2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan menyimak dan kemampuan membaca disebut aspek reseptif atau. produktif atau aspek penggunaan (Danasamita 2009:76).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Hayanah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. cukup meningkat. Hal ini, didasarkan akan kebutuhan masyarakat akan. pentingnya bahasa asing itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu pilihan bahasa asing yang dipelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desi Siti Nuraeni,2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Menurut Haviland (dalam Fahrin, 2012), bahasa adalah suatu

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memahami bahasa masing-masing pun semakin tinggi. Oleh karena itu, wajar jika

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

2015 METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (SAKUBUN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Perancis kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik, karena komunikasi yang baik di tunjang oleh kemampuan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dunia global terus menerus berubah seiring dengan berubahnya perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam pembelajaran bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jihan Ade Daties, 2013

PENGGUNAAN TEKNIK SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA PRANCIS

2015 PENERAPAN TEKNIK READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TINGKAT DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tetapi siswa harus berperan aktif mencari sumber-sumber lain supaya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antar bangsa, sebagai anggota masyarakat bahasa. Selain bahasa ibu, bahasa asing

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indriyani Hargesta, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca dalam pembelajaran bahasa termasuk ke dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. penting karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan dipelajari oleh berbagai kalangan di Indonesia, karena bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting digunakan manusia. Bahasa manusia dapat mengungkapkan ide,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri, (Kamus Besar Bahasa Indonesia IV, 2008). Pendapat lain menurut Gorys Keraf (2005, hlm. 1), bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Tanpa bahasa kita sebagai manusia akan mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi sosial, sehingga tujuan yang kita maksud tidak akan bisa tersampaikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan bahasa itu sendiri. Begitu juga halnya yang terjadi di Indonesia, selain bahasa Indonesia sendiri banyak sekali bahasa asing yang mulai dipelajari oleh masyarakat luas. Bahkan sekarang ini jumlah pembelajar bahasa asing di Indonesia sudah sangat meningkat. Hal itu disebabkan oleh banyaknya tuntutan untuk mempelajari atau menguasai lebih dari satu bahasa, baik dalam pekerjaan ataupun pendidikan. Bahasa Inggris dapat dijadikan salah satu contohnya, bahasa yang sudah menjadi kebutuhan wajib dan memang bukan rahasia umum lagi bahwa bahasa Inggris adalah salah satu bahasa internasional yang minimal harus dikuasai oleh pelajar dimanapun. Dengan seiring berkembangnya zaman bahasa asing lainnya pun mulai banyak diminati untuk dipelajari, seperti bahasa Jepang, Perancis, Jerman, Arab, Mandarin dan lain-lain. Di beberapa sekolah pun sudah menyertakan bahasa asing tersebut sebagai mata pelajarannya. Salah satu bahasa yang diminati dari berbagai macam bahasa asing yang ada yaitu bahasa Jepang. Dari berbagai statistik yang ada, pada tahun

2 2012 bahasa Jepang menduduki peringkat ke dua sebagai bahasa asing yang paling banyak dipelajari di Indonesia. Pada umumnya dalam mempelajari bahasa ada empat aspek yang harus dikuasai oleh pembelajar yaitu, aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Aspek tersebut saling berkaitan membentuk satu kesatuan sehingga tidak dapat terpisahkan. Ada tiga materi pokok yang dapat menunjang aspek-aspek tersebut, yaitu huruf, kosakata dan pola kalimat. Pola kalimat menjadi salah satu yang utama karena terdapat bermacam-macam jenis pola kalimat yang ada dalam bahasa Jepang, dari yang sederhana sampai kebentuk yang paling rumit. Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia memiliki perberdaan dalam struktur pola kalimatnya. Seperti yang sudah kita ketahui dalam bahasa Indonesia pola pembentukan kalimatnya yaitu S-P-O. Berbeda dengan kalimat bahasa Jepang yang susunan pembentukannya adalah S-O-P Contoh : Watashi wa terebi o mimasu Saya menonton televisi S O P S P O Tanaka san wa hon o yomimasu Tanaka membaca buku S O P S P O Contoh kalimat diatas dapat dengan jelas terlihat perbedaan struktur pembentukan kalimat bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Satu hal lagi yang menjadi perbedaan yaitu adanya partikel dalam kalimat bahasa Jepang. Partikel disini diperlukan untuk menjelaskan hubungan antarkata dalam sebuah kalimat. Partikel wa diatas menjelaskan subjek dan partikel o menjelaskan objek. Perbedaan struktur kalimat tersebut sering membingungkan siswa terlebih lagi bagi pembelajar pemula. Hal ini pun terjadi di kelas XII SMA Puragabaya Bandung. Banyaknya kendala dalam mempelajari bahasa Jepang ini tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain strategi pembelajaran yang

3 diterapkan selama ini dianggap belum tepat, media yang digunakan kurang memadai, sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang mendukung, motivasi belajar siswa yang masih kurang, minat belajar siswa yang rendah. Hal ini sebagai mana yang dikatakan oleh Hamalik (dalam Arsyad Azhar, 2007, hlm. 15) yang mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu penerapan metode belajar yang kurang tepat diduga sebagai kendala yang paling disoroti. Pengajar pada umumnya menerapkan metode belajar yang kurang menarik minat siswa. Siswa hanya duduk menerima informasi, hal tersebut mengakibatkan siswa cepat sekali jenuh. Oleh karena itu perlu adanya inovasi metode yang tidak hanya terpusat pada pengajar tetapi peserta didik juga ikut terlibat dalam proses belajar mengajar. Salah satunya adalah metode Coopertive Learning Tipe Numbered Head Together (NHT). Junaedi dkk. (2008, hlm. 34) menyatakan bahwa NHT adalah suatu metode belajar dimana setiap peserta didik diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, setelah itu guru memanggil nomor dari peserta didik. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Bedasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul, Efektivitas Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Meningkatan Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Jepang (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XII SMA Puragabaya Tahun Ajaran 2015-2016). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

4 a. Bagaimana kemampuan siswa kelas XII SMA Puragabaya dalam membuat kalimat bahasa Jepang sebelum menggunakan metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together? b. Bagaimana kemampuan siswa kelas XII SMA Puragabaya dalam membuat kalimat bahasa Jepang setelah menggunakan metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together? c. Apakah metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together efektif meningkatan kemampuan siswa kelas XII SMA Puragabaya dalam membuat kalimat bahasa Jepang? d. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat bahasa Jepang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas XII SMA Puragabaya dalam membuat kalimat bahasa Jepang sebelum menggunakan metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together. b. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas XII SMA Puragabaya dalam membuat kalimat bahasa Jepang setelah menggunakan metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together. c. Untuk mengetahui efektivitas metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together dalam meningkatan kemampuan membuat kalimat bahasa Jepang siswa kelas XII SMA Puragabaya. d. Untuk mengetahui tanggapan siswa kelas XII SMA Puragabaya terhadap metode Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together dalam meningkatan kemampuan membuat kalimat. 1.4 Manfaat Penelitian Apabila tujuan penelitian diatas dapat tercapai, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

5 a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dunia pendidikan, terutama memberikan informasi bahwa terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membuat kalimat. b. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut : 1) Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat digunakan secara langsung oleh penulis yang merupakan calon pengajar untuk dijadikan metode pembelajaran yang lebih menarik dan efektif dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat. 2) Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan pola kalimat bahasa Jepang. 3) Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran atau referensi kepada guru mata pelajaran bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal tata bahasa. 4) Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Bab I berupa pendahuluan yang meliputi pemaparan latar balakang; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat bagi peneliti, manfaat bagi siswa, manfaat bagi guru, dan manfaat bagi peneliti selanjutnya, terakhir adalah struktur organisasi skripsi. Bab II berupa penjelasan mengenai landasan teoretis atau kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Bab III berupa metode penelitian yang

6 memaparkan desain penelitian, partisipan yang terlibat dalam penelitian, penentuan sampel dan populasi, instrumen / alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian, prosedur penelitian yang menjelaskan langkahlangkah penelitian, dan terakhir analisis data. Bab IV berupa temuan dan pembahasan yang menjelaskan temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data sesuai urutan rumusan permasalahan penelitian selain itu menjelaskan juga tentang pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Bab V berupa simpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.

7