I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan. Untuk tanaman jagung seluas 124.798 ha, tanaman padi 48.042 ha, tanaman lain 11.683 ha, dan tanaman perkebunan 108.556 ha, sehingga masih tersisa sekitar 170.570,09 ha yang belum dimanfaatkan. Topografi daerah Gorontalo datar, berbukit-bukit dan bergunung. Kondisi iklim termasuk tipe A sampai tipe E menurut pembagian iklim Smith & Ferguson, sehingga berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik. Provinsi Gorontalo terletak di dekat garis katulistiwa, dengan ketinggian tempat sekitar 0-2.400 mdpl, memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim panas. Hujan terbanyak biasanya pada bulan Maret, Juli dan Desember dengan curah hujan rata-rata 191 mm/bulan dan suhu udara harian rata-rata 23-32 0 C (Anonim, 2009; 2010a). Berdasarkan kondisi iklim tersebut, provinsi Gorontalo sangat cocok untuk pengembangan jagung. Tanaman jagung di Gorontalo dalam setahun dapat ditanam sebanyak 2-3 kali, tergantung kebutuhan dan musim. Jika dipanen muda, maka penanaman bisa sampai 3 kali, tetapi jika panen tua maka penanaman hanya 2 kali setahun. Rerata produksi jagung di Gorontalo pada tahun 2001 s/d 2002 mencapai 105.985 ton, dan pada tahun 2006 s/d 2012 (Gambar 1) telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu menjadi sekitar 605.781 ton diikuti oleh peningkatan luas panen menjadi 135.754 ha (Anonim, 2012c). 1
Gambar 1. Rerata luas panen (ha) dan produksi jagung (ton) di Provinsi Gorontalo dari tahun 2006 sampai dengan 2012 (Anonim2010a; 2012a; 2012b; 2012c). Di Gorontalo, ditemukan ada dua jenis hama penggerek batang jagung yaitu Ostrinia furnacalis dan Sesamia inferens. Jenis yang sering ada dan selalu konsisten pada setiap musim tanam adalah jenis O. furnacalis. Hama ini dapat menyerang lebih dari 70 jenis tanaman lain (Huang et al., 2009), namun merupakan salah satu hama penting dan dominan pada tanaman jagung karena dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi dan dapat menurunkan hasil panen sekitar 20 s/d 80% (Hirai, 1985; Jing et al., 2013). Di Filipina (Mindanao Selatan) hama O. furnacalis merupakan hama yang penting pada tanaman jagung dengan kerugian yang ditimbulkan sekitar 20-49% (Litsinger et al., 2007). Di 2
Indonesia O. furnacalis merupakan salah satu hama utama pada pertanaman jagung. Di lapangan hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil sebesar 50% (Nonci, 2004). Hama penggerek batang jagung O. furnacalis di Gorontalo belum banyak diteliti dan dilaporkan, hal ini karena tingkat kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya belum berarti dan menjadi masalah utama. Namun dalam pengembangan tanaman jagung ke depan di Gorontalo masalah hama yang awalnya belum begitu penting, suatu ketika dikhawatirkan akan menjadi masalah yang serius. Hal ini terlihat dari rerata luas serangan penggerek batang jagung pada tiga kabupaten di Gorontalo dari tahun 2006 s/d 2012 yang tertinggi adalah di Kabupaten Gorontalo, selanjutnya di Pohuwato dan terendah di Boalemo (Gambar 2). Gambar 2. Rerata luas serangan (ha) penggerek batang jagung di tiga kabupaten di Provinsi Gorontalo dari Tahun 2006 sampai dengan 2012 (Anonim, 2010b; 2012b; 2013). 3
Berdasarkan laporan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2007 luas serangan hama penggerek batang jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2003 mencapai 1085 ha, dan yang mengalami kerusakan parah (puso) sekitar 10 ha. Pada tahun 2005 serangan hama ini turun menjadi 551 ha (Herman, 2007). Luas serangan penggerek batang jagung di Gorontalo dari tahun 2006 s/d 2010 menunjukkan fluktuasi (Anonim, 2010b) (Gambar 3). Hal ini diduga selain disebabkan oleh faktor abiotik (iklim, kandungan C-organik, N-total, C/N Ratio pada tanah dan tanaman) dan biotik (parasitoid, predator), juga dapat disebabkan oleh tekanan dari musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang, Survey Penggerek Batang Jagung dan Kompleks Musuh Alaminya di Provinsi Gorontalo, menunjukkan bahwa musuh alami (predator dan parasitoid) persentasenya cukup tinggi yaitu predator sekitar 38,05% 94,55%, sedangkan parasitoid 5,45 61,95%. Gambar 3. Fluktuasi luas serangan (ha) penggerek batang jagung di tiga kabupaten di Provinsi Gorontalo dari Tahun 2006 sampai dengan 2010. 4
Oleh karena itu, penelitian kontribusi faktor abiotik dan biotik yang mengatur populasi penggerek batang jagung O. furnacalis di kabupaten Gorontalo dan Pohuwato, Provinsi Gorontalo menarik untuk dilakukan dan diuraikan dalam tiga studi yaitu : Studi 1. Kepadatan populasi penggerek batang jagung O. furnacalis di kabupaten Pohuwato; Studi 2. Faktor mortalitas pada telur dan larva O. furnacalis di kabupaten Gorontalo; dan Studi 3. Tabel kehidupan O. furnacalis di kabupaten Gorontalo. Diharapkan dengan demikian potensi ledakan populasi hama ini dapat diminimalkan dengan cara memanfaatkan kontribusi faktor-faktor pembatas yang berpotensi mengatur populasi hama penggerek batang jagung O. furnacalis. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kontribusi faktor abiotik (iklim, kandungan C-organik, N-total, C/N Ratio pada tanah dan tanaman), dan biotik (parasitoid, predator) yang mengatur populasi penggerek batang jagung O. furnacalis yang digambarkan dalam sebuah tabel kehidupan secara parsial dan keseluruhan pada dua kabupaten di Provinsi Gorontalo belum pernah dilakukan. Penelitian tentang O. furnacalis sudah pernah dilakukan di Filipina, tapi sebatas pada siklus hidup, perilaku, dan siklus setiap generasi (Camarao, 1976), tabel kehidupan di laboratorium (Hussein et al., 1992), dan dinamika populasi serangga hama umum tanaman jagung (Litsinger et al., 2007), serta dinamika populasi O. furnacalis oleh peran parasitoid Trichogramma (Jinyong et al., 2009 cit. Subiadi, 2012). 5
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi faktor abiotik (iklim, kandungan C-organik, N-total, C/N Ratio pada tanah dan tanaman) dan biotik (parasitoid, predator) terhadap perubahan populasi O. furnacalis, sehingga penelitian dilakukan dengan cara; 1) menghitung kepadatan telur dan larva penggerek batang jagung O. furnacalis dan mengukur faktor abiotik (iklim dan kandungan kimia pada tanah dan tanaman) tempat tanaman jagung tumbuh; 2) menghitung persentase mortalitas telur dan larva penggerek batang jagung O. furnacalis yang disebabkan oleh faktor biotik (predator dan parasitoid); dan 3) membuat tabel kehidupan untuk melihat faktor mortalitas kunci pada penggerek batang jagung O. furnacalis. 6