BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Hilda Rahayu Pratiwi / , sedang menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2007). Remaja atau asolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik (Proverawati). Masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik dan pengalaman emosional mendalam. Pada saat yang sama, perubahaan sosial melainkan peran utama dalam masa remaja (Masland, 2006). Remaja memiliki tumbuh kembang yang berbeda,tingkat masa remaja ada beberapa hal Masa remaja awal (10-12 tahun), Masa remaja tengah (13-15 tahun), Masa remaja akhir (16-19 tahun), (Kusmiran, 2011). Menurut hasil sensus jumlah remaja di Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk di Indonesia (Sarwono, 2011). Remaja akan mengalami masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi. Masa remaja akan dikenal sebagai masa storm dan stress dimana terjadi pergolakan emosi yang 1

2 diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Laksamana, 2010). Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan (Laksamana, 2010). Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik yang cukup ramai dibicarakan di Indonesia sejak sekitar menjelang awal tahun 2000, antara lain sebagai dampak dari gencarnya penyelenggaraan pertemuan regional dan internasional yang membahas secara lebih cermat masalah-masalah kependudukan dan pembangunan. Masalah reproduksi menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif, mendorong berbagai pihak, baik pemerintah, perorangan, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar yang tepat atas masalah kesehatan reproduksi yang terjadi. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Remaja kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga menghasilkan generasi yang sehat (Proverawati, 2009).

3 Dalam kehidupannya, seorang wanita akan mengalami berbagai tahapan dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga tua. Puncak dari serangkaian perubahan-perubahan tersebut adalah mulainya seorang remaja putri mengalami menstruasi. Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami keputihan. Keputihan ini normal (fisiologis) selama jernih (beniing) tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan, bila cairan berubah menjadi kuning, bau dan disertai rasa gatal maka akan terjadi keputihan patologis. Keputihan adalah keluhan yang sering menyerang perempuan dan tidak mengenal usia. Sedangkan pengertian keputihan sendiri adalah keluaranya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis). Pada masa remaja akan mengalami perkembangan pada organ reproduksinya, organ reproduksi pada remaja pempuan akan lebih sensitive daripada laki-laki karena saluran reproduksinya lebih pendek (Kusmiran, 2011). Keputihan abnormal disebabkan oleh infeksi atau peradangan, ini terjadi karena perilaku yang tidak sehat dan tidak menjaga kebersihan alat genital nya. Contonya seperti, mencuci vagina dengan air kotor, menggunakan cairan pembersih vagina yang berlebihan, cara cebok yang salah, stress yang berkepanjangan, merokok dan menggunakan alkohol, penggunaan bedak tacum / tissu dan sabun dengan pewangi pada daerah kwanitaan, serta sering memakai atau meminjam barang-barang seperti perlengkapan mandi yang memudshkan penularan keputihan (kusmiran, 2011).

4 Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (Pratiwi, 2012) Akibat dari keputihan sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan dikarenakan terjadi penyumbatan pada salur tuba, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita dengan angka insiden kanker servik mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun yang bisa berujung dengan kematian (Iskandar SS, 2011). Sedangkan jumlah penderita kanker rahim dinegara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per tahun dan untuk penderita kanker rahim di Indonesia diperkirakan 90-100 per 100.000 penduduk (Nasdaldy, 2010). Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%. Untuk indonesia jumlah wanita sekitar 237.641.326 jiwa 75%. Penelitian di Sumatera utara sebanyak 37,4 juta jiwa menunjukkan 75% remaja mengalami keputihan, di kota Medan pada 2013 sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% pernah mengalami keputihan (www.blogspot.com,2013).

5 Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 79% wanita termasuk remaja putri di dunia pernah menderita keputihan, minimal sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia, 75% wanita mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya (Shadine, 2012). Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena negaara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang berumur 15-24 tahun yang termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu sekitar 31,8%. Hal ini menunjukkan bahwa remaja lebih beresiko mengalami keputihan (Egan 2011) Di Indonesia sekitar 70% remaja putri mengalami keputihan. Usia terbanyak adalah (16-20 tahun) sekitar 42%. Hal tersebut akan berkaitan erat dengan kondisi cuaca yang lembab sehingga wanita di Indonesia mudah terkena keputihan. Karena mudah terkena infeksi jamur. Keputihan tersebut cenderung disebabkan oleh minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama pada bagian organ genitalianya (Dechacare, 2010). Dari berbagai penelitian 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa infeksi saluran kemih (ISK), Human Papiloma Virus (HPV), disebabkan karena kurangnya pengetahuan seorang wanita pada saat keputihaan sehingga virus tersebut akan berkembangbiak dalam organ kelamin wanita dalam kondisi lembab (Proverawati 2009). Masalah fisik yang timbul dari kurangnnya pengetahuan

6 tentang personal hygiene beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih (ISK) (Proverawati, 2009). Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (pratiwi, 2012). Faktor-faktor yang memicu berkembangnya PHS antara lain karena pengetahuan yang rendah, apalagi remaja yang secara biologis servik-nya belum matang. Karena berada dalam masa peralihan, maka pada remaja sering ditemukan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan tumbuh kembang tubuhnya. Terutama dalam hal ini adalah organ reproduksi yang memberi dampak besar terhadap kehidupan remaja di masa datang. Terlebih pada remja putri yang memang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan bentuk dan fungsi tubuh yang sangat istimewah dan juga sangat rentan terhadap gangguan dari luar, dalam hal ini Infeksi pada Saluran Reproduksi (ISR) dengan gejala yang umum adalah keputihan (Pratiwi, 2012) WHO menyatakan bahwa 5% remaja didunia terjangkit PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat 1 dari 8 remaja

7 penelitian yang dilakukan dibagian Obgya RSCM, diperoleh data tahun 2005-2010 sebanyak 2% (usia 11-15 tahun), 12 % (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja mengalami keputihan karena tidak mengetahui cara menjaga kebersihan alat genitalnya (Gay dkk., 2010). Gejala keputihan yang dialami oleh remaja puteri berumur 15-24 tahun, sesuai dengan data (SKRRI, 2010), dalam 12 bulan terakhir menunjukkan pada remaja tersebut cukup banyak sekitar 31,8%. Ini menunjukkan remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patologis, (SKRRI, 2010). Berdasarkan penelitian Julianti (2010) pada remaja putri SMUN 16 Medan, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan bahwa ditemukan 46,7% tidak mengetahui pengertian keputihan dan distriibusi frekuensi yang menjawab sikap positif 73,3%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aprisia (2013) di SMAN 3 Medan remaja dengan pengetahuan baik tentang keputihan 74,6% dan sikap positif sebanyak 78%. Begitu juga di Indonesia, perilaku sehat pencegahan keputihan patologis masih perlu diperhatikan. Berdasarkan penelitian di dusun serba jadi Kecamatan Natur Lampung selatan tentang kebersihan organ reproduksi dalam mencegah keputihan dari 69 responden, yang memiliki kategori baik 25,86%, cukup 67,24%, dan kategori kurang 6,8%. Vivi (2011) tentang gambaran prilaku kebersihan vagina terhadap pencegahan keputihan remaja putri di SMAN 2 Medan, pengetahuan baik 11,5%, sedang 57,8%, dan cukup 30,7%. Berdasarkan survey awal pada bulan Febuari 2015 di SMA Sutomo 2, 10 siswi ada 7 orang yang menyatakan kurang memahami masalah keputihan dan tidak adanya penyuluhan kesehatan reproduksi mengenai keputihan dari petugas

8 kesehatan. Seluruh siswi bersikap malu-malu jika membicarakan tentang kesehatan reproduksi terutama tentang cara merawat alat reproduksi yang baik, jika ada masalah keputihan mereka enggan untuk memeriksakan diri kepuskesmas dan para siswi kurang memperhatikan kebersihan organ genital nya dengan alasan tertentu. Dari 10 orang remaja, 5 orang remaja ditemukan merasa bingung, belum mengerti cara membersihkan atau merawat alat kelamin/alat reproduksi, 3 orang mengatakan sudah mendapat informasi tentang keputihan dan perawatan alat kelamin baik dari orang tua, maupun buku-buku. Yang lebih memprihatinkan 2 orang masih belum memahami bahaya dari keputihan dan tidak mengerti bahwa keputihan berlebih bisa menyebabkan kanker. Dari 10 orang siswi ditemukan juga mengakui masih lebih suka menggunakan celana dalam ketat dengan alasan tertentu. Masih ada 4 siswi juga ditemukan mengganti pembalut hanya pagi dan malam hari saja pada saat menttruasi. Dari uraian di atas, tingkat pengtahuan remaja tentang tentang personal hygiene genital masih kurang, dan cara menjaga kebersihan organ genital untuk mencegah keputihan perlu dikaji lebih dalam, untuk itu perlu diadakan suatu penelitian yang mengkaji tentang masalah tersebut dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut; apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap

9 personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di Sma Sutomo 2 Medan. 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui karakteristik remaja putri (umur, kelas, tempat tinggal) tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 2. Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 3. Untuk mengetahui sikap personal hygiene remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan keputihan di SMA sutomo 2 Medan tahun 2015 5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 6. Untuk mengetahui hubungan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan sikap personal hygiene di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

10 1.4.Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak : 1. Bagi SMA Sutomo 2 Medan Untuk memberika informasi tentang keputihan khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat genital sehingga tidak terjadi keputihan kepada siswi SMA Sutomo 2 Medan. 2. Bagi Mahasiswi FKM USU Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan. 3. Bagi peneliti Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera utara dan merupakan pengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah.