1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan suatu sistem/bagian dari sistem pelayanan kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja secara otonom namun harus terkoordinasi dalam sistem tersebut. Rumah sakit harus mampu meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk diantaranya peningkatan kualitas pendokumentasian rekam medis (Hatta, 2008). Di dalam rumah sakit terdapat unit rekam medis yang mempunyai peran penting dalam melaksanakan pe layanan kepada pasien, khususnya dalam pelayanan rekam medis. Mutu pelayanan rumah sakit yang baik dapat dilihat dari rekam medis yang baik. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pe meriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2008). Unit rekam medis merupakan unit yang menangani data rumah sakit, dan berkewajiban untuk membuat laporan mengenai pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkem bang secara pesat maka muncullah rekam medis menual beralih dalam bentuk elektronik. Rekam medis manual maupun rekam medis elektronik, sama -sama menjadi bagian dari sistem informasi kesehatan (Hatta, 2008). Di dalam rekam medis terdapat informasi, salah satu informasi yang harus ada dalam rekam medis adalah diagnosis, selanjutnya diagnosis
2 tersebut diklasifikasikan sesuai dengan International Stastistical Classification of diseases and Related Health Problem (ICD) revisi 10 untuk memudahkan pengaturan pencatatan, pengumpulan, penyimpanan, pengambilan, dan analisis data kesehatan, terlebih sistem ini juga membantu pengembangan dan penerapan sistem pencatatan dan pengumpulan data pelayanan klinis pasien secara manual maupun elektronik. Salah satunya adalah hasil dari pengumpulan diagnosis pasien yang sudah dikode dapat diproses menjadi laporan yang berbentuk RL 2b, jumlah kunjungan pasien poliklinik atau IGD (Depkes RI, 1997). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di RSUD Wates pada tanggal 15 November 2012, diperoleh bahwa kegiatan entry data diagnosis pasien rawat jalan dilakukan oleh perawat poliklinik spesialis penyakit dalam. Dan pelaksanaan entry data diagnosis ini terdapat masalah. Terjadinya ketidaksesuaian data diagnosis antara sistem pada komputerisasi dan pada berkas rekam medis rawat jalan. Bahkan masih ada data diagnosis pada komputer dan pada berkas rekam medis yang masih kosong atau tidak diisi. Entry data diagnosis ini merupakan kegiatan dasar untuk mengolah data pasien rawat jalan. Ketidaksesuaian data diagnosis ini mengakibatkan tidak akuratnya laporan pasien rawat jalan dan data sepuluh besar penyakit rawat jalan. Mengingat pentingnya mengisi data diagnosis antara komputer dengan diagnosis berkas rekam medis, sehingga peneliti ingin mengetahui tingkat ketidaksesuaian data diagnosis antara komputer dengan berkas rekam medis.
3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah data diagnosis pada sistem komputer sudah sesuai dengan berkas rekam medis rawat jalan di RSUD Wates? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui data diagnosis yang terdapat pada komputer dan pada berkas rekam medis rawat jalan di RSUD Wates. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan entry data diagnosis antara komputer dan berkas rekam medis rawat jalan di RSUD Wates. b. Mengetahui prosentase kesesuaian data diagnosis antara komputer dengan berkas rekam medis rawat jalan. c. Mengetahui penyebab ketidaksesuaian entry data diagnosis antara komputer dengan berkas rekam medis rawat jalan di RSUD Wates. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan kepada rumah sakit dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk pelapo ran.
4 b. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman secara langsung dengan menerapkan teori yang diperoleh dari institusi pendidikan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai pengetahuan dan referensi dalam mempelajari kesesua ian entry data diagnosis antara sistem dengan berkas rekam medis. b. Bagi Peneliti Lain Dapat digunakan sebagai dasar acuan dan wacana untuk peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian yang sejenis. E. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini, antara lain : 1. Sanjoyo (2006), dengan judul Pelaksanaan Komputerisasi pada Entry Data Pasien Rawat Jalan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan sumber daya manusia dan kendalanya dalam pelaksanaan komputerisasi pada entry data pasien rawat jalan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil dari penelitian tersebut bahwa kemampuan sumber daya manusia meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan pelatihan sudah cukup baik. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan komputerisasi pada entry data pasien rawat jalan adalah terbatasnya sumber daya manusia,
5 belum terdapat job description tentang entry data secara jelas, dan kemampuan komputer yang tidak optimal. Persamaan dari penelitian Sanjoyo (2006) adalah tentang topik yang diangkat yaitu mengenai entry data rawat jalan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian oleh Sanjoyo (2006) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan komputerisasi pada entry data pasien rawat jalan, sementara penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidaksesuaian entry data diagnosis antara komputerisasi dengan berkas rekam medis rawat jalan. 2. Rufaida (2007), dengan judul Pelaksanaan Entry Data Sosial Pasien dengan SIMPUS Online di Puskesmas Umbulharjo II. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pelaksanaan entry data sosial pasien dengan SIMPUS online dilihat dari waktu dan permasalahan dalam pelaksanaan entry data sosial dengan SIMPUS online dilihat dari sumber daya manusia, hardware, software, data, dan prosedur. Hasil dari penelitian tersebut adalah petugas membutuhkan waktu sebesar 11,65 detik untuk entry data sosial pasien yang sudah masuk ke dalam MedCIS Puskesmas. Untuk pasien yang belum masuk ke dalam MedCIS Puskesmas, petugas membutuhkan waktu 60,4 detik. Tidak ditemui dalam permasalahan hardware, data, dan prosedur. Namun permasalahan terletak pada sumber daya manusia dan software. Dari sumber daya manusia yaitu tergantung pada satu petugas. Permasalahan dari software yaitu pada program entry data sosial pasien, tidak muncul
6 peringatan apabila pernah dilakukan entry data sosial pasien dengan nomor yang sama. Persamaan dari penelitian Rufaida (2007) adalah penelitian mengenai entry data pada sistem komputer. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian dari Rufaida (2007) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan entry data sosial pasien dengan SIMPUS online dilihat dari waktu, sementara penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketisaksesuaian entry data diagnosis antara komputerisasi dengan berkas rekam medis rawat jalan. 3. Sudaryanti (2008), dengan judul Pelaksanaan Entry Kode Diagnosis Pasien Rawat Inap di Bangsal Anggrek RSD Panembahan Senopati Bantul. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui pelaksanaan dan kendala dalam pelaksanaan entry kode diagnosis pasien rawat inap di Bangsal Anggrek RSD Panembahan Senopati Bantul. Hasil dari penelitian tersebut bahwa pelaksanaan entry kode diagnosis pasien rawat inap dilakukan oleh orang yang tidak sesuai dengan kompetensinya, dimana seharusnya dilakukan oleh perekam medis sesuai dengan standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan. Persamaan dari penelitian Sudaryanti (2008) adalah penelitian mengenai entry diagnosis. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian dari Sudaryanti (2008) bertujuan untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan entry kode diagnosis pasien rawat inap, sementara
7 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ke tidaksesuaian entry data diagnosis antara komputerisasi dengan berkas rekam medis rawat jalan.