HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT UNISMA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. perawat dengan keluarga pasien.oleh karena itu perawat harus. mempunyai bekal berkomunikasi dengan baik (Mubarak, 2009).

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Nurse s Therapeutic Communications is Related with The Patient s Satisfaction

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA ABSTRAK

PERANAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PENCABUTAN GIGI YANG BERUMUR 6-12 TAHUN DI PUSKESMAS NARAS TAHUN 2013

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KECEMASAN KELUARGA DI RUANG ICU RSTK-II KESDAM-IM BANDA ACEH COMMUNICATION THERAPEUTIC AND ANXIETY FAMILY IN THE ICU

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG ABSTRAK

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD ULIN BANJARMASIN

PENGARUH PENERAPAN METODE TIM TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI UNIT STROKE RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

BAB II TINJAUAN TEORETIS

SKRIPSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-PASIEN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN STRESS KERJA DENGAN TINGKAT EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

HUBUNGAN MEKANISME KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI IRNA I RSUD PROF. DR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN STROKE DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT DR. SOEPRAOEN MALANG ABSTRAK

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

Therapeutic Communication In Reducing The Levels Of Famillies Anxiety Whose Child Were Hospitalitation

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANGAN HCU RSU SELE BE SOLU KOTA SORONG

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OBAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

HUBUNGAN PERILAKU CARING DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG ABSTRAK

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG CENDANA II RSUD UNIT SWADANA PARE KEDIRI TAHUN 2008

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT GIGI DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI BP GIGI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM. Zulfikri *

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DENGAN PERAWAT KONTRAK BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) DI RSUD KRATON PEKALONGAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS

Hubungan karakteristik perawat dengan motivasi perawat dalam komunikasi terapeutik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

ejournal Keperawatan (ekp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

SKRIPSI HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTENSIF RSUD KABUPATEN BULELENG

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSJ GRHASIA YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGEMBANGAN KARIER PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

JURNAL PENGARUH KUALITAS CARING TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

Gunawan*, Noor Hidayah**, Yulisetyaningrum***

HUBUNGAN BEBAN KERJA, TINGKAT STRES DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI BANGSAL MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN TIMBANG TERIMA DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RS PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG ABSTRAK

RELATIONSHIP CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF COMMUNICATION WITH NURSES IN THE THERAPEUTIC INPATIENT

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS 3 DI RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2016

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015 ABSTRACT

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT UNISMA Elvina Goveia Leite 1), Farida Halis Dyah Kusuma 2), Esti Widiani 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang 3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Email : jurnalpsik.unitri@gmail.com ABSTRAK Pasien dan keluarga yang masuk rumah sakit akan mengalami perasaan cemas atau yang biasa disebut ansietas. Perawat dan tenaga medis lebih terfokus pada individu pasien dalam melakukan tindakan sehingga mengabaikan kecemasan pada pasien dan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Teknik sampling menggunakan total sampling dengan jumlah populasi sebanyak 30 responden. Pengujian penelitian menggunakan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian mendapatkan bahwa komunikasi terapeutik perawat kategori kurang baik (46,7%) dan kecemasan pada keluarga pasien kategori berat (60%). Hasil analisis Spearman Rank (Rho) nilai r sebesar 0,781 dan p-value 0,000 artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma yang bersifat sejajar searah (positif) dengan kekuatan hubungan yang kuat. Perawat direkomendasikan untuk menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat yaitu dengan mengikuti pelatihan komunikasi. Kata kunci : Komunikasi terapeutik, tingkat kecemasan keluarga pasien. 286

THE RELATIONSHIP OF NURSE S THERAPEUTIC COMMUNICATION WITH ANXIETY LEVEL OF PATIENT S FAMILY IN CRITICAL CARE UNIT OF UNISMA HOSPITAL ABSTRACT Patients that is admitted to the hospital and their family would experience anxiety. Nurses and other medical personnels will be more focuse in giving medical action on the individual patient, thus ignore the patient and family s anxiety. The purpose of this study was to determine the relationship of nurse s therapeutic communication and anxiety level of patient s family in Critical Care Unit of Unisma Hospital. This study design was cross-sectional. The sampling technique used total sampling with total population of 30 respondents. Statistical analysis used Spearman Rank. The results of this study reported nurse s therapeutic communication is in unfavorable category (46.7%) and the anxiety level of patient's family is in high category (60%). The results of Spearman Rank (Rho) showed r value 0.781 and p value 0.000. There was a relationship between nurse s therapeutic communications and anxiety level of patient s family in Critical Care Unit of Unisma Hospital. The nurses are recommended to accelerate their knowledge to improve the quality of nursing personal communications by following the training. Keywords : Therapeutic communication, anxiety level of patient s amily PENDAHULUAN Praktek keperawatan profesional perawat memegang tanggug jawab yang sangat besar di mana perawat dituntut untuk melaksanakan perannya selama 24 jam di samping pasien dan keluarganya. Pasien dan kelurganya yang masuk rumah sakit akan mengalami perasaan cemas atau yang biasa disebut ansietas. Perasaan cemas atau ansietas ini akan lebih jelas di temukan pada pasien dan keluarga yang masuk rumah sakit dalam Critical Care Unit atau Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit. Kecemasan pada keluarga dan pasien sering diakibatkan oleh ketakutan akan kematian, ketidakberhasilan medikasi dan komplikasi yang terjadi. Perawat dan tenaga medis lebih terfokus pada individu pasien dalam melakukan tindakan sehingga mengabaikan kecemasan pada pasien dan keluarga. Berdasarkan penelitian Wirawan (2008) tentang tingkat kepuasan pasien 287

dan keluarga terhadap asuhan keperawatan di RSUD Dr.Soetomo Jawa Timur diperoleh informasi hanya 17% yang mengatakan puas terhadap asuhan keperawatan yang diterimanya sedangkan 83% mengatakan tidak puas. Penelitian tersebut juga memberikan informasi bahwa keluhan utama adalah terhadap pelayanan perawat, sebanyak 80% perawat tidak mau berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, sebanyak 66,7% kurang perhatian dan 33% tidak ramah. Juga penelitian yang dilakukan Hj.Indirawati di RSU Haji Sukolilo Surabaya pada tahun 2007 bahwa kepuasan pasien dan keluarga terhadap komunikasi perawat 54,2% tidak puas, sebanyak 16,7% cukup puas dan 29,2% sangat puas. Data komunikasi perawat terhadap kecemasan keluarga pasien di RSU Djojonegoro Temanggung tahun 2009, ketidakpuasan keluarga pasien terhadap komunikasi perawat sebesar 86,30% dan kepuasan keluarga pasien terhadap komunikasi perawat sebesar 13,70%. Menurut SK MenKes No.660/Men-Kes/SK/IX/1987 yang di lengkapi surat edaran Dirjen Pelayanan Medik No.105/Yan.med/RS.Umdik/Rw I/88 tentang standar praktek keperawatan kesehatan di Rumah Sakit memenuhi kebutuhan dari komunikasi pasien adalah merupakan suatu standar intervensi keperawatan. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecemasan atau ansietas dalam diri keluarga selama pasien di rumah sakit salah satunya adalah komunikasi terapeutik perawat. Keluarga akan mengalami ansietas dan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit dan ini akan lebih jelas di temukan di unit perawatan kritis rumah sakit. Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak akan muncul secara tiba-tiba saat kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut harus dipelajari dan di latih terus menerus melalui kemampuan belajar mandiri, penyegaran dan pelatihan terutama berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang di perlukan. Selain itu, faktor-faktor penghambat komunikasi merupakan faktor yang dapat mengganggu atau sama sekali bisa membuat perawat tidak mampu berkomunikasi secara terapeutik. Solusi-solusi ini dapat dijadikan pilihan karena bertujuan membantu tenaga kesehatan profesional (termasuk perawat) memperbaiki penampilan kerja guna memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Peneliti melakukan wawancara di RS Unisma kepada delapan kepala keluarga dan menemukan kecenderungan yang terjadi pada hubungan interpersonal perawat dengan pasien dan keluarganya yang ditunjukkan dengan komunikasi antara perawat yang sering tidak terapeutik 288

saat berinteraksi dengan pasien dan keluarganya. Ada beberapa keluhan keluarga seperti ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil, adanya komplikasi yang terjadi, kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan mati, ketidakberdayaan untuk tetap atau selalu berada di samping orang yang di sayangi sehubungan dengan peraturan kunjungan yang ketat. Semua keadaan seperti ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana koping mekanisme yang digunakan menjadi tidak efektif pada akhirnya perasaan menyerah dan kecemasan akan mendominasi keluarga. Pada saat demikian, perawat kurang atau tidak dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif sehingga keluarga akan terus terpuruk dalam situasi yang demikian dan pada akhirnya asuhan keperawatan yang diberikan tidak akan tercapai dengan baik. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien yang dirawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma yang berjumlah 30 orang pada bulan Februari 2012. Sampel penelitian ini diambil secara total sampling. Kriteria sampel yaitu: 1) Keluarga pasien yang menginap di ICU minimal lebih dari 2 hari, 2) Bersedia menjadi responden, dan 3) Anggota keluarga yang selalu ada bersama pasien. Lokasi penelitian dilakukan di Unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma yang berlokasi di Jln. MT. Haryono No.139 Lowokwaru Malang.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2012.Variabel bebas penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat dan variabel terikat adalah tingkat kecemasan keluarga pasien.metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Coefisien Corelation Rank Spearman`s. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan komunikasi terapeutik perawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma Tahun 2012 Komunikasi f (%) Terapetik Perawat Baik Sedang Kurang Baik 3 13 14 10,0 43,3 46,7 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan komunikasi perawat yang didapat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma tergolong 289

kurang baik sebanyak 14 orang (46,7%). Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja dan merupakan tindakan profesional, akan tetapi jangan sampai karena terlalu sibuk bekerja dan terbawa oleh suasana ICU yang serba cepat maka kita melupakan pasien serta keluarga sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalah yang dialaminya. Baik buruknya komunikasi perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi lingkungan. Menurut pendapat Machfoedz (2009) kondisi lingkungan yang kondusif merupakan faktor pendukung yang positif bagi berlangsungnya komunikasi. Situasi yang ramah, nyaman, tetapi terganggu oleh suara gaduh tidak mendukung keberhasilan komunikasi.perawat berwenang mengendalikan suasana pada waktu pasien berkumpul di suatu ruangan untuk menunggu giliran pelayanan kesehatan. Ia harus bersikap tenang dan berbicara dengan jelas ketika menyampaikan informasi kepada klien atau keluarga. Karena itu diperlukan penataan suasana agar komunikasi dapat berlangsung efektif. Selain faktor kondisi lingkungan, faktor peran dan hubungan juga ikut berpengaruh. Menurut Machfoedz, (2009), komunikasi dapat berjalan lancar apabila kedua belah pihak telah saling mengenal. Dalam kondisi demikian, lawan komunikasi akandengan leluasa mengemukakan perasaan atau sesuatu yang dialami atau dirasakan. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit Unisma Tahun 2012 Tingkat Kecemasan f (%) Berat sekali Berat Sedang Ringan 3 18 6 3 10,0 60,0 20,0 10,0 Total 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan berat sebesar 18 orang (60%). Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa 67% responden terdiri dari perempuan. Perempuan akan mengalami kecemasan lebih tinggi 290

daripada pria dalam menghadapi suatu masalah karena perempuan lebih banyak menggunakan hati dan perasaan ketika menghadapi masalah tersebut. Menurut Suliswati dkk (2005) wanita akan mengalami insiden ansietas atau kecemasan dua kali lipat lebih besar dari pria. Selain itu, kecemasan juga dapat dipengaruhi oleh lamanya penginapan. Berdasarkan lamanya penginapan didapatkan bahwa 53% responden yang keluarganya menginap di unit perawatan kritis selama 3 hari dan keluarganya mengalami kecemasan berat. Semakin lama orang mengalami suatu masalah mekanisme koping dirinya akan semakin menurun dan kecemasan yang dialaminya akan semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat Freud (2003), ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman akan datang. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Adapun faktor-faktor lain yang kemungkinan berhubungan dengan kecemasan pada keluarga pasien di ICU Rumah Sakit Unisma yaitu: a) masalah ekonomi, keluarga pasien cemas akan biaya perawatan, b) munculnya rasa cemas dan ketakutan yang dialami oleh keluarga pasien yang dirawat di ICU Rumah Sakit Unisma oleh rasa takut akan perpisahan atau kehilangan. Hubungan antara Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien pada Pasien yang Dirawat di Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit Unisma Tabel 3. Distribusi frekuensi hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma Tahun 2012 Komunikasi Kecemasan Kurang Baik Sedang Baik f % f % f % Berat Sekali 3 10 0 0 0 0 Berat 0 0 13 43,3 5 16,7 Sedang 0 0 0 0 6 20 Ringan 0 0 0 0 3 10 Total 3 10 13 43,3 14 46,7 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa komunikasi baik menghasilkan kecemasan berat sekali sebanyak 3 orang (10%), komunikasi sedang menghasilkan kecemasan berat sebanyak 13 orang (43,3%), komunikasi kurang baik menghasilkan kecemasan berat 5 orang (16,7%), kecemasan sedang 6 orang (20%) dan kecemasan ringan sebanyak 3 orang (10%). 291

Tabel 4. Analisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma Tahun 2012 Variabel f r p 1. Komunikasi Terapeutik Perawat 2. Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien 30 0,781 0,00 Berdasarkan Tabel 4 didapatkan nilai p value sebesar 0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di unit perawatan kritis Rumah Sakit Unisma.Nilai korelasi Spearman s rho (r) sebesar 0,781 menunjukkan adanya korelasi sejajar searah (positif) dan nilai hubungan tersebut menandakan kriteria hubungan yang kuat. Adanya hubungan tersebut dikarenakan komunikasi perawat kurang baik sehingga menyebabkan kecemasan berat sebesar 60%. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya pasien serta keluarga mengalami perubahan dalam dirinya seperti kecemasan, ketakutan akan kematian, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi. Melalui komunikasi terapeutik dari perawat diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien serta keluarga. Menurut Mundakir (2006), komunikasi terapeutik tidak hanya untuk memberikan terapi pengobatan dan pemberian informasi, akan tetapi juga untuk membantu pasien dan keluarga memperjelas, mengurangi beban perasaan dan pikiran serta kecemasan yang dialami pasien dan keluarganya serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada. Selain itu juga komunikasi terapeutik perawat dapat mempererat hubungan atau interaksi antara pasien serta keluarga dengan tenaga kesehatan (perawat). Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien oleh karenanya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien.untuk mampu melakukan hal ini, perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya dengan leluasa. Menurut Abraham (2007), 292

komunikasi yang kurang baik dari perawat akan berdampak buruk diantaranya yaitu bisa menimbulkan kesalahpahaman antara perawat dengan pasien serta keluarga dan pasien serta keluarga merasa tidak puas, perawat sering menggunakan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya dan tidak komunikasi yang seperti ini membatasi pasien serta keluarga untuk memperluas percakapan atau menyatakan permasalahan mereka yang dihadapi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di Unit Perawatan Kritis Rumah Sakit Unisma dengan nilai p value 0,000 dan nilai Spearman s rho (r) 0,781 sehingga untuk mengurangi bahkan mencegah komunikasi perawat yang kurang baik maka perawat harus menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat yaitu dengan mengikuti pelatihan komunikasi sebagai salah satu upaya yang harus terus menerus dlaksanakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dan keluarganya serta harus selalu memberikan informasi tentang keadaan pasien kepada keluarga pasien. DAFTAR PUSTAKA Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Barjaniartha. 2008. Dasar-Dasar Komunika-si Terapeutik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Freud, Sigmund. 2003. Psikoanalisis. Jakarta: Graha Ilmu. Indrawati. 2009. Komunikasi Terapeutik. Bandung: AKG. Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan (KomunikasiTerapeutik). Yogyakarta: Ganbika. Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Northouse. 2005. Komunikasi Terapeutik, Teori dan Praktek. Jakarta: EGC. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prihanto, Luthfi. 2007. Hubungan Motivasi dengan Tingkat Kecemasan dalam Mengerjakan Proposal Skripsi pada Mahasiswa ProgramStudi Ilmu Keperawatan Reguler di 293

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Skripsi. Malang: Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Purwanto, Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta: EGC. Sarwanto.1990. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kesehatah Penuntun Praktis bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: ECG. 294