RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebelumnya hanya menerima 30 kasus (Muchtar,2008). Data populasi kenakalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. bangsa, namun pada jaman globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak faktor

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya dituntut untuk dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

DAFTAR PUSTAKA. Haditono.S, 1991, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Gadjah Mada University

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak hal baru yang belum pernah dilakukan saat masa kanak-kanak.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

2015 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : NETRALIYANTO WINDI H. F. 100 040 219 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menginjak usia remaja anak akan berproses. Anak akan memasuki keadaan yang serba baru, remaja dianggap bukan lagi anak-anak, karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka remaja sering diharapkan bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Remaja dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan orang dewasa yang berada di luar lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Penyesuaian diri yang paling susah adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai yang baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Mighwar, 2006). Semakin anak bertambah usianya, anak dihadapkan pada lingkungan yang lebih luas. Berawal dari kelompok teman sebaya yang merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan yang ada dalam lingkungan keluarganya. Saat bergaul dengan teman sebaya, remaja akan memperoleh nilai-nilai baru yang berbeda antara nilai keluarga dan nilai-nilai teman sebaya (Berns, 2004).

Hal yang melatarbelakangi kenakalan remaja diantaranya adalah keluarga yang tidak harmonis, gangguan fungsi sekolah, perasaan sakit hati, pelampiasan kekesalan, solidaritas kawan, ketidak puasan remaja, mencontoh kebudayaan dari luar tanpa memilahnya terlebih dahulu, pengaruh teman sebaya dan melunturnya nilai-nilai pada remaja. Pergaulan remaja pada saat ini sangatlah merisaukan. Permasalahan remaja yang terjadi di Indonesia mencapai tingkat yang memprihatinkan. Setiap hari kita mendengar berita tentang pencurian, perkelahian, tawuran, seks bebas, penyalahgunaan narkoba dan masih banyak kasus yang lain. Telah dilakukan penelitian di propinsi Jawa Barat tentang kenakalan remaja yang berusia 13-19 tahun meliputi sifat dan perilaku remaja dalam mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi (ngebut), keterlibatan perkelahian antar remaja, keinginan untuk tidak mengikuti pelajaran di sekolah (membolos), meninggalkan rumah tanpa seizin orang tua dan melakukan corat coret di dinding. Melakukan tindakan kriminal seperti pemerasan, pencurian serta perusakan gedung. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 1.110 remaja di Jawa Barat (Bandung dan Cianjur) remaja yang pernah mengendarai kendaran bermotor dengan kecepatan tinggi sebanyak 33%, pengalaman membolos sebanyak 85,6%, menyontek 80%, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua sebanyak 96,7%, corat coret dinding 49,9%, pemerasan dan pencurian 7,2% dan perusakan gedung 5,7% (Sari, 2009).

7,2 49,9 33 kebut kebutan motor 85,6 membolos 96,7 menyontek 80 meninggalkan rumah corat coret dinding pemerasan & pencurian Gambar 1. Persentase Jenis Kenakalann Remaja di Jawa Barat ( Sari,2009) Selain itu kenakalan remajaa saat ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) yang menunjukkan ada 10 kota yang presentase penyalahgunaann narkoba menempati rangking tertinggi: Palu (8,4%), Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Maluku Utara (5,9%), Padang (5,5%), Bandung (5,1%), Kendari (5%), Banjarmasinn (4,3%), Yogyakarta (4,1%) dan Pontianak (4,3%), belum lagi Jakarta yang tidak dimasukkan dalam survey ini. Yang lebih mengejutkan adalah biaya ekonomi terbesar di sepuluh kota itu justru untuk pembelian narkoba yang mencapai Rp. 3,6 trilliun dan mayoritas penggunanya adalah remaja (Sari, 2009). Selain kasus-kasus tersebut diatas, penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh Damayanti (2008) menyatakan bahwa lima dari seratus pelajar setingkat SMA telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Remaja mengetahui bahwa seks bebas itu dilarang oleh orang tua dan dilarang juga oleh agama. Akan tetapi karena pengaruh pergaulan yang negatif dan takut dikatakan ketinggalan jaman oleh teman sebayanya akhirnya remaja melakukan seks bebas. Tanpa

disadari remaja yang sering melakukan seks bebas beresiko tinggi terhadap tertularnya virus HIV/AIDS. Awalnya remaja menyesal telah melakukannya, akan tetapi lama-lama remaja menikmatinya dengan alasan sudah terlanjur. Hal itu membuat keprihatinan orang tua yang mempunyai anak yang memasuki usia remaja. Orang tua menjadi khawatir apabila anaknya terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Kasus yang baru saja terjadi tentang kenakalan remaja (file:///h:/karenawarisan-anak-membunuh-ibu-tiri.htm, 2009) karena tidak setuju ayahnya membagikan harta warisan kepada istri muda, seorang anak nekat menghabisi nyawa ibu tirinya. Kepada petugas, tersangka mengaku tidak sadar saat melakukan pembunuhan, karena melihat korban bagaikan hantu. Arfandi alias Andi, warga Desa Tinggiran Baru, Kecamatan Mekarsari, Kabupaten Barito Koala, Kalimantan Selatan, saat ini hanya bisa menyesali nasib. Tindakannya menghabisi nyawa ibu tirinya, Hajah Rusmini, harus dibayarnya dengan mendekam dibalik jeruji besi. Menurut pengakuannya kepada petugas, dirinya nekad membunuh ibu tirinya karena kesal terhadap ayahnya Bachtiar yang selalu bertengkar dengan ibu kandungnya. Penyebabnya, ayah tersangka berniat membagikan harta warisan kepada Hajah Rusmini, ibu tiri tersangka. Akibat perbuatan tersangka, korban tewas seketika dengan luka sebanyak 21 tusukan. Melihat korban jatuh bersimbah darah, tersangka langsung kabur. Dihadapan petugas, tersangka mengaku menyesali semua perbuatannya. Menurutnya, perbuatan itu dilakukan tanpa sadar, karena ia melihat korban bagaikan hantu. Kapolres Barito Koala, AKBP, Sandimen Zaenudin mengatakan, akibat

perbuatannya, tersangka dapat dijerat dengan pasal berlapis 340, 338 dan 351 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara. Perilaku kenakalan remaja yang terjadi dewasa ini sangat beragam, penulis melakukan penelitian awal di salah satu Sekolah Menengah Atas di Surakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan angket terbuka kepada 68 siswa, dan hasil analisis menunjukkan bahwa 94,11% siswa melakukan kenakalan-kenakalan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Ragam kenakalan yang dilakukan antara lain membolos 25%, mencontek 53,44%, berantem 12,06%, mencuri 0,90%, memalak 9,1%, sedangkan kenakalan-kenakalan lain yang dilakukan oleh siswa diantaranya makan di kelas, tidur di kelas, mengganggu teman, memainkan HP pada saat pelajaran, berkata kotor, dan mengebut ketika mengendarai motor. Berdasarkan pengakuan siswa mengenai kenakalan-kenakalan yang mereka lakukan, 85,29% mengaku menyesal atau merasa bersalah karena telah berbuat nakal dan 14,71% mengaku tidak merasa bersalah dan menganggap kenakalannya sebagai hal yang biasa dilakukan oleh seorang remaja. Pada diri siswa ketika muncul rasa bersalah maka hal yang biasa siswa lakukan adalah merenungi kesalahan, meminta maaf, dan memperbaiki diri (Heriwibowo, 2010).

5,89% 94,11% Pernah Tidak pernah Gambar 2. Persentase kenakalan remaja SMA di Surakarta (Heriwibowo, 2010) 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 9,10% 0,90% 12,06% 25% 53,44% membolos mencontek berantem mencuri memalak Gambar 3. Persentase jenis kenakalan remaja SMA di Surakarta (Heriwibowo, 2010)

14,17% 85,29% ada rasa bersalah tidak ada rasa bersalah Gambar 4. Persentase rasa bersalah padaa remaja SMA di Surakarta (Heriwibowo, 2010) Berbicara tentang rasa bersalah efek dari remaja nakal yang dianggap merupakan suatu pelanggaran terhadap sistem nilai-nilai yang ada pada masyarakat ini umumnya dapat menimbulkan rasa bersalah, apalagi rasa bersalah tersebut pasti muncul dalam kehidupan setiap orang. Menurut Chaplin (2000) bahwasanyaa perasaan emosional yang berasosiasi dengan realisasi bahwa seseorang telah melanggar peraturan sosial, moral atau etika dapat menimbulkan rasa bersalah. Seandainya rasa bersalah tersebut ada pada diri pelaku, makaa akan ada kemungkinan munculnya penyesalan pada diri mereka. Hal ini karena remaja nakal dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap standar internal individu serta merupakan pelanggarann terhadap peraturan sosial, moral atau etika yang ada dalam masyarakat, maka akan ada kemungkinan munculnya penyesalan pada diri mereka. Penyesalan tersebut diharapkan pada akhirnya dapat membawa perubahan, sehingga mereka meninggalkan perbuatan yang tercela tersebut.

Banyak harapan yang muncul agar para pelaku tersebut mau serta mampu menyadari perbuatan mereka yang menyimpang karena kegiatan mereka dianggap sebagai kegiatan yang kotor dan meresahkan bagi lingkungan, sehingga kondisi remaja nakal ini tidak semakin berkembang. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana dinamika rasa bersalah pada remaja nakal. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Rasa Bersalah Pada Remaja Nakal. Tujuan dari penelitian ini adalah : B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tipe-tipe kenakalan pada remaja. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rasa bersalah pada remaja. 3. Untuk mengetahui konsekuensi yang muncul akibat rasa bersalah pada remaja. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi informan, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 2. Bagi orang tua, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menangani remaja yang mengalami kenakalan.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pendidikan bagi remaja agar kedepannya remaja tidak akan melanggar norma-norma yang ada di masyarakat. 4. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan psikologi yang berkaitan dengan rasa bersalah pada remaja nakal.