PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

ISSN Vol 2, Oktober 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK KELAS V SDN 01 KADILANGGON WEDI KLATEN. Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

KONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN ULAK KARANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

METODE. n = Z 2 P (1- P)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Una Zaidah,SE.,M.Kes Dosen Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ABSTRAK. Satiti Setiyo Siwi, S.S.T.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SIBOLGA TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

Transkripsi:

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN NON FULL DAY SCHOOL DI DESA TULAKAN KABUPATEN PACITAN NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun oleh: IMMA PUTERI HASYARI J 310 070 022 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN NON FULL DAY SCHOOL DI DESA TULAKAN KABUPATEN PACITAN Imma Puteri Hasyari J 310 070 022 Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Anak sekolah merupakan sasaran strategi dalam perbaikan gizi masyarakat dan merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik kualitasnya. Pada umumnya siswa yang sekolah di full day school orang tuanya berpenghasilan besar dan sibuk bekerja. Penghasilan yang besar memungkinkan untuk membeli bahan makanan yang bergizi, dengan demikian diharapkan status gizi anak sekolah full day school lebih baik dari pada sekolah non full day school. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi dan Karakteristik Keluarga pada siswa SD antara program full day school dengan SD non full day school di Desa Tulakan Kabupaten Pacitan. Desain penelitian observasional dengan pendekatan crossectional dengan jumlah 66 responden yang dipilih secara random sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Uji statistik menggunakan uji peredaan independen T-test. Berdasarkan karakteristik keluarga dari SD full day school orang tua responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebesar 39,4%. Pendidikan orang tua dari kedua responden baik SD program full day school SMP yaitu sebesar 51,5%. Penghasilan dari kedua responden baik SD program full day school tergolong sedang yaitu sebesar 45,5%. Responden full day school mempunyai status gizi normal yaitu sebesar 54,5%. Berdasarkan uji perbedaan dengan menggunakan independen T-test menyatakan tidak ada perbedaan antara status gizi antara anak yang bersekolah di SD program full day school dan non full day school. Berdasarkan uji perbedaan dengan menggunaka T-test menyatakan tidak ada perbedaan antara status gizi antara anak yang bersekolah di SD program full day school dan non full day school. Kata Kunci : Status Gizi, karakteristik keluarga, full day school, SD non full day school PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu investasi pembangunan yang hasilnya baru dapat dinikmati kemudian hari, baik oleh anak didik sendiri maupun bangsanya. Pendidikan adalah upaya manusia untuk mencerdaskan bangsa, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai dukungan, diantaranya status gizi anak didik yang lebih.lingkungan dan kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap status gizi. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Suhardjo, 2003). 1

Berdasarkan permasalahan kekurangan gizi Sari (2011), menyatakan bahwa malnutrisi yang terjadi pada usia sekolah mempengaruhi kesehatan, kebugaran, dan daya tangkap anak pada saat sekolah. Status gizi yang kurang akan berkontribusi terhadap menurunnya prestasi belajar anak. Penyebab malnutrisi pada anak usia sekolah ialah kurangnya asupan energi dan protein. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan atau kelebihan gizi, akan mempengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya. Nutrisi yang berpengaruh terhadap perkembangan otak, antara lain, adalah energi, protein, karbohidrat, dan lemak, sedangkan kelompok mikronutrien (vitamin dan mineral) yang berpengaruh ialah zat besi, yodium, dan zink. Masalah kesehatan juga dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Kedua faktor tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi pola asuh anak yang tidak memadai (Thaha, 2011). Upaya untuk mengatasi itu, adalah suplementasi dan perbaikan pola makan yang mencakup perbaikan kualitas makan di rumah, kantin sekolah, dan warung. Ada 4 pilar gizi seimbang bagi anak sekolah, yakni makanan bervariasi yang memadai secara kualitas dan kuantitas, pola hidup bersih dan sehat, upaya menjaga berat badan ideal, dan aktivitas fisik secara teratur. Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja (Thaha, 2011). Penelitian ini, penulis berfokus pada status gizi dan karakteristik keluarga pada siswa SD antara program full day school dengan SD non full day school di Desa Tulakan, Kabupaten Pacitan. Sistem full day di SD di Desa Tulakan, Kabupaten Pacitan dilaksanakan melalui pendekatan integrated curriculum dan integrated activity dengan pendekatan ini, maka seluruh program dan aktivitas anak di sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan ibadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan. Sistem ini diharapkan mampu memberikan nilainilai kehidupan yang islami pada anak didik secara utuh dan terintegrasi dalam tujuan pendidikan. Konsep pendidikan full day school adalah konsep "effective school," yaitu bagaimana menciptakan lingkungan yang efektif bagi anak didik. Konsekuensinya, anak-anak diberi waktu lebih banyak di lingkungan sekolah. Perpanjangan waktu inilah yang kemudian disebut full day school (sekolah sepanjang hari), karena siswa menghabiskan waktunya di sekolah hampir sepanjang hari diharapkan bahwa lingkungan luar sekolah tidak mempengaruhi peserta didik. Sekolah non full day school yang ada di Tulakan dilaksanakan seperti kegiatan di sekolah full day akan tetapi tidak ada pepanjangan waktu untuk kegiatan seperti belajar tentang keisalaman dan kegiatan lainnya, selain itu sekolah full day mendapatkan makan disekolah yang berupa snack dan makanan utama, sedangkan anak sekolah non full day memperoleh makanan dengan membeli dengan uang saku. Adanya penyediaan makan ini akan berpengaruh terhadap status gizi. Berdasarkan penjelasan tersebut 2

maka anak yang bersekolah di SD full day akan memperoleh nutrisi yang lebih baik karena asupan makannya diperhatikan. Anak Sekolah Dasar memerlukan gizi yang lebih untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan SD full day school (MIM Gasang Tulakan Pacitan) dan SD non full day school (SDN Jatigunung III Tulakan Pacitan). Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Febuari 2013. Pengumpulan data dilakukan 2 tahap, tahap pertama adalah dengan melakukan penimbangan dari anak, penimbangan dilakukan di sekolah masing-masing. Tahap kedua dilakukan dengan pengisian koesioner yang dibagikan kepada ibu anak dan kepada pihak sekolah. Sebelum melakukan pengisian kuesioner yang dibagikan, peneliti Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis menelitian Perbedaan Status Gizi dan Karakteristik Keluarga pada siswa SD antara Program Full day school dengan SD Non full day school di Desa Tulakan Kabupaten Pacitan memberikan petunjuk mengenai cara menjawab yang benar dan peneliti memberitahukan tujuan dan maksud dari pengisian kuesioner tersebut kepada responden. Analisa data menggunakan program SPSS 17. Analisa data meliputi analisis data diaskiptif dan analisis statistik.membuat frekuensi pada variabel yang diteliti. Data yang telah terkumpul dari penelitian disusun dalam tabulasi dengan prosentase yang telah dikelompokkan berdasarkan karakteristik keluarga (pendapatan, pendidikan dan pekerjaan orang tua) dan status gizi. Analisis ini data untuk mengetahui perbedaan dengan menggunakan uji independen T-test. HASIL PENELITIAN Karakteristik Keluarga Responen Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Jenjang pendidikan formal di pendidikan menengah, dan Indonesia berdasarkan Peraturan pendidikan tinggi. Berikut ini tabel Pemerintah RI No 66 tahun 2010 distribusi pendidikan orang tua terbagi menjadi pendidikan dasar, responden: Tabel 4. Distribusi Responen Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pendidikan Kategori Sekolah Orang Tua Full day Non full day school SD 10 16 30.3% 48.5% SMP 17 16 51.5% 48.5% SMA 6 1 18.2% 3.0% Total 33 33 100.0% 100.0% 3

Berdasarkan tabel distribusi pendidikan orang tua responden dapat diketahui bahwa anak yang bersekolah pada model belajar full day school orang tuanya berpendidikan SMP yaitu sebanyak 51,5%, sedangkan anak dengan model belajar non full day school sebanyak 48,5% orang tuanya berpendidikan SD dan SMP. Soetjiningsih (2002), menyatakan dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi maka dapat menerima segala informasi dari luar, terutama tentang cara pengasuhan yang baik dan menentukan kualitas pengasuhan. Jenjang pendidikan akan mempengaruhi pola pikir, sehingga akan meningkatkan pengetahuan. Karakteristik Keluarga Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pada penelitian ini pekerjaan dan wiraswasta. Berikut ini tabel orang tua dibagi menjadi empat distribusi pekerjaan orang tua kategori yaitu petani, swasta, PNS responden Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Kategori Sekolah orang tua Full Day Non full day school Buruh tani 11 19 33.3% 57.6% Wiraswasta 13 1 39.4% 3.0% PNS 4 1 12.1% 3.0% Swasta 5 12 15.2% 36.4% Total 33 33 100.0% 100.0% Berdasarkan tabel distribusi pekerjaan orang tua responden dapat diketahui bahwa anak yang bersekolah pada model belajar full day school sebagian besar orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebesar 39,4%, sedangkan anak yang bersekolah dengan model belajar non full day school sebesar 57.6% orang tuanya bekerja sebagai buruh tani. Pekerjaan orang tua mempunyai pengaruh terhadap status gizi anak. Orang tua yang bekerja sulit memperhatikan asupan makan anaknya. Peran ibu dalam perkembangan anak sangat penting, ini dikarenakan ibu harus memperhatikan asupan makan anak mulai dari penyusunan menu, pembelian dan pemberian makan yang baik pada anak. Pola asuh yang kurang baik akan menyebabkan anak tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang (Soegeng, 2004). Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua Tingkat penghasilan menentukan jenis dan jumlah pangan yang akan dibeli serta seberapa besar proporsi dikeluarkan untuk membeli pangan. Daya beli atau kemampuan keluarga untuk membeli pangan dipengaruhi dari penghasilan yang akan oleh penghasilan keluarga dan harga 4

pangan itu sendiri. Meningkatnya penghasilan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang hendak dibeli (Soekirman, 2000). Penggolongan penghasilan orang tua di kelompokkan menjadi 3 golongan yaitu rendah < Rp 1.000.000, sedang Rp 1.000.000 Rp 2.000.000 dan tinggi yaitu > 2.000.000. Berikut ini tabel distribusi penghasilan orang tua. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua Kategori Penghasilan Kategori Sekolah Full Day Non full day school Rendah 13 25 39.4% 75.8% Sedang 15 6 45.5% 18.2% Tinggi 5 2 15.2% 6.1% Total 33 33 100.0% 100.0% Berdasarkan tabel distribusi penghasilan orang tua responden dapat diketahui bahwa anak yang bersekolah pada model belajar full day school penghasilan orang tuanya tergolong sedang yaitu sebesar 45,5%, sedangkan untuk anak dengan model pembelajaran non full day school sebesar 75,8% penghasilan orang tuanya tergolong rendah. Status Gizi Anak SD Program Full day school dan Anak SD Non full day school. Status gizi dapat diartikan status gizi yaitu dengan sebagai suatu keadaan tubuh menggunakan indikator IMT sesuai manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi gemuk, normal dan kurus (Almatsier, 2002). umur yang dibedakan antara IMT anak laki-laki dengan perempuan. Berikut ini tabel distribusi status gizi anak SD program full day dan anak SD non full day school. Penilaian ini untuk menentukan Tabel 7. Distribusi Status Gizi Kategori Status Gizi Kategori Sekolah Full Day Non full day school Kurus 5 12 15.2% 36.4% Normal 18 17 54.5% 51.5% Gemuk 10 4 30.3% 12.1% Total 33 33 100.0% 100.0% 5

Berdasarkan table 7 distribusi status gizi responden dengan model belajar full day school sebesar 54.5% mempunyai status gizi normal, sedangkan untuk anak dengan model pembelajaran non full day school sebesar 51,5% mempunyai status gizi normal. Perbedaan Status Gizi SD Program Full day school dan Anak SD Non Full day school Status gizi merupakan kecenderungan bahwa anak yang keadaan kesehatan tubuh seseorang bersekolah di SD full day school atau sekelompok orang yang mempunyai status gizi yang diakibatkan oleh konsumsi dan tergolong lebih (gemuk). Penelitian penyerapan zat gizi makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi anak meliputi pola asuh ibu, penyakit infeksi, kurangnya asupan makronutrien dan mikronutrien, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian sehingga menjadi keterbatasan penelitian. Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi status gizi yang diteliti meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan status gizi anak yang bersekolah di SD program full day school mempunyai status gizi gemuk, sedangkan anak SD non full day school mempunyai status gizi kurus. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang bersekolah pada program full day school mempunyai asupan yang makan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak non full day school. Anak program full day school di sekolah mendapatkan makanan yaitu berupa makan siang dan snack selain itu juga mendapat bekal dari orang tuanya, sedangkan anak non full day school hanya memperoleh makanan yang berasal dari uang sakunya. Hasil uji statistik dengan menggunakan independen T-test menyatakan tidak ada perbedaan status gizi antara anak yang bersekolah di SD program full day school dan anak SD non full day school (p=0,267), walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan tetapi ada ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudesti dan Prayitno (2013) menyatakan tidak ada perbedaan antara status gizi anak SD unggulan dan SD non unggulan berdasarkan IMT menurut umur. Tidak ada perbedaan ini dikarenakan kedua responden mempunyai wilayah geografis yang masa, pendidikan orang tua yang tergolong baik yaitu sebesar 51,56%, pekerjaan orang tua juga tidak mempengaruhi status gizi karena pekerjaan orang tua dari kedua responden adalah sebagai buruh tani 46,87%. Pendapatan keluarga kedua responden tergolong rendah yaitu sebesar 59,37%. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap status gizi. Rendahnya pendidikan orang tua akan menyebabkan kurangnya pengetahuan. Pengetahuan yang kurang akan mengakibatkan kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan seharihari tidak sesuai, sehingga akan menyebabkan masalah gizi. Orang tua dengan pendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas, sehingga akan mudah menerapkan informasi yang didapat (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2003) menunjukkan adanya hubungan tingkat pendidikan dengan status gizi. Pendidikan dalam hal ini terkait dengan pengetahuan, terutama pengetahuan tentang 6

pemilihan bahan makanan. Ibu yang memiliki pendidikan rendah mempunyai prinsip dalam pemilihan bahan makanan yang penting mengenyangkan. Berbeda dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan yang seimbang dan dengan kebutuhan gizinya (Sulistyoningsih, 2011). Pendidikan ibu yang rendah bukan hambatan seorang ibu mendapatkan pengetahuan yang kurang. Kemajuan teknologi yang pesat ini mempermudah seseorang untuk mengakses informasi tentang gizi seluas mungkin dari berbagai media, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan gizi mereka (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian penghasilan keluarga anak dengan program sekolah non full day tergolong rendah yaitu kurang dari Rp 1.000.000. Penghasilan keluarga sangat mempengaruhi terhadap konsumsi makanan sehari-hari. Meningkatnya penghasilan memberi peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penghasilan yang rendah akan menyebabkan penurunan daya beli baik secara kualitas maupun kuantitas. Tingginya penghasilan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang gizi yang cukup, maka akan menyebabkan seseorang sangat konsumtif dalam pola makan seharihari. Orang yang memiliki sifat konsumtif lebih mementingkan selera dari pada aspek gizi (Sulistyoningsih, 2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fatimah dkk (2008) menyatakan bahwa tingkat sosial ekonomi merupakan faktor yang berkontribusi terhadap status gizi. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa penghasilan juga berpengaruh terhadap status gizi yaitu penelitian yang dilakukan Lutviana dan Budiono (2010) menyatakan bahwa penghasilan keluarga sangat mempengaruhi konsumsi makanan sehari-hari. Apabila penghasilan rendah maka, makanan yang dikonsumsi tidak mempertimbangkan nilai gizi, akan tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan orang tua anak sekolah program non full day adalah sebagai petani. Orang tua yang bekerja sebagai petani mempunyai kesempatan yang lebih banyak dalam pengasuhan anak karena tidak mempunyai ikatan waktu kerja. Orang tua yang bekerja akan berpengaruh terhadap kehidupan keluarga, terutama orang tua yang bekerja kantoran atau yang lainnya yang mempunyai ikatan waktu. Di satu sisi hal ini berdampak positif bagi pertambahan penghasilan, namun di sisi lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak. Perhatian terhadap pemberian makan pada anak yang kurang, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi, yang selanjutnya berpengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak dan perkembangan otak anak. Kesimpulan 1. Siswa SD program full day school sebagian besar orang tuanya berpendidikan SMP ( 51,5% ) sedangkan siswa non full day school sebagian besar berpendidikan SD dan SMP masing masing (48,5%), pekerjaan orang tua SD program full day 7

school sebagian besar wiraswasta (39,4%) sedangkan non program sebagian besar sebagai buruh tani (57,6%), (45,5%) penghasilan orang tua di SD full day school sebagian besar sedang, sedangkan di SD non full day school sebagian besar rendah (75,8%). 2. Status gizi anak program full day school dan non full day school mempunyai status gizi normal. 3. Berdasarkan uji perbedaan dengan menggunakan independen T-tes menunjukkan tidak ada perbedaan antara status gizi antara anak yang bersekolah di SD program full day dan non full day school. Saran 1. Orang tua dapat memperhatikan status gizi anak terutama anak yang masih nengalami masalah gizi kurang. 2. Bagi pihak sekolah dapat digunakan sebagai informasi dalam pendetensi status gizi awal dengan melakukan kerjasama dengan pihak dinas kesehatan, sehingga masalah gizi pada anak sekolah dapat terdeteksi. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Ali. 2006. Perbedaan Kadar Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Pantai dan Pegunungan di Kab. Polewali Mandar Tahun Ajaran 2005/2006. Polewali Mandar. Dinas Kesehatan Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta Depkes RI, (2007). Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Mewujudkan Keluarga cerdas dan mandiri. Jakarta Depkes. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Fatimah, S., Nurhidayah, I., Rakhmawati, W. 2008. Faktor- Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal. Vol 10 No. XVIII Maret 2008 September 2008 Hal 37 Huwae. 2005. Hubungan antara Status Gizi dan Kadar Hb dengan Prestasi Belajar Murid SD di Daerah Endemis Malaria (tesis yang tidak dipublikasikan), Program Sarjana UGM) Isdaryanti, C. 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. (tesis yang tidak 8

dipublikasikan), Sarjana UGM) Program Karsin, ES. 2004. Peranan Pangan dan Gizi dalam Pembangunan dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakara Kusumaningrum N.R., dan Wiyono V.H., Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu, Aktivitas Ekonomi Ibu dan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi Balita di Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, JPP; 3 (2):105 125, 2003. Lutviana dan Budiono, Prevalensi dan determinan kejadian gizi kurang Pada balita (studi kasus pada keluarga nelayan di Desa bajomulyo kecamatan juwana kabupaten pati), Jurnal Kemas, vol 5 (2): 165 172, 2010. Mayasari, D. 2011. Perbedaan Asupan Energi Protein, Frekuensi Jajan Di Sekolah dan Status Gizi Antara Anak Sekolah Dasar Penerima dan Bukan Penerima Program Makanan Tambahan Anak Sekolah. Semarang: Universitas DIponegoro. Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi. PT Bhatara Karya Aksara. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Sismanto. 2007. Awal Munculnya Sekolah Unggulan, Artikel Sari, Tirta P. 2011. Dampak Kekurangan Gizi pada Anak Usia Sekolah dan Upaya Penanggulangannya. Dalam http://dokterochi. blogspot.com/2011/ 01/roundtable-discussion.html. Sismanto. 2007. Menakar Kapitalisasi Full Day School. dalam http://mkpd.wordpress.com/200 7/05/21/menakar-kapitali-sasi- %E2%80%9 Cfull-dayschool%E2%80%9D/ Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Soegeng, dr. 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta Soekirman. 2000. Status Gizi Balita di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis. Jakarta LIPI. Jakarta Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC Suharjo. 2003. Gizi dan Pangan. Yogyakarta. Kanisius Sulstyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta. Supariasa, dkk. 2001. Penelitian Status Gizi, Jakarta: EGC. 9