KAJIAN ADSORPSI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) HORMON AUKSIN IAA DENGAN BENTONIT ALAM

dokumen-dokumen yang mirip
PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

Kajian adsorpsi linear alkyl benzene sulphonate (Miftah Rifai dan Irwan Nugraha)

Molekul, Vol. 9. No. 1. Mei, 2014: KAJIAN ADSORPSI HORMON PENGATUR TUMBUH ASAM GIBERELIN DENGAN MENGGUNAKAN BENTONIT ALAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

ADSORPSI PEWARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN PASIR VULKANIK GUNUNG MERAPI SKRIPSI

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

4 Hasil dan Pembahasan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

dapat ditemukan dalam tanah bentonit. Montmorillonit kualitas komersial sering juga dinamakan

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

IMMOBILISASI FOTOKATALIS TiO 2 -SILIKA GEL DENGAN BINDER COLLOIDAL SILIKA SEBAGAI PENDEGRADASI DIAZINON SKRIPSI. Oleh Yasinta Sarosa NIM

OPTIMASI DEKOLORISASI REMAZOL YELLOW FG DENGAN KOMBINASI SISTEM ADSORPSI DAN FOTOELEKTRODEGRADASI MENGGUNAKAN FOTOANODA Ti/TiO 2 -PbO

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

OPTIMASI PARAMETER ADSORPSI LOGAM Pb OLEH SERBUK KAYU POHON MANGGA (Mangifera indica) DALAM SISTEM DINAMIS SKRIPSI

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM SULFAT DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B SKRIPSI

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI ADSORBEN SULFIDA DALAM LIMBAH CAIR PABRIK TAHU SKRIPSI. Oleh : Maimunah Noer Aini NIM

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

DEGRADASI FOTOELEKTROKATALITIK RHODAMINE B DENGAN FOTOANODA Ti/TiO 2 -NiO PADA SISTEM FLOW. Disusun Oleh : SETYO PRAMONO M

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

ADSORPSI SIANIDA PADA LIMBAH INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA MENGGUNAKAN SERBUK SEKAM PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN GEL CINCAU HIJAU DAN PENGARUH PENAMBAHAN ADSORBEN TERHADAP WARNA GEL CINCAU HIJAU SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

SINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN

PEMBUATAN ADSORBEN GRAPHENE OXIDE TERMODIFIKASI GLISIN UNTUK ADSORPSI ION TEMBAGA(II) DENGAN SISTEM BATCH

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

TINGKAT KESADAHAN AIR SUMUR DI SEKITAR PEGUNUNGAN KAPUR PUGER SKRIPSI

SKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT. Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP:

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

KARAKTERISTIK DAN AKTIVASI CAMPURAN TANAH ANDISOL / LEMPUNG BAYAT / ABU SEKAM SEBAGAI PENJERAP LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

Efek Suhu Kalsinasi Pada Penggunaan Lumpur Alum IPA sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Konsentrasi Limbah Fosfat

KAJIAN ADSORPSI ZAT PENGATUR TUMBUH NAPHTHALENE ACETIC ACID (NAA) TERHADAP BENTONIT ALAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

STUDI FABRIKASI SENSOR KIMIA BERBASIS PRUSSIAN BLUE UNTUK PENENTUAN ASAM ASKORBAT DALAM MINUMAN S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

EKSTRAKSI PIGMEN MERAH DARI KAYU SECANG DAN PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKUINON UNTUK APLIKASI CAT AKRILIK ARISTA MARGIANA

ANALISIS KADAR Pb DAN Cu PADA IKAN SERTA SAUS KEMASAN KALENG TERHADAP LAMA PENYIMPANAN SKRIPSI. Oleh: Hefinda Erfiandika

IMMOBILISASI TiO 2 DALAM MATRIKS SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK MENDEGRADASI LIMBAH CAIR PEWARNA TEKSTIL SKRIPSI

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

TESIS. KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SEBAGAI ADSORBEN Pb(II) PEANUT (Arachis hypogaea L.) SHELL AS Pb(II) ADSORBENT

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

ANALISIS KESTABILAN KALIUM IODAT DALAM GARAM TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SKRIPSI

Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bandung, Februari Penulis. viii

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

UJI KINERJA ADSORBEN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP LOGAM BERAT DAN DIAZINON SECARA SIMULTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

PEMBUATAN ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG BULU YANG DIAKTIVASI SECARA TERMAL SEBAGAI PENGADSORPSI FENOL SKRIPSI

ABSTRAK. Kata kunci : komposit kaolin-cr 2 O 3, karakterisasi, fotokatalis, remazol brilliant orange. iii

PENGGUNAAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata) SEBAGAI PENURUN KADAR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DALAM LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

ANALISIS KEBERADAAN ALUMUNIUM TERHADAP UNSUR HARA MAKRO KALSIUM DAN KALIUM DALAM TANAH DI SEKITAR WILAYAH PLTU PAITON SKRIPSI

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

PENGARUH VARIASI ph DAN WAKTU PADA PEMBUATAN Ca-Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TURBIDIMETRI UNTUK ANALISA KLORIDA MENGGUNAKAN FLOW INJECTION ANALYSIS SKRIPSI. Oleh. Mazia Ulfah NIM

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

KAJIAN ADSORPSI METILENA BIRU PADA HUMIN

Transkripsi:

KAJIAN ADSORPSI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) HORMON AUKSIN IAA DENGAN BENTONIT ALAM Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Kimia Oleh Andri Somantri 09630020 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 1

2

3

4

5

6

MOTTO bukanlah kesalahan memiliki pemikiran yang berbeda tidaklah sebuah kekeliruan menentukan jalan yang tidak sama karena mimpi tak bisa dibeli dan pengalaman tak mungkin diwakilkan (Andri Somantri) passion menggerakkan hidup untuk bergairah mimpi menuntun insan pantang menyerah agama membuat segalanya terarah bagaimanapun semua hal akan berlalu, suatu hari kita kan terbangun dan tersenyum menyadari bahwa kita telah melewatinya... (dikutip dari film Mengejar Matahari) 7

MOTTO bukanlah kesalahan memiliki pemikiran yang berbeda tidaklah sebuah kekeliruan menentukan jalan yang tidak sama karena mimpi tak bisa dibeli dan pengalaman tak mungkin diwakilkan (Andri Somantri) passion menggerakkan hidup untuk bergairah mimpi menuntun insan pantang menyerah agama membuat segalanya terarah bagaimanapun semua hal akan berlalu, suatu hari kita kan terbangun dan tersenyum menyadari bahwa kita telah melewatinya... (dikutip dari film Mengejar Matahari) 8

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya kecil ini, ku persembahkan khusus untuk Ibu dan Bapak Tercinta Adik-Adikku Tersayang Keluarga Besarku Tercinta Teman-Temanku Sepanjang Masa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 9

KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul KAJIAN ADSORPSI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) HORMON AUKSIN IAA DENGAN BENTONIT ALAM, sebagai persyaratan kelulusan tingkat sarjana strata satu program studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa andil dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan penuh hormat dan dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Bapak Prof. Drs. Akh. Minjahi, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ibu Pedy Artsanti, M.Sc dan Bapak Irwan Nugraha, S.Si., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing dan memotivasi penyusun dalam menyelaikan tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Susy Yunita Prabawati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dalam perjalanan masa studi. 4. Ibu Esti Wahyu Widowati, M.Si., M. Biotech. Selaku Ketua Program Studi Kimia yang telah memberikan motivasi dan pengarahan selama studi. 5. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan material selama masa studi dan proses penyusunan skripsi ini. 10

6. Bapak Wijayanto, S. Si., Bapak Indra Nafiyanto, S. Si., serta Ibu Isni Gustanti, S. Si., selaku laboran Laboratorium Kimia Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 7. Teman-teman progam studi kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 8. Rifqi Mizan, Defri Nuridwan, Khaerul Huda, Naylal Muna dan seluruh sahabat yang sangat kucintai. 9. Kawan-Kawan Komunitas Pecinta Alam Sejati (KOMPAS) Tasikmalaya Kebesaran-Mu Menyertai Petualangan Sejatiku. 10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekeliruan. Kritik dan saran sangat diharapkan penulis demi kemajuan perkembangan ilmu kimia di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian. Yogyakarta, 12 september 2014 Penulis 11

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii v vi vii viii ix xi xiv xvi xvii ABSTRAK... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Batasan Masalah... 4 C. Rumusan Masalah... 4 D. Tujuan Penelitian... 5 E. Manfaat Kegiatan... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka... 6 B. Landasan Teori... 8 a. Bentonit... 8 b. Interkalasi... 10 c. Adsorpsi... 12 12

d. Spektrofotometri UV Vis... 16 e. Spektroskopi Infra Merah (IR)... 20 f. X-Ray Difraction (XRD)... 24 g. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)... 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 29 B. Alat dan Bahan... 29 C. Metode... 29 a. Perispan Sampel Bentonit... 29 b. Mengukur Kapasitas Adsorpsi Bentonit... 30 i. Penentuan ph Optimum... 30 ii. Penentuan Waktu Optimum... 30 iii. Penentuan Dosis Bentonit Optimum... 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparsi Sampel Na-Bentonit... 32 B. Karakterisasi Bentonit dan Auksin IAA Dengan FT-IR... 33 C. Karakterisasi Bentonit Dengan X-Ray Difraction... 37 a. Karakterisasi Bentonit Alam dan Bentonit Purifikasi... 37 b. Karakterisasi Bentonit-Auksin IAA... 39 D. Karakterisasi Auksin IAA Dengan Spektrofotometer UV-Visibel 42 E. Pembuatan Kurva Kalibrasi... 43 F. Adsorpsi... 44 a. Penentuan ph optimum... 44 b. Penentuan Waktu Optimum... 47 c. Penentuan Dosis Bentonit Optimum... 48 G. Penentuan Isoterm Adsorpsi... 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 53 B. Saran... 54 13

DAFTAR PUSTAKA... 55 LAMPIRAN... 58 14

DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 2.1 : Struktur Kristal Montmorillonit... 9 Gambar 2.2 : Kurva Isoterm Langmuir... 15 Gambar 2.3 : Diagram Blok Spektrofotometer UV-Vis... 18 Gambar 2.4 : Difraksi Sinar X Pada Kristal... 24 Gambar 2.5 : Struktur Kimia Auksin IAA... 28 Gambar 4.1 : Spektra FT-IR Bentonit Alam dan Bentonit Purifikasi... 34 Gambar 4.2 : Spektra FT-IR Auksin IAA dan Bentonit Auksin... 36 Gambar 4.3 : Difraktogram XRD Bentonit Alam dan Bentonit Purifikasi... 39 Gambar 4.4 : Difraktogram XRD Bentonit-Auksin... 41 Gambar 4.5 : Kurva Adsorpsi Pada Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Auksin IAA 60 ppm... 42 Gambar 4.6 : Kurva Adsorpsi Auksin IAA Pada Panjang Gelombang 275,5 nm Dalam Beberapa Konsentrasi... 43 Gambar 4.7 : Hubungan Antara ph dan Kapasitas Adsorpsi Bentonit Terhadap Auksin IAA...... 45 Gambar 4.8 : Perbedaan Pola Serapan Auksin IAA pada ph 1 sampai 6... 46 Gambar 4.9 :Hubungan Antara Waktu Kontak dan Kapasitas adsorpsi Bentonit terhadap Auksin IAA...... 48 Gambar 4.10 :Hubungan Antara Kadar Bentonit Dengan Kapasitas Adsorpsi Bentonit Terhadap Auksin IAA... 49 Gambar 4.11 :Grafik Isoterm Langmuir Bentonit Alam dengan Auksin IAA (Ce/Q) (g/l) vs Ce (mol/l)... 50 15

Gambar 4.12 : Grafik Isoterm Freundlich Bentonit Alam dengan Auksin IAA (Log Q Vs Log Ce)... 51 16

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Sifat-Sifat Na Bentonit dan Ca Bentonit... 10 Tabel 2.2 : Contoh-Contoh Logam Target Dengan Filter yang Sesuai... 25 Hal. Tabel 4.1 : Puncak Serapan FTIR Bentonit alam dan Bentonit Purifikasi 35 Tabel 4.2 : Bilangan Gelombang Auksin IAA dan Bentonit-Auksin... 37 Tabel 4.3 : Harga 2θ, Jarak Antar Bidang (d) dan Jenis Mineral Bentonit Alam dan Bentonit Purifikasi... 38 Tabel 4.4 : Harga 2θ, Jarak Antar Bidang (d) dan jenis mineral Bentonit Auksin... 41 Tabel 4.5 : Hasil Perhitungan Isoterm Adsorpsi Langmuir dan Freundlich pada Auksin IAA dengan Bentonit Alam... 50 17

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum... 58 2. Lampiran Data Kurva Kalibrasi... 58 3. Lampiran Hasil Pengukuran Kapasitas Adsorpsi Penentuan ph Optimum 59 4. Lampiran Hasil Pengukuran Kapasitas Adsorpsi Penentuan Waktu Kontak Optimum 60 5. Lampiran Hasil Pengukuran Kapasitas Adsorpsi Kadar Bentonit... 61 6. Lampiran Perhitungan Kapasitas Adsorpsi... 62 Hal. 18

ABSTRAK KAJIAN ADSORPSI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) HORMON AUKSIN IAA DENGAN BENTONIT ALAM Oleh : Andri Somantri 09630020 Pembimbing : Pedy Artsanti S.Si, M.Sc. Irwan Nugraha S.Si, M.Sc. Telah dilakukan adsorpsi terhadap Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) hormon Auksin IAA dengan menggunakan bentonit alam yang telah dipurifikasi. Hidrogen peroksida (H 2 0 2 ) digunakan dalam purifikasi bentonit alam. Analisis bentonit dilakukan dengan Fourier Transform Infrared (FTIR) serta X-Ray Difraction (XRD). Hormon Auksin IAA yang teradsorb dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakterisasi bentonit sebelum dan sesudah purifikasi, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi ZPT auksin IAA secara optimum dan mengetahui model kinetika adsorpsinya. Adsorpsi dilakukan dengan mereaksikan bentonit sebagai adsorben dalam larutan Auksin IAA. Parameter yang dilakukan yaitu variasi ph, variasi waktu, dan variasi dosis adsorben. Hasil penelitian mendapatkan bentonit alam hasil purifikasi mengadsorpsi secara optimum pada ph 3 dengan kapasitas adsorpsi sebesar 9,45 mg/g, waktu optimum adsorpsi selama 60 menit dengan kapasitas adsorpsi 12 mg/g, serta dosis bentonit optimum sebesar 10,15 mg/g, sedangkan model adsorpsinya mengikuti model isoterm Freundllich dengan energi adsorpsi sebesar -30,863 KJ/mol. Kata Kunci : Auksin IAA, FTIR, XRD, Adsorpsi, Freundlich 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan organik dan sisa-sisa pangkasan dalam tanah dapat dikembalikan untuk memperbaiki sifat fisik dan sifat kimia tanah, serta mempertahankan unsur organiknya (Basri, 1994). Unsur hara dalam tanah dapat berkurang atau hilang karena terserap oleh tanaman dan selanjutnya terbawa keluar ketika panen berlangsung. Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan (Rosmarkam, 2002). Sifat biologis tanah dapat menurun akibat iklim yang tidak menguntungkan sehingga aktivitas jasad renik di dalamnya terganggu. Dengan demikian proses penguraian bahan organik tanah terhambat dan tingkat kesuburan berkurang (Cahyono, 2003). Kondisi seperti ini dapat merugikan petani karena menyebabkan produksi menurun. Pupuk adalah penyubur yang ditambahkan ke tanah untuk membantu menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman agar produktivitas meningkat, sedangkan pemupukan adalah suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman (Sutarta, 2003). Dalam hal ini pemberian pupuk/hormon ke dalam tanah dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi masalah berkurangnya unsur hara sehingga dapat meningkatkan kembali kesuburan tanah. 20

Bertambahnya populasi penduduk dunia turut memberi andil dalam meningkatnya kebutuhan hidup manusia terutama sektor pangan. Lahan pertanian yang cenderung semakin sedikit tentu saja perlu peningkatan hasil panen yang signifikan. Dengan kemajuan teknologi saat ini telah dapat disintesis suatu zat pengatur tumbuh guna mengasilkan hasil pertanian yang diinginkan. Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan dalam pertanian saat ini adalah auksin, gibirelin dan sitokinin. Indol Acetic Acid (IAA) merupakan bentuk aktif dari hormon auksin yang dijumpai pada tanaman dan berperan meningkatkan kualitas hasil panen. Hormon ini mampu diproduksi oleh mikroorganisme tertentu dan juga dapat dihasilkan oleh tanaman yang dapat mempengaruhi proses fisiologis tumbuhan (Weaver, 1972). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa IAA dapat meningkatkan jumlah bulu akar dan akar lateral sehingga meningkatkan penyerapan air dan unsur hara dari tanah (Abbas, 2003), namun tanaman umumnya tidak mampu menghasilkan IAA dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan seperti ini memerlukan campur tangan manusia dalam memenuhi kebutuhan hormon untuk tanaman. Pemberian pupuk/hormon ke dalam tanah sampai saat ini masih bersifat tradisional dimana pupuk/hormon hanya ditebar langsung ke badan tanah. Cara seperti ini jelas memiliki kekurangan apabila terjadi musim hujan dan penyiraman yang berlebihan, hal ini disebabkan pupuk/hormon yang telah 6

ditebar ke badan tanah akan tergerus dan larut sehingga terbawa air. Akhirnya kesuburan tanah menjadi berkurang. Untuk mengantisipasi tergerusnya pupuk/hormon ini dalam tanah maka perlu suatu upaya untuk menyimpan terlebih dahulu dalam sebuah material pengemban yang berpori. Adanya pori-pori yang dimiliki suatu material pengemban dapat menyebabkan pupuk/hormon terjebak lebih dahulu. Dengan kata lain material pengemban merupakan media penyimpanan sementara sebelum ditebar ke badan tanah. Pupuk/hormon yang tersimpan dalam poripori material pengemban akan dikeluarkan secara bertahap sesuai kebutuhan tanaman, inilah proses yang dinamakan slow release. Terjebaknya pupuk/hormon dalam suatu material pengemban dapat meminimalkan bahkan menghindari penggerusan oleh air berlebih, sehingga pemanfaatannya akan berjalan lebih efektif dan efisien. Bentonit merupakan salah satu mineral alam yang memiliki struktur berpori dan dapat digunakan sebagai material pengemban pupuk/hormon. Selain itu bentonit termasuk salah satu kekayaan Indonesia yang berlimpah namun pemanfaatannya belum optimal. Bentonit memiliki ciri-ciri diantaranya licin, lunak, memiliki kilap lilin, berwarna merah muda dalam keadaan segar dan jika telah lapuk berwarna cokelat kehitaman (Riyanto, 1994). Kemampuan yang dimiliki yaitu mengembang (swelling) ketika berada dalam air atau larutan organik, selain itu bentonit juga memiliki kapasitas penukar ion yang tinggi sehingga mampu menampung kation dalam lapisannya dalam jumlah besar (Ogawa, 1992). Dari penjelasan tersebut maka 7

bentonit dapat digunakan sebagai material pengemban untuk hormon Auksin IAA sebagai upaya mengoptimalkan kesuburan unsur hara dalam tanah sehingga mampu berdampak baik pada hasil pertanian. B. Batasan Masalah 1. Bentonit alam yang digunakan untuk adsorpsi dicuci dengan Hidrogen Peroksida H 2 O 2. 2. Karakterisasi bentonit alam dilakukan dengan menggunakan FT-IR untuk menganalisis gugus fungsi, serta XRD untuk menguji kristalinitas dan komposisi kemurnian bentonit alam. 3. Adsorpsi dilakukan terhadap hormon Auisin IAA Indole Acetic Acid yang diperoleh dari Laboratorium Bioteknologi Indonesia. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah karakter bentonit alam dan bentonit purifikasi menggunakan FT-IR dan XRD? 2. Bagaimanakah pengaruh ph, waktu adsorpsi dan dosis adsorben terhadap proses adsorpsi bentonit dalam menjerap hormon Auksin IAA Indole Acetic Acid? 3. Bagaimanakah model adsorpsi Auksin IAA dengan menggunakan bentonit purifikasi? 8

D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakter bentonit alam dan bentonit purifikasi menggunakan FT-IR dan XRD. 2. Mengetahui pengaruh ph, waktu adsorpsi dan dosis adsorben terhadap kapasitas adsorpsi bentonit dalam menjerap hormon Auksin IAA Indole Acetic Acid. 3. Mengetahui model adsorpsi Auksin IAA dengan menggunakan bentonit hasil purifikasi. E. Manfaat Penelitian 1. Eksplorasi pemanfaatan mineral lempung bentonit sebagai material multifungsi. 2. Teknologi alternatif untuk memanfaatkan potensi kegunaan mineral lempung bentonit. 3. Optimalisasi pemanfaatan Zat Pengatur Tumbuh ZPT hormon Auksin untuk meminimalkan laju pencucian oleh air pada lingkungan tanah. 4. Menghasilkan produk untuk pertanian slow release material bentonitauksin. 9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasar pada penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakterisasi bentonit alam dan bentonit purifikasi menggunakan FT-IR dengan mengdentifikasi gugus fungsi yang ditunjukkan oleh beberapa bilangan gelombang bentonit alam yaitu pada 3624, 17 cm -1 ; 3433,29 cm -1 ; 2931,80 cm -1 ; 1635,64 cm -1 ; 1041,56 cm -1 ; 918,12 cm -1 ; 516,92 cm -1 ; 462,92 cm - 1. Pemurnian yang dilakukan tidak menyebabkan kerusakan struktur tetapi hanya terjadi pergeseran bilangan gelombang yang tidak signifikan pada bentonit purifikasi yaitu pada 3626,17 cm -1 ; 3433,29 cm -1 ; 2931,80 cm -1 ; 1635,64 cm -1 ; 1041,56 cm -1 ; 918,12 cm -1 ; 516,92 cm -1 ; 462,92 cm -1. Sedangkan karakterisasi menggunakan XRD dapat menentukan keberadaan montmorillonit dengan melihat puncak pada 2θ yang menggambarkan tingkat kristalinitas. Harga 2θ dan jarak antar bidang yang dimiliki bentonit alam yaitu 2θ = 6,09 dengan basal spacing sebesar 14,48 Å ; 2θ = 20,17 dengan basal spacing 4,38 Å ; 2θ = 21,68 dengan basal spacing 4,09 Å ; 2θ = 31,75 dengan basal spacing 2,82 Å ; 2θ = 35,79 dengan basal spacing sebesar 2,51 Å mengalami perubahan pada jarak antar bidang yang dimiliki bentonit purifikasi yaitu 2θ = 5,66 dengan basal spacing 15,60 Å ; 2θ = 19,75 dengan basal spacing 4,49 Å ; 53

2. 2θ = 21,80 dengan basal spacing 4,70 Å ; 2θ = 31,60 dengan basal spacing 2,83 Å ; 2θ = 35,84 dengan basal spacing 2,50 Å. 3. Bentonit alam hasil purifikasi dengan H 2 O 2 dapat mengadsorpsi hormon Auksin IAA secara optimum pada ph 3 dengan kapasitas adsorpsi sebesar 9,45 mg/g, lalu waktu kontak optimum selama 60 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 12 mg/g, sedangkan dosis 1 gram dapat mengadsorpsi Auksin IAA secara optimum dengan kapasitas adsorpsi sebesar 10,15 mg/g. 4. Adsorpsi Auksin IAA oleh bentonit mengikuti model isoterm Freundlich dengan nilai Kf sebesar 4,666 x 10-6 L/mol dengan energi adsorpsi sebesar -30,863 KJ/mol. B. Saran 1. Perlu dilakukan modifikasi terhadap bentoni untuk mencari bentonit yang paling optimum dalam mengadsorp suatu hormon pertumbuhan seperti aktivasi dengan asam atau dengan bentonit terpilar. 2. Bentonit yang digunakan baiknya dilakukan pemurnian dengan beberapa fraksi dan dicari bentonit dengan luas permukaan paling baik sebagai media adsorpsi. 3. Studi lebih lanjut mengenai desorpsi hormon pertumbuhan setelah dilakukan adsorpsi karena laju desorpsi sangat penting dalam aplikasi hormon pertumbuhan secara langsung. 54

Daftar Pustaka Abbas, Z. and Y. Okon. 1993. Plant Growth Promotion by Azotobacter Paspali in The Rhizosphere. Soil Biol. Biochem, Vol. 25., 1.075-1.083. Alberty, R. A and Daniels, F. 1983. Physical Chemsitry. New York : John Willey & Sons. Anna, Wiwi dan Irnawati. 2010. Uji Kinerja Kitosan-Bentonite Terhadap Logam Berat dan Diazinon Secara Simultan. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia Vol 1, No.2., Oktober 2010. Arryanto, Yateman. 2006. Teknologi Nano dalam Struktur Silika Alumina Lempung Alam dan Terapannya di Masa Depan. SEMNAS Kimia dan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA UNNES, Semarang. Arteca, R. N. 2006. Introduction to Horticultural Science. Thompson Delmar Learning, a part of the Thomson Corporation. Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid 2.Terjemahan Kartohadiprojo. Penerbit Erlangga : Jakarta. Basri, I. H. 1994. Agroforestry sebagai solusi sistem usahatani berkelanjutan Ultisol di daerah tropika basah (studi kasus Sitiung). Prosiding Lokakarya Nasional Agroforestry. Bogor. Burn, R. G. 1986. Interaction Of Enzymes With Soil Minerals and Organic Colloids. In: Huang, P.M., Schnitzer, M. (Ed.), Interaction of Soil Minerals With Natural Organics and Microbes. Soil Science Society : America. Cahyono, B. 2003, Kacang Buncis. Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani, Kanisius, Yogyakarta. Foth, H.D. 1988, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UGM, Yogyakarta. Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Jakarta : Erlangga. Hendaryono, D. P. 1994. Teknik Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern). Kanisius : Yogyakarta. Khopkar, S. M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bombay : Analytical Laboratory Department of Chemistry Indian Institut of Technology Bombay. Loveless, A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Edisi Pertama. Gramedia : Jakarta. Moore, T. C. 1999. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. American Society of Agronomy. Madison : Wisconsin. Morris, M.C., Mc Murdie, H.F., Evans, E. H.1981. Standar X-Ray Diffraction Powder Patterns. National Bureau Of Standards. Nandi, B. K. Goswami. A. dan Purkait, M. K. 2009. Adsorption Characteristics of Brilliant Green Dye on Kaolin, (hlm 387-395) J. Hazard.Mate. 55

Nurdiani, D. 2005. Adsorpsi Logam Cu(II) dan Cr(VI) pada Kitosan Bentuk Serpihan dan Butiran. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ogawa, M. 1992. Preparation of Clay-Organic Intercalation Compounds by Solid solid Reaction and Their Application to Photo-Functional Material, Dissertation, Waseda University, Tokyo. Oscik, J., 1994, Adsorption, John Willey and Sons, New York. Pandey, S. N. and Sinha. 1991 Plant Phisiology. Third Edition. New Delhi: Vikas Publishing House. Puspitasari, Dyah Pratama. 2006. Adsorpsi Surfaktan Anionik Pada Berbagai ph Menggunakan Karbon Aktif Termodifikasi Zink Klorida, Skripsi, Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rifa i, Miftah. 2013. Kajian Adsorpsi Linear Alkyl Benzene Sulphonate (LAS) dengan Bentonit Alam, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Riyanto, A. 1994, Bahan Galian Industri Bentonit, Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung. Robert. L. Pecsok., L. Donald Shields., Thomas Cairns and Ian G Mc William. 2000. Modern Method sof Chemical Analysis. New York : John Wiley and Sons. Rosmarkam, Afandi. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta; Kaninisus. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Spektrokopi. Yogyakarta : Liberty. Schubert, Ulrirch. 2002. Synthesis of Inorganic Materials. New York : Willey VCH. Soedarmo. 1981. Petunjuk Praktek Bahan Galian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan menengah Kejuruan. Bagian Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Teknologi (hlm 40). Jakarta : Depdikbud. Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Industri. Yogyakarta : UGM Press. Sunardi, Yateman Arryanto dan Sutarno. 2009. Adsorpsi Asam Giberelin pada Kaolin asal Tatakan, Kalimantan Selatan. Indonesian Jornal of Chemistry, Vol. 9, No. 3., 373-379. Sutarta, E. S, Rahutomo, W. Darmosarkoro dan Winarna. 2003. Peranan Unsur Hara dan Sumber Hara Pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (hlm 81). Medan. Tan H. Kim. 1982. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Diterjemahkan Didiek Hadjar Goenadi. Yogyakarta : UGM Press. Tarigan, Poris. 1986. Spektrometri Massa. Bandung : Alumni. 56

Tchobanoglous and Burton. 1991, Waste Water Engineering Treatment, Disposal and Rense. Third Edition, New York : Mc Graw Hill Inc. Wattimena G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tumbuhan. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB. Weaver, J. R. 1972. Plant Growth in Agriculture. University of California, Davis. M. H. Freemna & Co, San Frasisco. Wijaya, Karna. 2002. Bahan Berlapis dan Berpori Sebagai Bahan Multifungsi. FMIPA UGM: Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemistry, Vol. 2., No. 3., 142-154. Zong M. C., Yi Li and Zhen Z. 2008. Plant Growth Regulators Used in Propagation, Plant Propagation, Concepts and Laboratory Exercices. CRC Press. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara: Jakarta. 57

LAMPIRAN Lampiran.1 Hasil Pengukuran Untuk Penentuan Panjang Gelombang Maksimum No Panjang Gelombang (nm) Adsorbansi 1 260 0,284 2 262 0,286 3 264 0,293 4 266 0,304 5 268 0,314 6 270 0,326 7 272 0,339 8 274 0,346 9 275 0,347 10 275,5 0,347 11 276 0,346 12 278 0,344 13 282 0,326 14 286 0,264 15 290 0,209 16 296 0,11 17 300 0,082 Lampiran 2. Data Kurva Kalibrasi Auksin IAA No Konsentrasi (ppm) Adsorbansi 1 30 0,068 2 50 0,122 3 80 0,33 4 120 0,471 5 140 0,52 58

Lampiran.3 Hasil Pengukuran Kapasitas Adsorpsi Penentuan ph Optimum Cara menghitung nilai kapasitas adsorpsi untuk ph 2 Co = = Ca =,,... = 254.5 mg/l =..... = 176.5 mg/l Q = (") =.$ % ($.$".$) &/%.$ & = 7.8 mg/g N0 ph Q (mg/g) 1 2 7.8 2 3 9.45 3 4 7.55 4 5 7.75 5 6 6.4 59

Lampiran.4 Hasil Pengukuran Kapasitas Adsorpsi Waktu Kontak Cara menghitung nilai kapasitas adsorpsi untuk waktu adsorpsi 30 menit Co = = Ca =,,... = 254.5 mg/l =..... = 199.5 mg/l Q = (") =.$% ($.$".$) &/%.$ & = 5.5 mg/g No Waktu Kontak (menit) Q (mg/g) 1 30 5.5 2 60 12 3 90 5.25 4 120 6.25 5 150 5.7 60

Lampiran.5 Hasil Pengukuran Kapasitas Adsorpsi Kadar Bentonit Cara menghitung nilai kapasitas adsorpsi untuk kadar bentonit 0,5 gram Co = = Ca =,,... = 254.5 mg/l =...(.. = 189 mg/l Q = (") =.$ % ($.$"() &/%.$ & = 6.55 mg/g No Kadar Bentoni (gram) Q (mg/g) 1 0.5 6.55 2 1 10.15 3 1.5 8.1 4 2 7.95 5 2.5 7.65 61

Lampiran 6 Perhitungan Isoterm Adsorpsi No (C 0 ) Konsentrasi Awal (mol/l) (Ce) Konsentrasi setelah kontak (mol/l) Q Kapasitas adsorpsi (mol/g) Ce/Q (g/l) Log Ce Log Q 1 0,342 7,773 x 10-2 2,655 x10-2 2,91-1,1118-1,5759 2 0,342 4,857 x 10-2 1,46 x 10-2 3,326-1,3136-1,380 3 0,342 7,71 x 10-2 8,82 x 10-3 8,476-1,1127-2,0545 4 0,342 8 x10-2 6,55 x 10-3 12,21-1,096-2,183 5 0,342 9,71 10-2 4,89 x10-3 19,83-1,012-2,31 Bentonit alam yang digunakan berturut-turut adalah 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 gram sehingga nilai konsentrasi awal (Co) adalah tetap. Konsentrasi Auksin IAA 60 ppm, dengan ph 3 dan waktu kontak 60 menit. Misal : y = 0,002x + 0,162 0,218 = 0,002x + 0,162 x = 29 mg/l Co = Ce = &/% $ &/ = 0,342 )*/+ $ *,-)/)./ = 0,0773 = 7,73 x 10-2 C teradsorp = 0,342 0,0773 = 0,2655 Q =,012 3 4,$ + = 0,02655 mol/gram,$ *,-) Ce/Q = 2,91 gram/l 62

Isoterm Langmuir 567 8 Satuan Q = 98 = mol/g & Persamaan Langmuir :; < = 1? :; 1 @? Y= 319,7 x 14,89 Satuan slope = B C = D/ D = &/% /% =E/FG Slope = = 319,7 g/mol b=, */)./ = 0,00312 mol/g Satuan Intersep = sumbu Y = ).//+ ).//* = g/l Intersep = = - 14,89 g/l LM N N = ",( */+ /M = ",( */+, */)./ -14,89 g/l x K = 319,7 g/mol K =, */)./ ",( */+ = - 21,42 L/mol 63

Isoterm Freudnlich Persamaan Freundlich : Q = Kf Ce 1/n Log Q = 1/n log Ce + log Kf Y = -3,038x +-5,331 Slope = O = -3,038 n= ",( +/* = -0,3291 Satuan intersept = sumbu Y = L/mol Log Kf = -5,331 L/mol Kf = 10-5,331 L/mol = 4,666 10-6 L/mol Energi adsorpsi pada persamaan Freundlich E adsorpsi = - G = RT ln K Dimana : R = 8,314 J/K.mol Maka T = 302,15 º K K = Kf = 4,666 10-6 L/mol E adsorpsi = RT ln K E adsorpsi = 8,314 J/K.mol x 302,15 º K x ln (4,666 10-6 ) = -30,386 KJ/mol 64