BAB I PENDAHULUAN. konstruksi tersebut adalah Penyedia Jasa atau sering juga disebut dengan istilah

dokumen-dokumen yang mirip
V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis yang telah diuraikan pada

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

BAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER SESUAI DENGAN PASAL 22 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN PERATURAN KPPU NOMOR 2 TAHUN 2010

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan kepada pembeli dengan ketentuan jumlah, jenis, kualitas, tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

PERAN BPKP DALAM PENANGANAN KASUS BERINDIKASI KORUPSI INSTANSI PEMERINTAH

HUKUM PERSAINGAN USAHA

PERAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HAK KONSULTAN PADA SAAT TERJADI WANPRESTASI OLEH

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tidak hanya di lingkup nasional tapi juga di lingkup global

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA. A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia. 1. Pengertian Kontrak Secara Umum

PBJ, KORUPSI & REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia mendirikan BUMN sebagaimana tertuang dalam Undang Undang

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak kemajuan yang didorong oleh kebijakan pembangunan di

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian

Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Pada kenyataannya saat sekarang ini ekonomi pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

Pemaparan dimulai dengan ketentuan Pengadaan Barang

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Kementerian Sosial RI

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi dan dapat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TERJADINYA KEGAGALAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN KEGAGALAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan pada. (APBN/APBD) yang jumlahnya tidaklah sedikit.

2013 masih tahun korupsi PBJ DARURAT PENGADAAN BARANG DAN JASA

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

Daftar Isi. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke

DASAR NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Fikri Al Abqori/ NIM : ; Tri Febrianto Pamungkas/ NIM :

Korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, tetapi juga melibatkan pihak lain, sehingga merusak

BAB I PENDAHULUAN. akan mendukung pemerintah dalam menyukseskan pembangunan terutama pada

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN BLACKLIST 5 PERUSAHAAN

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000

BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan proyek konstruksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (persekongkolan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan proyek telah dikenal sejak dahulu, baik membuat rumah tinggal

PEJABAT IAIN PONTIANAK TERSANGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Nama : ALEXANDER MARWATA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya pembangunan di Indonesia membuat sektor konstruksi di tanah

Presiden, DPR, dan BPK.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kegiatan pengadaan barang dan jasa, khususnya bidang jasa konstruksi yang dibiayai oleh Pemerintah, dimana pelaksana pekerjaan jasa konstruksi tersebut adalah Penyedia Jasa atau sering juga disebut dengan istilah kontraktor. Menurut BusinessDictionary.com 1 kontraktor memiliki arti sebagai berikut, Independent entity that agrees to furnish certain number or quantity of goods, material, equipment, personnel, and/or services that meet or exceed stated requirements or specifications, at a mutually agreed upon price and within a specified timeframe to another independent entity called contractee, principal, or project owner. Also called construction firm. Sementara menurut Wikipedia 2, Kontraktor adalah sinonim dengan kata Pemborong, definisi lain Kontraktor berasal dari kata kontrak artinya surat perjanjian atau kesepakatan kontrak bisa juga berarti sewa, jadi kontraktor bisa disamakan dengan orang atau suatu badan hukum atau badan usaha yang di kontrak atau di sewa untuk menjalankan proyek pekerjaan berdasarkan isi kontrak yang dimenangkannya dari pihak pemilik proyek yang merupakan instansi /lembaga 1 BusinessDictionary.com, Contractor, http://www.businessdictionary.com/definition/contractor.html, diakses tanggal 28 Mei 2016. 2 Wikipedia, Kontraktor, https://id.wikipedia.org/wiki/kontraktor, diakses tanggal 28 Mei 2016.

2 pemerintahan, badan hukum, badan usaha, maupun perorangan, yang telah melakukan penunjukan secara resmi. Kegiatan-kegiatan pengadaan jasa konstruksi milik pemerintah juga sering disebut dengan proyek-proyek konstruksi milik Pemerintah dan dilaksanakan oleh penyedia jasa serta didapatkan melalui proses tender. Proses tender umumnya diikuti oleh beberapa peserta tender dengan jumlah minimal tiga peserta tender (Perpres No 4 tahun 2015) 3. Setelah proses tender dilalui, maka akan ditetapkan satu penyedia jasa terbaik yang akan menjadi calon pemenang tender. Penyedia jasa calon pemenang tender tersebut dinilai paling baik dikarenakan sudah memenuhi persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan tentu saja dengan harga penawaran yang termurah dibandingkan dengan penawaran dari peserta tender yang lain. Tahapan selanjutnya setelah proses tender yaitu proses penandatanganan kontrak yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Pihak pertama adalah pemilik pekerjaan yang mewakili pemerintah dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Penyedia Jasa selaku pelaksana pekerjaan konstruksi. Setelah kontrak ditandatangani maka berlakulah asas pakta sunt servanda atau dapat diartikan bahwa setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi 3 Perpres 4 tahun 2015 tentang perubahan keempat Perpres 54 tahun 2010, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5).

3 para pihak yang melakukan perjanjian. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata 4 yang menyatakan bahwa Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sahnya suatu perjanjian berdasarkan KUHPerdata 5 Pasal 1320 menyatakan bahwa untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Selain dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, hal yang utama di dalam suatu perjanjian atau kontrak pengadaan barang dan jasa milik pemerintah adalah itkad baik. Dimana asas tersebut terdapat didalam KUHPerdata Pasal 1338 ayat (3) yang berbunyi Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Hal ini memiliki makna bahwa perjanjian atau kontrak pengadaan jasa konstruksi harus direncanakan dengan baik dan anggaran tidak di mark up, ditender dengan fair dan dilaksanakan dengan tepat waktu dan tepat mutu serta tepat jumlahnya. 4 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23. 5 Ibid.

4 Adapun tahapan-tahapan pengadaan barang dan jasa khususnya dibidang jasa konstruksi milik pemerintah secara lengkap dapat dijelaskan dalam siklus pengadaan barang dan jasa berikut ini: Perencanaan Pengadaan Pelaksanaan kontrak Membentuk Panitia Pengadaan Penandatanganan Kontrak Menyusun HPS Pelaksanaan Proses Tender Menetapkan Sistem Pengadaan Gambar 1.1 Siklus Pengadaan Barang dan Jasa pada Instansi Pemerintah 6. Siklus pengadaan Barang dan Jasa pada Instansi Pemerintah di atas menjelaskan bahwa pengadaan Barang dan Jasa khususnya di bidang jasa konstruksi dimulai dari perencanaan pengadaan. Hal ini memiliki arti bahwa setiap pengadaan jasa konstruksi harus dimulai dari tahapan perencanaan yang matang dan presisi serta memiliki sasaran atau target yang terukur. 6 Perpres 70 tahun 2012, Perubahan kedua Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155.

5 Perencanaan pengadaan barang/jasa memegang peranan sangat penting dalam suatu proses pengadaan jasa konstruksi. Jika perencanaan pengadaan jasa konstruksi tersebut baik maka dapat dipastikan sebagian proses pengadaan jasa konstruksi akan berhasil dengan baik pula, sebaliknya jika perencanaan pengadaan jasa konstruksi tersebut tidak baik maka dapat dipastikan proses pengadaan jasa konstruksi tersebut akan mengalami kegagalan dan bahkan dapat berakibat pada proses hukum pidana atau lebih tepatnya tindak pidana korupsi. Apabila dalam proses penganggaran, penyusunan Harga Perkiraan Sendiri, penetapan sistem pengadaan, pelaksanaan proses tender dan pelaksanaan kontrak terdapat dugaan atau indikasi penyimpangan yang diduga mengandung unsur tindak pidana atau kerugian negara yang patut diduga dilakukan melalui persekongkolan baik vertikal maupun horizontal, maka Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dapat melakukan Pemeriksaan Investigatif 7. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pelarangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada Pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa: persekongkolan adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66.

6 menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Selanjutnya didalam Pasal 22 lebih rinci menjelaskan tentang persekongkolan khususnya persekongkolan dalam proses tender yaitu: Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Jika ditemukan perbuatan melawan hukum dalam proses tender atau proses pengadaan seperti persekongkolan untuk me-mark up anggaran, rekayasa proses tender dan rekayasa kualitas dan kuantias hasil pekerjaan, maka BPK-RI dapat melakukan pemeriksaan investigatif dan hasil pemeriksaan investigatif tersebut akan disampaikan kepada aparat penegak hukum baik kepada Kejaksaan, Kepolisian maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan perundangan 8. Kemudian aparat penegak hukum dapat melakukan proses penyidikan dan BPK-RI akan turut membantu dengan proses Penghitungan Kerugian Negara. Dampak dari adanya persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi yang mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat. Sehingga pemilik pekerjaan atau Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk 8 Ibid, halaman 5.

7 mendapatkan barang atau produk tersebut. Persaingan usaha tidak sehat tersebut berdampak kepada terjadinya kerugian Negara. Pada penelitian ini, penulis akan membahas studi kasus pada pembangunan dermaga Sabang. Studi kasus ini membahas bentuk-bentuk persekongkolan yang terjadi pada proses tender serta dampaknya terhadap kerugian Negara. Adapun kerugian Negara yang terjadi sebagai akibat dari dampak persekongkolan tender berupa mark up harga, penyedia jasa/kontraktor tidak kompeten, dan rekayasa kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atas Bentuk-Bentuk Persekongkolan Dalam Pengadaan Jasa Konstruksi Dan Dampaknya Terhadap Kerugian Negara (studi kasus pembangunan konstruksi dermaga). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti bahas diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan untuk melakukan penelitian sebagai berikut: 1. Apa bentuk-bentuk persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi baik secara horizontal maupun secara vertikal? 2. Apa dampak persekongkolan secara horizontal dan vertikal terhadap kerugian Negara?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara obyektif adalah untuk mengidentifikasi bentukbentuk persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi khususnya konstruksi dermaga serta dampak dari persekongkolan tersebut terhadap kerugian Negara. Sementara tujuan subyektifnya adalah untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Strata 2. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap beberapa hal diantaranya: 1. Dunia Pendidikan dan Akademisi Sebagai referensi bagi dunia pendidikan dan akademisi terutama dalam hal deteksi dini bentuk-bentuk persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi. Pengenalan bentuk-bentuk persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi diharapkan dapat membantu dunia pendidikan dan akademisi untuk mengembangkan pedoman deteksi dini anti persekongkolan yang mampu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang larangan persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi. 2. Dunia Praktisi Jasa Konstruksi Dengan adanya penelitian ini diharapkan pelaku usaha jasa konstruksi dapat mempelajari kaedah-kaedah dan asas-asas persaingan yang sehat guna menghindari terjadinya praktik persekongkolan di bidang jasa

9 konstruksi, sehingga kedepannya dapat terhindar dari praktik-praktik perbuatan melawan hukum dalam menjalankan usaha di bidang bisnis jasa konstruksi. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Bentuk-Bentuk Persekongkolan Dalam Pengadaan Jasa Konstruksi Dermaga Dan Dampaknya Terhadap Kerugian Negara sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti oleh pihak lain. Dalam hal penelitian tesis ini, peneliti menulis mengenai bentuk-bentuk persekongkolan dalam pengadaan jasa konstruksi khususnya konstruksi dermaga serta dampaknya terhadap kerugian negara. Penelitian ini merupakan hasil pemikiran sendiri serta pengalaman peneliti sebagai Auditor atau Pemeriksa Investigatif yang pernah melakukan pemeriksaan investigasi atas kasus ini dan diteliti lebih lanjut oleh peneliti secara ilmiah dan akademik. Namun apabila ternyata ditemukan tesis dengan tema yang sama, maka tesis ini diharapkan dapat melengkapi tulisan atau penelitian yang telah tersebut. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai persekongkolan tender diantaranya: 1. Konsistensi Peraturan Di Bidang Pengadaan Barang Dan Jasa Secara Elektronik (e-procurement) Dan Potensi Peranannya Dalam Pencegahan Persekongkolan Tender. Peneliti Aprillian Winata, Pembimbing Utama Prof. M. Hawin, SH, LL.M, Ph.D;

10 2. Pendekatan Rule Of Reason Terkait Putusan Perkara Proses Beauty Contest Proyek Donggi - Senoro (studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 35/kppu-i/2010 Tanggal 05 Januari 2011), Peneliti Pritasari, Pembimbing Utama Dr. Sulistiowati, S.H., M.Hum; 3. Persekongkolan Tender Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat :: Studi Kasus Penjualan Kapal Tanker VLCC Pt. Pertamina, Peneliti Rahayu, Istiningsih, Pembimbing Utama Prof.Dr. Nindyo Pramono, SH.,MS. Dari ketiga contoh penelitian di atas yang membahas mengenai persekongkolan tender, tidak ada yang membahas mengenai bentuk-bentuk persekongkolan tender dan dampaknya terhadap kerugian negara.