BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas

Perkembangan Sepanjang Hayat

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

SPESIALISASI UTAMA DALAM PSIKOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB II LANDASAN TEORI

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI


BAB IV GAMBARAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Orang lain capek bicara pada kita karena perubahan suasana hati, apa yang harus kita lakukan??

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, bahwa tujuan dari

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa. perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

KONSEP KENDIRI (Part 5)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN. disampaikan dalam kuliah IKD 2 oleh nurul aini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian pola asuh Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Menurut (Edwards, 2006), menyatakan bahwa Pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat. Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anak nya disebut sebagai pola pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, anak cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi beberapa perbedaan dalam pola asuh. Disatu sisi orang tua harus bisa menetukan pola asuh yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak 5

6 menjadi seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya (Jas dan Rachmadiana,2004). Setiap upaya yang dilakuakan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak meliputi: a. Perilaku yang patut dicontoh Artinya setiap perilaku tidak sekedar perilaku yang bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniru dan identifikasi bagi anak-anaknya. b. Kesadaran diri Ini juga harus ditularkan pada anak-anak dengan mendororng mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral. Oleh sebab itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku. c. Komunikasi Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan permasalahanya. 2. Faktor- factor yang mempengaruhi pola asuh Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah: (Edwards, 2006), a. Pendidikan orang tua Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

7 Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukkan bahwa pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Supartini, 2004). b. Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. c. Budaya Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya (Anwar,2000). B. Pola Asuh Otoriter Menurut Edwards (2006), pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.

8 Orang tua cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya bersamaan dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalau tidak mau menuruti apa yang diperintahkan orang tua atau melanggar peraturan yang dibuat orang tua maka tidak akan diberi uang saku. Orang tua cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anaknya. Orang tua ini juga tidak mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. 1. Faktor yang mempengaruhi pola asuh otoriter. Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek (Marfuah,2010). 2. Dampak pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), kemampuan komunikasinya buruk, kurang berkembangnya rasa sosial, tidak timbul kreatif dan keberanianya untuk mengambil keputusan atau berinisiatif, gemar menetang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan menarik diri. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang otoriter akan menghambat kepribadian dan kedewasaannya (Marfuah,2010). 3. Upaya dalam menyikapi pola asuh otoriter. Menurut Edwards (2006), Seharusnya orang tua mengajari anak-anak mereka dengan empat cara:

9 a. Memberi contoh. Cara utama untuk mengajari remaja adalah melalui contoh. Remaja sering kali mudah menyerap apa yang kita lakukan disbanding dengan apa yang kita katakana. Jika kita mengatakan untuk berbicara dengan sopan kepada orang lain, tetapi kita masih berbicara kasar kepada mereka, kita telah menyangkal diri kita sendiri. Perbuatan lebih berpengaruh dibandingkan dengan kata-kata. b. Respon positif. Cara kedua untuk mengajari remaja adalah melalui respon positif mengenai sikap mereka. Jika kita mengatakan kepada remaja betapa orang tua menghargai mereka karena telah mengikuti nasehat orang tua, mereka akan mengulangi sikap tersebut. c. Tidak ada respons. Orang tua juga mengajari remaja dengan cara mengabaikan sikap. Sikap-sikap yang tidak direspon pada akhirnya cenderung tidak diulangi. Dengan kata lain, mengabaikan perilaku tertentu bisa jadi mengulani perilaku tersebut, khususnya jika perilaku-perilaku tersebut bersifat mengganggu. d. Hukuman. Menggunakan hukuman yang relative ringan secara konsisten, seperti menghilangkan hak istimewa atau melarang kegiatan yang sedang dilakukan, bisa jadi cukup efektif dalam menghadapi sikap yang sulit dikendalikan. Namun bahkan hukuman ringan tidak boleh mengalahkan penggunaan pendekatan pengajaran yang lebih positif. C. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diterima oleh panca indra kemudian menyebabkan rangsangan pada syaraf sehingga diinterpretasikan oleh system syaraf dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan peran (Jalaludin, 1999). Persepsi merupakan bentuk dari perilaku manusia. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh

10 sebab itu, perilaku mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (Soekidjo, 2003). 2. Tahapan proses persepsi Menurut Jalaludin (1999), tahapan dalam proses persepsi seseorang adalah: a. Proses masukan Mulai terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan stimulasi atau suatu stimulus yang ditentukan baik oleh faktor dari luar maupun dari dalam manusia. b. Proses seleksi Menerima stimulus, manusia sangat terbatas, artinya manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus. Ia cenderung memberikan perhatian pada stimulus tertentu saja. Hal yang dapat mempengaruhi proses seleksi ini adalah faktor perhatian yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. c. Proses penutup Proses dimana stimulasi yang tidak bisa diproses kemudian dilengkapi oleh individu misalnya dengan menambah perhatian terhadap stimulus. 3. Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut Lawrence (1980), persepsi sebagai suatu bentuk perilaku dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu: a. Faktor predisposisi Faktor predisposisi antara lain pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh, kemudian sikap terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan, system nilai yang dianut

11 masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat sosial ekonomi. Selain itu, pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari juga akan menyebabkan terjadi perbedaan interpretasi. Dengan kata lain, apa yang kita lihat akan mempengaruhi apa yang akan kita rasakan di kemudian hari. b. Faktor pemungkin Faktor pemungkin yaitu ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan membuat seseorang dapat mempersepsikan terhadap suatu bentuk kebutuhan kesehatan terhadap dirinya maupun orang lain dalam bentuk yang berbeda-beda. c. Faktor penguat Faktor penguat yaitu factor yang menjadi penguat terhadap persepsi seseorang dengan adanya sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas kesehatan. D. Remaja Istiah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adoscere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menuju dewasa (Hurlock, 2004). Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Batasan usia tidak ditentukan secara jelas, tapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan saat pertumbuhan fisik hampir lengkap. Buku pediatric pada umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. WHO mendefinisikan remaja bila anak mencapai umur 10-19 tahun (Nancy, 2002). Pada masa tersebut seperti pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan fisik, mental maupun peran sosial.

12 Menurut Santrock (2003), ciri-ciri umum pertumbuhan fisikal remaja yaitu: 1. Empat Kurva Tumbuh Kembang Kurva tumbuh kembang meliputi kurva perkembangan umum (pertumbuhan aspek tulang dan otot), kuva reproduktif, kurva otak dan kepala, dan kurva kelenjar limfoid. Kebanyakan komponen pertumbuhan tulang dan otot, seperti tinggi dan berat badan, tumbuh mengikuti kurva umum, seperti halnya organ hati dan ginjal. Kurva pertumbuhan ini berubah secara bertahap pada awalnya lalu menanjak dramatis sekitar usia 12 tahunan, itu disebut sebagai lonjakan pertumbuhan ramaja. Tahap prapubertas dari perkembangan organ reprodutif seolah-olah tidak aktif, tetapi untuk tahap remaja kurvanya tampak lebih tajam dibanding dengan kurva tinggi dan berat badan. Kelenjar dan hormon yang mengontrol pertumbuhan tulang dan otot tidak sama dengan kelenjar dan hormon yang mengatur fungsi reproduksi. Perkembangan sistem tulang dan otot, bersama dengan kebanyakan organ lain, dikendalikan oleh kelenjar pituitari dan tiroid. Dilain pihak, pertumbuhan organ reproduktif diatur oleh hormon seks (androgen dan estrogen) yang menunjukkan peningkatan kegiatan yang tajam pada awal masa remaja. Kurva pertumbuhan yang ketiga menggambarkan perkembangan tengkorak kepala, mata, dan telinga yang lebih cepat matang dibandingkan dengan tubuh yang lain. Dan bagian atas kepala seperti mata dan otak tumbuh labih cepat dari pada bagian bawahnya, seperti rahang. Otak tidak tumbuh secara mulus dan sinambung, seperti halnya ada lonjakan pertumbuhan pada tinggi, berat badan, dan pertumbuhan seksual yang menandai pubertas, maka pertumbuhan otak pun mengalami lonjakan. Lonjakan pertumbuhan otak terjadi antara usia 2 dan 4, 6 dan 8, 10 dan 12, 14 dan 16 tahun. Selama masa lonjakan tersebut, otak diyakini bertambah besar ukurannya sebanyak 5 10%. Karena pembentukan sel

13 otak sebenarnya sudah selesai saat bayi lahir. Lonjakan pertumbuhan tersebut bukan karena terbentuknya sel baru, tetapi karena pertumbuhan yang terjadi dalam sel yang sudah terbentuk sebelumnya (Epstein, 1974; Toepfer, 1979). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurva Tumbuh Kembang Ada empat mekanisme yang diketahui berpengaruh terhadap kurva pertumbuhan, yaitu: faktor mencari sasaran atau penstabilan diri, kecepatan kematangan, pengaturan umpan balik, dan masa tubuh (Damon, 1977). Faktor mencari sasaran atau penstabilan diri dalam keadaan terhambat penyakit atau nutrisi yang buruk, pertumbuhan individu sering kali dapat kembali mencapai seharusnya, setelah kondisi negatife tersebut diatasi. Kekuatan pengaturan kembali kekondisi, semua ini diperkirakan memiliki dasar genetik. Kecepatan kematangan yang berbeda diketahui terjadi pada bagianbagian tubuh yang berbeda. Misalnya, kepala selalu lebih cepat berkembang dari pada badan, dan badan selalu lebih cepat matang dari pada anggota badan. Pengaturan berdasarkan umpan balik. Misalnya, sekresi kelenjar pituitari mempengaruhi berbagai kelenjar lain, seperti kelenjar tiroid dan kelenjar seksual. Sekresi kelenjar pituitari disesuaikan dengan tingkat hormon pada kelenjar lainnya. Saat sekresi kelenjar lainnya mencapai kadar yang tepat atau mamadai, kelenjar pituitari mengatur keluarannya agar tetap berada dalam keseimbangan yang sudah tercapai (Revelle, 1970; Frisch, 1991).

14 E. Fokus Penelitian Pola asuh otoriter Persepsi remaja tentang pola asuh otoriter Faktor yang mempengaruhi pola asuh Perkembangan remaja