Faktor Risiko Kejadian Infeksi Daerah Operasi pada Bedah Digestif di Rumah Sakit Swasta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Bantul. C yang telah menggunakan Surgical Safety Checklist versi WHO

Pengaruh Faktor Risiko Infeksi Daerah Operasi (IDO) terhadap Kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) pada Bedah Digestive di sebuah Rumah Sakit Swasta

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

PENGARUH FAKTOR RISIKO INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) TERHADAP KEJADIAN INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) PADA BEDAH DIGESTIVE DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

KOLONISASI BAKTERI PATOGEN POTENSIAL PENYEBAB INFEKSI DAERAH OPERASI PADA KULIT PASIEN PRAOPERATIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

SURVEILLANCE KEJADIAN INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL BULAN MARET-APRIL Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

BAB IV METODE PENELITIAN

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SETELAH PEMBUATAN PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (PPAB) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB IV METODE PENELITIAN

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : Mesayu Nadya Prameswari, Helmia Farida

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

Pengaruh Umur dan Penyakit Penyerta... (Imaniar Noor Faridah, dkk) 187

FAKTOR RISIKO INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN ANAK DI RUANG HCU DAN PICU RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. pasien paska pembedahan (Pandjaitan, 2013). Survey World Health. berkisar antara 5% sampai 15% (WHO, 2015). Data WHO menunjukkan

HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI MAYOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keselamatan Pasien/ Patient Safety. a. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001)

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Fery Lusviana Widiany

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB IV METODE PENELITIAN

I KOMANG AGUS SETIAWAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat

Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS

TESIS EFISIENSI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS SEFALOSPORIN PADA KASUS OPERASI BERSIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TEMANGGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan.

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

Transkripsi:

Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 11, Issue 2, September 2017, pp. 5 ~ 100 ISSN: 178-0575 5 Faktor Risiko Kejadian Infeksi Daerah Operasi pada Bedah Digestif di Rumah Sakit Swasta Alam Nirbita*, Elsye Maria Rosa, Ekorini Listiowati Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia *corresponding author, e-mail: alamnirbita8@yahoo.co.id Received: 12/03/2017; published: 28/0/2017 Abstract Background: The incidence of IDOs in hospitals in Indonesia varies between 2-18% of all surgical procedures. No research has been done on the effects of IDO risk factors with IDO incidence in gastrophic surgery at this hospital. This study aims to determine the effect of IDO risk factors consisting of nutritional status, type of surgery, the nature of surgery, and durante surgery against the incidence of IDO in surgical patients digestif. Method: This research is an observational quantitative study. The data taken are primary (observasional) and secondary (medical record) using cross sectional method. The data were then analyzed by Chi-square bivariate and multivariate test. Result: Based on Chi-square bivariate test, the variables: operation type (p= 0,000), durante surgery (p= 0,000), and operational properties (p= 0.02) have significant relationship while nutritional status (p= 0.055) which is significant against IDO events. Conclusion: The result of multivariate test showed that the variables: nutritional status (p= 0,032), type of operation (p= 0,006), and durante (p= 0.008) had significant influence with the type of operation is the most influential on IDO event. Keywords: digestive surgery, durante, infection of the surgery area, nutritional status. Copyright 2017 Universitas Ahmad Dahlan. All rights reserved. 1. Pendahuluan Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Infeksi Daerah Operasi (IDO) terjadi 2-5% dari 27 juta pasien yang dioperasi setiap tahun dan merupakan 25% dari keseluruhan infeksi nosokomial. Persentase kejadian IDO di beberapa rumah sakit pusat pendidikan di Indonesia tanpa membedakan jenis operasi adalah sebagai berikut: RSUP dr. Pringadi Medan tahun 2006 (12%), RSUP dr. Sardjito tahun 2007 (5,%), dan RSUP Adam Malik (5,6%). (1) IDO dapat menyebabkan morbiditas, mortalitas, peningkatan lama rawat serta biaya, dan tuntutan pasien. (2);(3) Berbagai penelitian terdahulu di berbagai rumah sakit baik dari dalam ataupun luar negeri telah dapat mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan angka prevalensi IDO, yaitu faktor risiko pembedahan, meliputi: urgensi operasi, lama operasi, faktor lokal, translokasi bakteri, dan tingkat kontaminasi serta resistensi kuman selama pembedahan. (1);(2) Di samping faktor risiko pembedahan, terdapat faktor risiko pasien yaitu: usia, status gizi, adanya trauma, lamanya perawatan pre operasi, terapi atau kondisi yang menyebabkan imunosupresi, adanya infeksi di tempat lain, dan pemakaian antibiotik. (4) Bedah digestif merupakan salah satu dari bedah mayor abdomen. Sebagian besar operasi bedah digestif termasuk dalam kategori terkontaminasi (clean and dirty) sehingga mempunyai risiko infeksi yang cukup tinggi. Penelitian ini dipilih karena bedah digestif mempunyai karakteristik tindakan yang lebih beragam, seperti appendiktomi, herniorafi, cholesistektomi, reseksi colon, laparotomi eksplorasi, dan lain sebagainya. (3);(5) Kejadian IDO secara umum dapat dipengaruhi oleh karakteristik pasien dan karakteristik operasi. Karakteristik pasien meliputi: penyakit komorbid, status American Faktor Risiko Kejadian Infeksi Daerah Operasi pada Bedah Digestif..(Alam Nirbita)

6 ISSN: 178-0575 Society of Anesthesiologists (ASA), diagnosis pre operasi, lama rawat pre operasi, status gizi, dan imunitas. Karakteristik operasi meliputi pre operasi, intra operasi, dan post operasi. Pre operasi terdiri dari hand hygiene petugas, diagnosis pre operasi, trepanasi, antibiotik profilaksis, preparasi kulit, aseptik-antiseptik, sifat operasi, sterilisasi alat. Intra operasi terdiri dari hand hygiene, lingkungan ruang operasi, prosedur bedah, prosedur anestesi, durante operasi, implant, jenis operasi, operator, resistensi & translokasi mikroorganisme. Post operasi terdiri dari hand hygiene, lingkungan bangsal, nutrisi, treatment, perawatan luka. (4);(5) Area pembedahan selalu berhubungan dengan udara pada lingkungan kamar operasi dimana dapat mengakibatkan masuknya flora bakteri eksogen dan translokasi bakteri endogen. Durante operasi lama mengakibatkan paparan udara yang lebih panjang terhadap area pembedahan. Sifat operasi berkaitan dengan taktik dan persiapan pre operatif. Sifat operasi emergency mempunyai kemungkinan Standar Operasional Prosedur (SOP) pre operatif yang dilakukan lebih cepat, seperti: hand hygiene, trepanasi, sterilisasi, persiapan anesthesi, verifikasi, dan lain sebagainya. Operasi bersih (clean operation) mempunyai risiko infeksi sebesar 1-4% saja, misalnya operasi hernia repair tanpa reseksi colon, frakture tertutup, dan eksisi biopsi tumor. Operasi bersih terkontaminasi (clean contaminated) seperti appendiktomi non perforasi, cholesistektomi non perforasi dan herniorafi inkaserata angka infeksinya 5-15%. Operasi terkontaminasi (contaminated) seperti pada kasus: perforasi gaster, peritonitis, dan reseksi colon berisiko infeksi 20-40%. Operasi kotor (dirty operation) pada kasus gangren digestif, trauma abdomen, atau fraktur terbuka yang kotor mempunyai risiko infeksi tertinggi yakni lebih dari 40%. Operasi bersih (clean operation) mempunyai risiko infeksi sebesar 1-4% saja, misalnya operasi hernia repair tanpa reseksi colon, frakture tertutup, dan eksisi biopsi tumor. Operasi bersih terkontaminasi (clean contaminated) seperti appendiktomi non perforasi, cholesistektomi non perforasi dan herniorafi inkaserata angka infeksinya 5-15%. Operasi terkontaminasi (contaminated) seperti pada kasus: perforasi gaster, peritonitis, dan reseksi colon berisiko infeksi 20-40%. Operasi kotor (dirty operation) pada kasus gangren digestif, trauma abdomen, atau fraktur terbuka yang kotor mempunyai risiko infeksi tertinggi yakni lebih dari 40%. Pasien dengan gangguan nutrisi mempunyai risiko terjadinya gangguan dalam penyembuhan luka. Jaringan yang luka mempunyai prioritas yang lebih besar untuk mendapatkan nutrisi dibanding jaringan normal. Tersedianya protein memengaruhi pembentukan kolagen dan infeksi pada umumnya terjadi pada pasien dengan kadar albumin rendah. Vitamin C penting untuk sintesis serabut kolagen. Demikian juga seng (Zn), yang berperan sebagai kofaktor beberapa enzim yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Komponen-komponen imunitas, seperti antibodi, juga mengandung unsur protein. Zat makronutrient tersebut berasal dari makanan atau nutrisi sehari-hari. Beberapa faktor risiko IDO yang dapat dilakukan intervensi antara lain hand hygiene, penggunaan checklist pre operasi, antibiotik profilaksis, pemetaan resistensi kuman, kepatuhan petugas medis atau paramedis, dan lain-lain. Peneliti menentukan faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor risiko yang berasal dari karakteristik pasien (status gizi) dan karakteristik operasi (durante, jenis operasi, sifat operasi) dimana faktor risiko tersebut hampir tidak bisa dilakukan intervensi. (6) Berdasarkan hal di atas, Peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh antara status gizi, jenis operasi, sifat operasi, dan durante operasi dengan kejadian IDO. Dengan diketahuinya faktor yang berpengaruh pada kejadian IDO diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengambilan keputusan klinik ataupun kebijakan manajerial dalam rangka menekan Healthcare Associated Infections (HAIs) khususnya IDO. Alur assessment IDO pada pasien hingga pengambilan keputusan klinik dapat dilihat pada Gambar 1. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 11, Issue 2, September 2017: 5 100

Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat ISSN: 178-0575 7 Pasien pre operasi bedah digestif Assesment faktor risiko IDO (status gizi, jenis operasi, durante operasi, & sifat operasi) Faktor risiko IDO (+) Faktor risiko IDO (-) Operasi bedah digestif Inflamasi (+) (eritema) Inflamasi (-) /penyembuhan primer baik Gambar 1. Alur Assessment IDO 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kuantitatif observasional atau pengamatan. Data yang diambil adalah data primer dan sekunder menggunakan metode cross sectional. Faktor risiko diambil dari data sekunder yaitu rekam medis, sedangkan diagnosis IDO diperoleh dari observasional secara langsung. Diagnosis IDO dalam penelitian ini adalah SSI superfisial incisional dengan tanda inflamasi. Diagnosis IDO ditegakkan berdasar pada kriteria National Nosocomial Infections Surveillance (NNIS) superfisial incision dan atau Kriteria Hulton yang terdiri dari beberapa tanda inflamasi. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dilakukan assessment faktor risiko IDO. Setelah sampel menjalani tindakan operasi bedah digestif oleh operator, dilakukan penilaian (diagnosis) melalui tanda inflamasi pada area operasi secara observasi apakah sampel mengalami IDO atau tidak. Observasi dilakukan satu kali pada hari ke-4 atau ke-5 post operasi saat ganti verban di bangsal perawatan. Penelitian dilakukan mulai awal Juli 2014 setelah izin penelitian keluar. Peneliti menentukan waktu pengambilan data adalah empat bulan. Berapapun jumlah sampel dalam empat bulan tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dimasukkan dalam penelitian. Pada penelitian ini, didapatkan populasi pasien bedah digestif selam empat bulan adalah 62. Dilakukan penarikan sampel secara consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan total sampel sejumlah 50 (80,64%) sampel. Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian sebagai berikut: 1) Sampel berusia antara 17-65 tahun; 2) Sampel adalah pasien operasi bedah digestif di rumah sakit ini. Jenis tindakan operasi terdiri dari: appendiktomi, cholesistektomi, hernia repair, dan berbagai jenis laparotomi (peritonitis, colostomi, reseksi colon karena: tumor, ileus, hernia incarserata atau strangulata, dll; 3) Sampel adalah pasien operasi bedah digestif dengan status ASA I dan II. Sementara kriteria ekslusi adalah sebagai berikut: 1) Sampel yang mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak dapat berkomunikasi; 2) Sampel memiliki riwayat penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti: diabetes melitus terkontrol dan tidak terkontrol, anemia berat (Hb< 8), tuberkulosis, gagal ginjal terminal, penyakit auto imun, HIV/AIDS, hepatitis, keganasan, dan lain-lain; 3) Sampel yang meninggal pada saat prosedur operasi atau saat perawatan post operasi. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Daerah Operasi pada Bedah Digestif..(Alam Nirbita)

8 ISSN: 178-0575 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Sejumlah 50 sampel responden yang didapat dalam penelitian ini, terdapat 15 sampel (30%) yang memenuhi kriteria diagnosis IDO superficial dengan tanda inflamasi berdasarkan pada kriteria NNIS superfisial incision dan atau Kriteria Hulton. Perinciannya dari total 15 sampel yang mengalami IDO, sejumlah sembilan sampel (18% dari total sampel) hanya memiliki satu tanda inflamasi yaitu eritem (kemerahan) di sekitar area operasi. Sejumlah enam sampel (12%) memiliki tanda inflamasi berupa eritem disertai dengan tanda inflamasi yang lain seperti: cairan (serous atau pus) dan atau pemisahan tepi luka. Pada penelitian ini, eritem yang masuk dalam kategori infeksi adalah eritem di sekitar luka operasi, bukan pada tempat masuk atau keluarnya benang. Perbandingan jenis kelamin dalam penelitian ini adalah 1,4 : 1,1 dimana sampel lakilaki adalah 28 (56%) dan sampel perempuan adalah 22 (44%). Variasi usia sampel dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok yaitu: remaja akhir sejumlah 17 sampel (34%), dewasa sejumlah sembilan sampel (18%), dan lanjut usia sejumlah 22 sampel (44%). Pengelompokan tingkatan usia ini berdasarkan pada pengelompokan usia dari Depkes RI tahun 200 dimana dalam penelitian ini subjek berusia antara 17-65 tahun. Karakteristik subjek penelitian secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek Penelitian Karakteristik Jumlah Persentase Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 28 22 56 % 44 % Usia Remaja akhir (17-25 th) Dewasa (26-45 th) Lanjut Usia (45-65 th) 17 22 34 % 44 % Status ASA ASA I 1 62 % Tanda Inflamasi Luka Operasi Diagnosis pre Operasi ASA II Tidak ditemukan 1 tanda inflamasi >1 tanda inflamasi Appendicitis Hernia Cholelithiasis/cystitis Lain-lain 31 35 6 38 % 70 % 12 % 1 38 % 13 26 % 50 100 % Penelitian ini hanya menggunakkan sampel dengan status ASA I dan ASA II. Status ASA I, dimana sampel tidak mempunyai penyakit sistemik, sejumlah 1 (38%) sampel. Status ASA II, dimana sampel mempunyai penyakit sistemik ringan yang terkontrol dan atau faktor risiko penyakit sistemik, sejumlah 31 (62%) sampel. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi pada sampel kelompok ASA II adalah obesitas, perokok, hamil, riwayat alergi, dan riwayat penyakit keluarga. Pada kelompok dengan status ASA II teridentifikasi beberapa penyakit sistemik ringan yang terkontrol seperti: hipertensi, penyakit paru (asma dan PPOK), penyakit jantung, dan anemia ringan. Diagnosis pre operasi yang ditemukan dalam penelitian ini paling banyak adalah: Appendicitis (38%), Hernia (18%), dan Cholelithiasis/cystitis (18%). Selain itu, ditemuikan diagnosis pre operasi: peritonitis, ileus, tumor abdomen, dan trauma abdomen. Berdasarkan analisis bivariat yang telah dilakukan, didapatkan variabel: jenis operasi (p= 0,000), durante operasi (p= 0,000), dan sifat operasi (p= 0,02) mempunyai hubungan yang signifikan. Variabel status gizi (p= 0,055) tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian IDO dengan tanda inflamasi. Nilai p-value dan X 2 dapat dilihat pada Tabel 2, dimana pada variabel yang berpengaruh nilai p-value adalah < 0,05 dan X 2 tabel < X 2 hitung. Hasil uji bivariat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Bivariat Variabel P-value X 2 table X 2 hitung Status gizi Jenis operasi* Sifat operasi* Durante operasi* 0,055 0,000 0,02 0,000 3,685 17,550 4,757 15,82 Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 11, Issue 2, September 2017: 5 100

Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat ISSN: 178-0575 Berdasarkan analisis multivariat yang telah dilakukan, didapatkan variabel status gizi (p= 0,032), jenis operasi (0,006), dan durante (p= 0,008) mempunyai pengaruh yang signifikan. Variabel jenis operasi (p= 0,006) adalah yang paling berpengaruh terhadap kejadian IDO dengan tanda inflamasi. Nilai p-value untuk variabel yang berpengaruh adalah <0,05 dan yang paling kecil adalah yang paling berpengaruh diantara variabel lainnya. Hasil uji multivariat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Multivariat Variabel Status gizi* Jenis operasi* Sifat operasi Durante operasi* P-value 0,032 0,006 0,04 0,008 3.2 Pembahasan Hasil penelitian ini menyerupai penelitian tentang digestive surgery yang telah dipublikasikan di Brazil. Sebuah penelitian di Brazil melaporkan bahwa insidensi SSI pada pasien oncologic digestive surgery sebesar 23,8% (50 dari 210 pasien). (7) IDO superfisial menempati urutan pertama dalam daftar insidensi IDO sebesar 46% (23 dari 50 pasien). Pembedahan abdomen mempunyai risiko untuk terjadi IDO 4,46 kali dibandingkan jenis tindakan bedah lainnya. (8);() Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat, status gizi termasuk variabel yang tidak berhubungan tetapi berpengaruh terhadap kejadian IDO. Malnutrisi (overweight/ underweight) berkaitan dengan penurunan sistem imunitas, jumlah limfosit, dan defisiensi zat mikro atau makro nutrien yang berakibat pada penurunan kemampuan tubuh untuk pembentukan kolagen pada proses penyembuhan luka. (7) Obesitas (overweight) juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula dalam darah. (8) Durante operasi dalam penelitaian ini mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian IDO. Hasil uji bivariat menyatakan bahwa durante operasi lama mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya IDO dibandingkan dengan durante operasi singkat. Durante operasi lama mengakibatkan paparan udara yang lebih panjang terhadap area pembedahan sehingga risiko terjadinya IDO akan meningkat. Area pembedahan selalu berhubungan dengan udara pada lingkungan kamar operasi dimana dapat mengakibatkan masuknya flora bakteri eksogen dan translokasi bakteri endogen. () Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cassanova dkk di Spanyol dan JIACM USA. (10);(11) Pada tindakan operasi yang sifatnya emergecy, waktu persiapan yang dilakukan lebih singkat daripada operasi elektif. Sifat operasi emergency pada bedah abdomen anak mempunyai faktor risiko terjadinya IDO 4,72 kali dibandingkan dengan operasi elektif. (12);(13) Pada penelitian ini, variabel sifat operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian IDO. Hal ini mungkin disebabkan oleh kepatuhan penggunaan surgical safety checklist yang sudah terlaksana dengan baik oleh tenaga medis dan paramedis, sehingga meskipun waktu persiapan lebih singkat dapat dipersiapkan dengan baik. Jenis luka operasi kotor mengakibatkan lebih banyak tumbuh mikroorganisme dan bakteri gram negatif penyebab infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh Jeyamohan menyatakan bahwa pada kelas operasi bersih angka prevalensi IDO adalah 5,6%, sedangkan penelitian Rochanan menyatakan bahwa prevalensi IDO pada kelas operasi kotor terkontaminasi (open frakture) adalah 2,4%. ();(12);(14) Avenia juga melaporkan bahwa interval persentase kemungkinan terjadinya IDO pada operasi bersih terkontaminasi adalah 2,1-,5% dan kotor terkontaminasi 3,4-13,2%. Hal ini dipengaruhi oleh indeks risiko setiap individu. (15) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana variabel jenis operasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian IDO. Pada analisis multivariat juga terlihat bahwa variabel jenis operasi adalah yang paling berpengaruh diantara variabel lain yang diteliti. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Daerah Operasi pada Bedah Digestif..(Alam Nirbita)

100 ISSN: 178-0575 4. Simpulan Ditemukan angka kejadian IDO superficial dengan tanda inflamasi sebesar 30%, dengan rincian sebesar 18% terdapat satu tanda inflamasi eritem dan sebesar 12% memiliki lebih dari satu tanda inflamasi. Status gizi, jenis operasi, dan durante mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel jenis operasi adalah yang paling berpengaruh terhadap kejadian IDO superficial dengan tanda inflamasi. Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes RI nomor 161/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 [Internet]. 2011. Available from: http://www.depkes.go.id/ 2. National Nosocomial Infections Surveillance System. National Nosocomial Infections Surveillance (NNIS) System Report, data summary from January 12 through June 2004, issued October 2004. Am J Infect Control. 2004 Dec;32(8):470 85. 3. Disyadi D. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) pada Kasus Infeksi Pasca Luka Operasi di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang [Tesis]. [Semarang]: Universitas Diponegoro; 200. 4. Zumaro A. Perbedaan Angka Kejadian Infeksi Luka Operasi pada Pasien Herniorafi Teknik Liechtenstein Menggunakan Mesh Monofilamen Makropori dengan Teknik Herniorafi Shouldice pada Operasi Hernia Inkarserata [Tesis]. [Semarang]: Universitas Diponegoro; 200. 5. Delinger EP. Prevention and Management of infection. In: Felecio DV, Moore EE, Mattox KL, Trauma. 4th ed. 2006. 55-24 p. 6. Cherry G, Hughes M. Wound Healing in: Oxford Textbook of Surgery. Vol 1. New York : 2004, 3-10. 2004;1:3 10. 7. Castro P de TO e, Carvalho AL, Peres SV, Foschini MM, Passos ADC. Surgical-site infection risk in oncologic digestive surgery. Braz J Infect Dis. 2011 Apr;15(2):10 15. 8. Furukawa K, Onda M, Suzuki H, Maruyama H, Akiya Y, Ashikari M, et al. The usefulness of conducting investigations on intra-abdominal bacterial contamination in digestive tract operations. Surg Today. 1 Aug 1;2(8):701 6.. Geroulous S, Hell S. Table of Risk Factors of Surgery. In: Risk Factors in Surgery. 200;225 8. 10. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbookof Surgery. The Biological Basis of Modern Surgical Practice 17th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. 258-263 p. 11. Djojosugito MA. Infeksi Luka Operasi Nosokomial. Universitas Indonesia; 2010. 12. Haryanti L, Pudjiadi AH, Ifran EKB, Thayeb A, Amir I, Hegar B. Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah. Sari Pediatri. 2016 Nov 10;15(4):207 12. 13. Hardjoeno H. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitifitas Kuman serta Upaya Pengendaliannya. Makassar: Bagian Patologi Klinik FK-UNHAS; 2007. 14. Rochanan AH. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi pada Patah Tulang Terbuka [Skripsi]. [Semarang]: Universitas Diponegoro; 2003. 15. Avenia N, Sanguinetti A, Cirocchi R, Docimo G, Ragusa M, Ruggiero R, et al. Antibiotic Prophylaxis in Thyroid Surgery: A Preliminary Multicentric Italian Experience. Res Artic. :1 2. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Volume 11, Issue 2, September 2017: 5 100