanon, di timur ada Yordania dan Syria, di barat daya ada Mesir (Sihbudi dkk, 1995, hlm 102). Kemerdekaan Israel cukup banyak mendapatkan perhatian dari berbagai negara, terutama di kawasan Timur Tengah. Hal tersebut dikarenakan Israel berdiri menjadi negara merdeka di wilayah Arab Palestina yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Israel berdiri menjadi negara merdeka dikelilingi oleh negera-negara Arab, yang tentunya tidak menginginkan pendirian negara Israel di wilayah tersebut. Pada perkembangannya negara-negara Arab dengan negara Israel sering terjadi konflik hingga berujung pada peperangan. Serangkaian peperangan antara Arab dan Israel terus berlanjut sampai abad 21. Keduanya menganggap antara satu sama lain memberikan satu ancaman. Lebih lanjut secara historis sebelum terjadinya perang antara Arab dan Israel, pihak Arab sudah memprediksi betapa berbahayanya Israel bagi bangsa Arab. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hitti (2006, hlm. 969). Jika Perang Dunia Pertama memisahkan komponen Arab dari kesultanan Turki Utsmani, dan menuntun mereka pada pembentukan bangsa yang merdeka atau semi merdeka, PD II berdampak pada munculnya ancaman politik zionis yang dipandang oleh bangsa Arab dimanapun sebagai gerakan berbahaya. Hal tersebut terbukti setelah kemerdekaan Israel di wilayah Palestina, serangkaian peperangan kerap terjadi antara negara Israel dengan negara-negara Arab diantaranya Perang 1948. Perang 1948 merupakan perang pertama aliansi Arab berhadapan dengan negara Israel. Setelah mandat Inggris atas Palestina berakhir, pada tanggal 15 Mei 1948, negara-negara Arab menyerbu negara Israel untuk menghancurkan

4 kedudukannya, tetapi tidak berhasil (Dipoyudo, 1982, hlm. 118). Sebagai akibat dari kekalahan pihak Arab, rakyat Arab Palestina kehilangan wilayahnya. Selain itu rakyat Arab Palestina juga terpecah dalam berbagai kelompok, dan tersebar dibeberapa negara sebagai pengungsi. Hal tersebut diakibatkan karena sebagian wilayah Palestina telah dikuasai oleh Israel. Pada akhir perang Arab-Israel (1948-1949) Israel menguasai 20.780 km atau tiga perempat wilayah Palestina, sedangkan Tepi Barat Yordan termasuk sektor Timur Yerusalem seluas 5.606 km dikuasai dan dianeksasi Transyordania yang pada kesempatan itu dirubah namanya menjadi Yordania dan Jalur Gaza seluas 202 km diduduki tentara Mesir (Dipoyudo, 1982, hlm. 119). Kemenangan Israel pada Perang 1948, telah menjadikan negara Israel sebagai negara yang menguasai wilayah Palestina lebih luas dari apa yang ada dalam resolusi pembagian PBB. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan penduduk Arab khususnya penduduk Palestina yang gagal mencapai kemerdekaannya dan tersebar dimana-mana. Setelah Perang 1948 berakhir, negara Israel dan negaranegara Arab kembali terlibat pada suatu konflik yang berujung pada Perang Arab- Israel tahun 1956. Perang Arab-Israel tahun 1956 dikatakan sebagai perang kedua antara Mesir menghadapi Israel yang didukung oleh Inggris dan Prancis. Perang terjadi karena Mesir mencabut akses Israel terhadap Terusan Suez. Adapun keterlibatan Prancis dan Inggris dalam membantu suksesi perang bagi Israel disebabakan karena ketidaksukaan dua negara tersebut terhadap langkah Gamal Abdul Nasser untuk menasionalisasi Terusan Suez. Menurut sejarah Terusan Suez sudah ada di bawah pengawasan konsorium Perancis dan Inggris, yaitu Perusahaan Terusan Suez (Muhammad, 2013, hlm. 16). Keputusan Nasser untuk menasionalisasi Terusan Suez dengan begitu memiliki akibat yaitu mencabut hak keuntungan bagi Inggris dan Prancis. Akibatnya ketika Israel terlibat perang dengan Mesir maka Inggris dan Prancis membantu negara Israel dalam suksesi peperangannya. Perang Suez telah menelan korban sekitar 2.500 sampai 3.500 orang terutama orang Mesir (dalam Muhammad, 2013, hlm 3). Terlibatnya Israel dalam Perang Suez, telah membawa negara Israel kembali berhadapan dengan negara Arab yang diwakili oleh Mesir.

5 Perang Arab-Israel tidak terhenti ditahun 1948 dan 1956. Peperangan Arab- Israel juga berlanjut pada perang berikutnya yaitu Perang 1967. Perang 1967 sering disebut sebagai Perang Enam Hari, mengingat perang ini hanya terjadi selama enam hari. Perang tersebut terjadi dalam kurun waktu yang begitu singkat namun pasukan yang dikerahkan dari aliansi Arab sangatlah besar. Hal ini tidak berbanding dengan kuantitas militer yang dimiliki oleh negara Israel, tapi yang menjadi pemenang dalam Perang Enam Hari adalah negara Israel. Seperti apa yang diungkapkan oleh Findley (2006, hlm. 67) bahwa Perang 1967 adalah perang ketiga dalam konflik Arab-Israel, dan yang paling sukses bagi Israel. Israel meraih semua sasaran perangnya dan yang paling penting diantaranya adalah didudukinya seluruh tanah Palestina, termasuk Jerusalem Timur milik Arab, Semenanjung Sinai milik Mesir, dan Dataran Tinggi Golan milik Syiria. Atas kemenangan yang diraih negara Israel dalam Perang Enam Hari, sedikitnya menjadi sebuah kejutan. Dapat diperkirakan bahwa seharusnya negara Israel pada Perang 1967 tidak akan mampu menahan serangan aliansi Arab yang memiliki kuantitas militer lebih besar dibandingkan negara Israel. Kenyataannya dengan kuantitas militer yang jauh dibawah aliansi Arab, negara Israel mampu menjadi pemenang dalam Perang Enam Hari. Kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari telah menjadi perhatian Dunia. Situasi ini membuat kondisi negara Israel berada diatas popularitasnya sedangkan kondisi tersebut berbanding terbalik dengan negara-negara Arab yang mulai terlihat semakin lemah dimata Internasional. Kemenangan negara Israel pada Perang Enam Hari telah menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satunya pertanyaan akan persatuan aliansi Arab dibalik Perang Enam Hari yang bertujuan untuk kemerdekaan negara Palestina. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Handayani (2010, hlm. 16) bahwa sejak tahun 1948, a state of war terus berlangsung antara Israel dan sebagian besar negara-negara Arab, bahkan sampai sekarang dan sumber pokok dari konflik Arab Israel tersebut adalah masalah kemerdekaan Palestina. Sejalan dengan kekalahan ini, tentunya Nasionalisme Arab bisa saja dipertanyakan, mengingat bukan hal yang tidak mungkin jika kekalahan negara Arab disebabkan karena kurangnya Nasionalisme Arab.

6 Kemenangan Israel dalam perang juga dikaitkan dengan bantuan asing terhadap negara tersebut. Sebelum Perang Enam Hari terjadi, ada kecenderungan bahwa negara Israel berusaha mendekati Amerika Serikat agar ikut terlibat dalam perang menghadapi aliansi Arab sebagai pihak yang mendukungnya. Hal tersebut dapat terlihat dari ungkapkan Meir Amit yang pernah menjadi seorang ketua Mossad (dalam Eisenberg, Dan & Landau, 1986, hlm. 226) yang menyatakan bahwa kunci kemenangan dalam perang mendatang terletak dalam tangan Amerika Serikat. Lebih lanjut majalah TSM (1989, hlm. 71) menjelaskan bahwa dalam perang melawan Mesir tahun 1967 pemerintah Israel dan semua utusannya dikirim ke ibu kota negara besar salah satunya Amerika Serikat untuk berusaha mencari dukungan. Sejalan dengan pernyataan di atas telah memunculkan pertanyaan, khususnya akan kemungkinan terlibatnya Amerika Serikat dalam Perang Enam Hari. Bersamaan dengan itu muncul dugaan keterlibatan Uni Soviet dalam membantu aliansi Arab. Uni Soviet merupakan negara pesaing Amerika Serikat dalam memperebutkan pengaruh di Dunia pada saat Perang Dingin. Seandainya kedua negara tersebut ikut terlibat dalam perang, maka Perang Enam Hari mampu berbicara tentang permasalahan yang lebih kompleks karena melibatkan negara-negara adikuasa yang sedang memperebutkan pengaruh di Dunia pada saat itu. Beragamnya pertanyaan tentang faktor dibalik kemenangan militer Israel pada peristiwa Perang Enam Hari, mulai dari ada atau tidak adanya intervensi asing, sampai sejauh mana intervensi itu terjadi (jika asing ikut terlibat didalamnya) telah membawa ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji peristiwa Perang Enam Hari. Hal ini ditambah lagi dengan keinginan peneliti untuk memunculkan faktor sebenarnya mengapa negara-negara Arab dan negara Israel mengobarkan Perang Enam Hari. Peneliti merasa bahwa ada beberapa faktor lain dibalik terjadinya Perang Enam Hari, baik itu dari aliansi Arab maupun negara Israel yang tidak diungkap dalam beberapa literatur. Ketertarikan peneliti dalam mengkaji Perang Enam Hari lebih besar lagi khususnya yang menyangkut tentang stategi perang. Kemenangan Israel diperoleh karena beberapa faktor salah satunya yang paling penting dan tidak bisa dipungkiri adalah kejeniusan seorang pemimpin didalam menentukan strategi perang yang akan diaplikasikan dalam

7 peperangan. Pengkajian terhadap strategi perang dirasa penting oleh peneliti untuk melihat sejauh mana strategi militer Israel berkontribusi bagi kemenangan Israel. Strategi perang akan selalu memberikan pengaruh yang besar didalam menentukan suatu kemenangan, tak terkecuali kemenangan militer Israel dalam Perang Enam Hari. Peneliti menyadari bahwa sumber literatur yang membahas Perang Enam Hari cukuplah banyak, tetapi yang mengkaji tentang faktor dibalik kemenangan militer Israel khususnya strategi dalam perang tersebut, sejauh ini peneliti belum menemukannya. Selain itu sumber yang didapatkan kebanyakan memihak pada salah satu pihak, artinya sumber tersebut lebih condong terhadap persepsi ataupun pandangan salah satu pihak tertentu. Untuk membedakan peneliti dalam kajiannya tentang Perang Enam Hari, akan mencoba mengkajinya kedalam satu pandangan yang tidak akan memihak ke dalam salah satu pihak, sehingga penelitian ini akan berbeda dari beberapa literatur atau penelitian yang sudah ada. Berdasarkan permasalahan dan kesenjangan yang peneliti rasakan pada peristiwa Perang Enam Hari tahun 1967. Ketertantangan tersendiri bagi peneliti untuk menganalisisnya dalam kajian yang lebih komprehensip. Latar belakang Perang Enam Hari, strategi militer Israel, penyebab kemenangan Israel, sampai pada dampak Perang Enam Hari terhadap perubahan peta politik Israel di Palestina adalah cakupan pembahasan yang akan dikedepankan. Adapun pembahasan tersebut akan peneliti tuangkan dalam sebuah karya ilmiah skripsi dengan judul (Suatu Kajian Historis Mengenai Kemenangan Militer Israel dalam Menghadapi Aliansi Arab Tahun 1967). Hal tersebut dilakukan agar dapat memberikan khazanah ilmu pengetahuan bagi pembacanya terutama yang berkaitan dengan sejarah di kawasan Timur Tengah yang memang membutuhkan pengkajian yang relevan. 1.2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah Mengapa negara Israel dapat memenangkan Perang Enam Hari tahun 1967. Sedangkan untuk rumusan masalah dibatasi dalam beberapa pertanyaan berikut :

8 1. Bagaimana latar belakang terjadinya Perang Enam Hari tahun 1967 antara negara Israel dan aliansi Arab? 2. Bagaimana strategi yang diterapkan militer Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 menghadapi aliansi Arab? 3. Mengapa militer Israel mendapatkan kemenangan dalam Perang Enam Hari tahun 1967 menghadapi aliansi Arab? 4. Bagaimana dampak Perang Enam Hari tahun 1967 terhadap perubahan peta politik Israel di Palestina? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian mencangkup empat hal yaitu : 1. Menjelaskan mengenai latar belakang terjadinya perang Enam Hari tahun 1967 antara negara Israel dan aliansi Arab. 2. Menjelaskan strategi yang diterapkan militer Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 menghadapi aliansi Arab. 3. Menjelaskan penyebab kemenangan militer Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 menghadapi aliansi Arab. 4. Menjelaskan dampak Perang Enam Hari tahun 1967 terhadap perubahan peta politik Israel di Palestina. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan setelah adanya penelitian ini pada umumnya yaitu memberikan gambaran tentang peistiwa Perang Enam Hari tahun 1967 antara negara Israel menghadapi aliansi Arab. Pembahasan dimulai dari latar belakang Perang Enam Hari, strategi militer Israel dalam Perang Enam Hari, penyebab kemenangan militer Israel dalam Perang Enam Hari, sampai pada dampak Perang Enam Hari terhadap perubahan peta politik Israel di Palestina. Adapun secara khusus penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya : 1. Bagi Peneliti, dengan adanya tulisan ini selain sebagai suatu bentuk pengalaman dalam menempuh gelar sarjana SI, tulisan ini diharapkan menjadi pengalaman sekaligus bekal peneliti dalam membuat tulisan ilmiah lainnya. Selain itu peneliti berharap bahwa tulisan ini mampu memberikan sumbangsih

9 diantaranya sebagai sumber referensi atau pembanding bagi penelitian perang Arab-Israel yang lebih mendalam. 2. Bagi Para Mahasiswa, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa wawasan mengenai pergolakan di Timur Tengah khususnya tentang peperangan Arab-Israel yang terus terjadi sampai saat ini. 3. Bagi Departemen Pendidikan Sejarah, dengan adanya tulisan ini diharapkan mampu memperkaya penulisan sejarah, terutama sejarah perang maupun sejarah kawasan, khususnya kawasan Timur Tengah. 1.5. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi disesuaikan dengan struktur organisasi skripsi yang mengacu pada sistematika penulisan skripsi dalam pedoman karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014). Adapun penulisannya secara keseluruhan terbagai atas lima bab diantaranya : Bab I Pendahuluan. Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian yang menjadi dasar penulis sehingga tertarik untuk mengambil tema tersebut untuk dijadikan sebagai tema dalam pembuatan karya ilmiah berbentuk skripsi. Agar penelitian menjadi fokus dan tidak melebar didalamnya terdapat rumusan masalah yang diuraikan kedalam beberapa pertanyaan penelitian. Selain itu dalam bab I juga terdapat tujuan penelitian dan beberapa manfaat penelitian yang diharapkan muncul setelah adanya penelitian. Bagian selanjutnya adalah tentang struktur organisasi skripsi yang menguraikan mengenai urutan penulisan skripsi dari awal sampai akhir yang menjadi kerangka atau pedoman penulisan dalam skripsi. Bab II Kajian Pustaka/Landasan Teoritis. Pada bab ini penulis memaparkan mengenai sumber-sumber buku yang digunakan penulis sebagai bahan referensi yang dianggap relevan. Bab ini juga menyajikan tentang beberapa kajian atau beberapa penelitian terdahulu mengenai Perang Enam Hari. Selain itu dijelaskan juga uraian secara terperinci mengenai teori, pendapat fakar atau sejarawan yang berhubungan dengan fokus penelitian. Uraian materi-materi tersebut adalah informasi-informasi yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Selain itu dari hasil

10 kajian pustaka juga, akan diperoleh beberapa konsep dan teori yang tentunya konsep dan teori tersebut relevan dengan bahan penelitian yang dilakukan. Bab III Metodologi Penelitian. Pada bab ini menjelaskan langkah-langkah metode penelitian dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti didalam melaksanakan penelitian. Metode yang digunakan adalah metode historis. Penulisan historis adalah suatu usaha untuk menggali fakta-fakta, dan menyusun kesimpulan dari peristiwa-peristiwa masa lampau. Adapun tahapan atau langkahlangkah yang digunakan dalam penelitian adalah tahapan ataupun langkah yang memang lazim digunakan dalam penelitian sejarah. Adanya tahapan ataupun langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitiannya memiliki tujuan agar apa yang akan ditulis menjadi suatu tulisan yang utuh dan terhindar dari unsur subjektifitas yang sangat sulit untuk dihindari. Bab IV Strategi Militer Israel dalam Menghadapi Aliansi Arab Tahun 1967. Bab ini merupakan pembahasan dari penelitian sebagai jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada rumusan dan pembatasan masalah. Pada bab ini akan dijelaskan tentang peristiwa Perang Enam Hari. Pembahasan dimulai dari bagaimana latar belakang terjadinya Perang Enam Hari tahun 1967 antara negara Israel menghadapi aliansi Arab, bagaimana strategi yang diterapkan militer Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 menghadapi aliansi Arab, mengapa militer Israel mendapatkan kemenangan dalam Perang Enam Hari tahun 1967 menghadapi aliansi Arab, dan terakhir bagaimana dampak Perang Enam Hari tahun 1967 terhadap perubahan peta politik Israel di Palestina. Bab V Simpulan dan Rekomendasi. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan di dalam rumusan masalah. Didalamnya berisi mengenai interpretasi peneliti terhadap kajian yang menjadi bahan penelitiannya. Selain itu, bab V juga memaparkan mengenai penelitiannya yang bisa dijadikan sebagai bahan rekomendasi yang mungkin dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.