Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ETOS KERJA ORANG JEPANG. Tidak ada memungkiri bahwa kerja keras merupakan kata kunci untuk

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB 4 BERPIKIR POSITIF

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

11 Tips Sukses Dari Jepang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

Reflections for managers

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. lainserta mau belajar untuk mengembangkan diri dari kekalahan tersebut.

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

Pengantar Presiden RI pada Hari Pramuka ke-53, di Cibubur, Jakarta, Tgl. 14 Agustus 2014 Kamis, 14 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat berlaku terhadap Negara Jepang (Suryohadiprojo, 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

"Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan."

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

OTORITAS ORANG PERCAYA

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut sebagai Sakoku (negeri tertutup). Akibat isolasi politik tersebut

Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

MENGELOLA AMAL USAHA MUHAMMADIYAH. Hatib Rachmawan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

Definisi Karakter. Pengertian Karakter Menurut Para Ahli. 1. Maxwell

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

ETIK UMB KARAKTER SUKSES. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

Modul ke: Karakter Sukses. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 3) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang maju adalah bangsa Jepang. Karakter bangsa adalah kualitas jati diri bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Bangsa Jepang mempunyai dasar karakter yang kuat. Manusia Jepang memiliki karakter serius dan rajin. Dalam sejarah, karakter khusus ini telah beberapa kali mengejutkan dunia. Contoh pertama adalah usaha orang Jepang menuju modernisasi pada zaman Meiji (1868-1912). Pada zaman Edo, sebelum zaman Meiji, pada saat tahun 1853, terdapat empat buah armada kapal perang dari Amerika datang ke Jepang. Pada saat itu, kebijakan isolasi negara oleh Edo Bakufu yang saat itu memerintah Jepang, membatasi secara ketat kegiatan pertukaran dan perdagangan dengan negara asing. Amerika telah meminta pembukaan negara untuk hubungan perdagangan terhadap Jepang dengan mengirimkan kapal hitam. Edo Bakufu dihadapkan pada situasi yang genting. Saat itu hampir tidak ada keputusan yang tepat cara terbaik dalam menghadapi kapal hitam itu. Karena pengalaman Jepang dalam kegiatan pertukaran dengan negara asing sangat kurang,

maka Jepang sangat takut untuk memulai kegiatan perdagangan dan pertukaran dengan pihak asing. Banyak orang Jepang yang setuju dengan keinginan Edo Bakufu untuk tetap menutup negara. Meskipun demikian, pembangunan Jepang saat itu sebenarnya sangat jauh tertinggal, apalagi dibandingkan dengan negara Barat. Militer Jepang masih sangat lemah. Meskipun hanya empat kapal, Bakufu pesimis Jepang akan mampu menghadapi Amerika, sehingga ia pun terpaksa menuruti keinginan Amerika dan mengambil kebijakan membuka negara. Negara-negara Barat lainnya segera menyusul Amerika dalam menjalin perdagangan dengan Jepang. Kebijakan membuka negara ini rupanya membangkitkan gerakan menentang Bakufu. Pada tahun1867 (14 tahun kemudian), kekuasaan Edo Bakufu akhirnya runtuh setelah memerintah selama 260 tahun. Bagi Jepang, pembukaan negara adalah peristiwa yang sangat besar. Setelah keruntuhan Edo Bakufu maka dimulailah era pemerintahan kaisar, yang disebut zaman Meiji. Saat itu, hampir semua Asia sedang dijajah oleh negara-negara Barat. Orang Jepang di zaman Meiji kemudian beranggapan bahwa ada kemungkinan mereka pun nantinya akan mengalami nasib yang sama. Karena itu, orang Jepang lalu bekerja keras agar dapat menyamai Barat. Mereka berpikir bahwa suatu keharusan untuk mengembangkan industri dan memperkuat militer. Banyak hal yang dilakukan oleh pemerintahan baru Meiji dalam upaya menuju modernisasi. Salah satu di antara kebijakan yang paling penting adalah pendidikan. Orang Jepang sejak dulu sadar arti pentingnya pendidikan. Bahkan

setelah memasuki zaman Meiji, pembangunan negara dan modernisasi didasari oleh pemikiran bahwa pendidikanlah yang akan dapat menghasilkan orang-orang hebat. Akhirnya pemerintah Meiji mulai membuat sistem sekolah pada tahun 1872. Semua anak laki-laki dan perempuan yang berumur 6 tahun ke atas diwajibkan mengenyam pendidikan. 2.2 Karakter Orang Jepang Masyarakat Jepang sangat menghargai suatu hubungan baik dengan orang lain. Untuk itu ada beberapa dasar penting dari budaya, kebiasaan dan aturan masyarakat Jepang yang perlu diajarkan, sopan santun, sikap menghormati orang lain, sikap rendah hati, dan tidak ragu meminta maaf. Sebagai sebuah bangsa, Jepang dikenal sebagai bangsa paling produktif di dunia. Mereka berhasil membangun negaranya dari sisa-sisa keruntuhan dan kehancuran. Selain dikenal sebagai pekerja keras, mereka juga dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi tradisi leluhur, salah satunya adalah tradisi malu. Mereka akan sangat malu bila sampai gagal dalam menjalankan tugas atau kewajibannya. Oleh karena budaya inilah, orang Jepang mempunyai kepribadian yang tangguh dalam meraih keberhasilan. Budaya malu khas orang Jepang sebenarnya sudah diwariskan sejak ratusan tahun silam. Di masa lalu, ada tradisi yang disebut hara-kiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut). Tradisi ini merupakan ritual yang dilakukan oleh para samurai Jepang bila mendapati diri mereka kalah dalam suatu pertempuran. Mereka tidak akan ragu untuk menusukkan sebuah pisau khusus

untuk merobek perut mereka sendiri. Tradisi ini diyakini sebagai bentuk penebusan dosa atau kesalahan sehingga mereka bisa memperoleh kehormatannya kembali. Namun, memasuki era baru, tradisi hara-kiri tentu sudah tidak populer lagi. Orang Jepang memaknai hara-kiri sebagai sebuah ritual pengunduran diri bila mereka gagal menjalankan suatu amanat atau tanggung jawab. Seorang pejabat tinggi di Jepang misalnya, mereka akan penuh kerelaaan hati mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wujud rasa malu yang mereka miliki. Mereka tidak akan bersikukuh untuk memangku jabatan yang ada karena mereka sudah gagal untuk mengembannya. Tradisi malu semacam itu ternyata tidak hanya dimiliki oleh kalangan pejabat saja. Orang-orang Jepang yang bekerja di sektor yang lebih rendah, seperti bekerja sebagai guru sekolah juga mempunyai budaya malu yang tinggi. Mereka akan segera menanggalkan jabatannya bila memang tidak becus dalam mengerjakan suatu tugas. Bila sudah dinilai gagal oleh orang lain, mereka dengan cepat meninggalkan kursi jabatannya. Tradisi malu yang dimiliki oleh orang Jepang juga terlihat jelas lewat kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, orang Jepang akan sangat malu untuk melanggar suatu aturan. Bila ditempat mereka tinggal sudah disepakati suatu aturan, maka pantang bagi mereka untuk melanggarnya. Bila mereka melanggar, tanpa sungkan mereka akan segera memohan maaf. Semua ini menunjukkan

betapa tinggi rasa malu yang mereka miliki. Pembiasaan untuk bersikap malu ternyata berdampak positif bagi kesuksesan dan produktifitas orang Jepang. Herikudaru atau sikap rendah hati, berarti berinteraksi dengan sikap menghormati orang lain. Artinya, berinteraksi dengan orang lain, sambil menunjukkan bahwa lawan bicara tersebut posisinya lebih atas, lebih unggul dan hebat dari Anda, dengan cara merendahkan posisi diri sendiri. Di kehidupan sosial Jepang, Herikudaru (rendah hati) itu sangat penting. Terdapat kebiasaan merasa sungkan sebagai contoh kerendahan hati orang Jepang. Dalam bertutur kata pada saat menyajikan sesuatu kepada orang juga selalu kelihatan budaya rendah hati dari Jepang. Istilah bahasa Jepang yang mengungkapkan sikap rendah hati dari pembicara seperti okage de, atau okagesama de dalam bentuk yang lebih sopan, merupakan ucapan yang sering di gunakan oleh orang Jepang. Selain itu, orang Jepang juga sangat sering minta maaf. Mereka minta maaf, bahkan untuk sesuatu yang bukan tanggung jawabnya. Oleh sebab itu, hubungan antar manusia berjalan dengan baik, karena ketulusan untuk meminta maaf dan saling memaafkan. Sehingga tercipta budaya saling percaya, tanpa ada niat untuk memperdaya orang lain, dan menahan diri untuk tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Menurut para ahli, hal ini disebabkan karena selama ini Jepang tidak pernah ditundukkan dan dikuasai oleh bangsa lain. Di Jepang, setiap orang harus bersaing dalam segala hal. Persaingan pun dilakukan secara sehat dan tidak menjatuhkan pihak lawan. Persaingan pun dilakukan secara sehat dan tidak menjatuhkan pihak lawan. Karakter semacam ini

ternyata sudah dibentuk sejak mereka masih kecil. Sifat atau karkter suka bersaing yang dimiliki oleh orang Jepang, menurut Ann Wan Seng bukanlah suatu bakat maupun warisan genetik. Karakter suka bersaing merupakan hasil dari latihan demi latihan dan pemupukan sikap positif dalam memandang kehidupan. (lbid. Hlm. 284)