BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranto (2007), dengan judul penelitian Analisis Hubungan Motivasi, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Kemandirian Usaha Terhadap Kinerja Pengusaha Pada Kawasan Industri Kecil di daerah Pulogadung, Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel pada populasi menggunakan kusioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha industri kecil di perkampungan pulogadung. Populasi terjangkau yang digunakan sebagai kerangka sampling adalah 442 pengusaha industri kecil yang bergerak di bidang garment, kulit meubel, logam, dan aneka komoditi. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan jamak yang diperoleh dalam penelitian ini sangat signifikan. Temuan ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi berusaha, pengetahuan kewirausahaan, dan kemandirian usaha secara bersama-sama dengan kinerja pengusaha industri kecil telah teruji kebenarannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (2007), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Motif Berprestasi, Dan Kemandirian Pribadi Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Studi Kasus Warnet Di Padang Bulan). Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel pengetahuan kewirausahaan (X 1 ), Kemandirian (X 3 ) berpengaruh signifikan terhadap perilaku kewirausahaan pada para pemilik usaha
warnet di Padang Bulan. Variabel motif berprestasi (X 2 ) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kewirausahaan pada para pemiliki usaha warnet di Padang Bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap Kinerja Usaha Studi Kasus Pada Pendagang Pakaian Pajak Sore Jln. Jamin Ginting. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa, variabel (X 1 ) dan Kemandirian pribadi (X 2 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pedagang pakaian pada pajak sore Jl. Jamin Ginting. B. Pengertian Motivasi Menurut Robbins (2002:55) motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan individu. Suatu kebutuhan (need) berarti suatu kekurangan secara fisik atau psikologis yang membuat keluaran tertentu terlihat menarik. Suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi menciptakan ketegangan, sehingga merangsang dorongan dalam diri individu. Dorongan-dorongan ini menghasilkan suatu pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu yang jika tercapai akan memuaskan kebutuhan dan menyebabkan penurunan ketegangan. Motivasi berusaha adalah dorongan patriotik pengusaha yang muncul dari dalam diri (intrinsik) dan dari luar diri (ekstrinsik) dalam meneliti kehidupannya
untuk mencari nilai-nilai hakiki agar cita-cita hidup berlandaskan keyakinan dan watak luhur untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Munurut Robbins (2002:55) ada beberapa teori yang diformulasi khusus selama periode ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Teori Hierarki Kebutuhan Teori Hierarki kebutuhan yang dikemukan Abraham Maslow, membuat hipotesis bahwa dalam diri manusia terdapat lima tingkatan kebutuhan.yaitu : a. Kebutuhan fisik : Meliputi lapar, haus, tempat bernaung, seks, dan kebutuhan tubuh lainnya. b. Kebutuhan rasa aman : Meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosi. c. Kebutuhan sosial : Meliputi kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan. d. Kebutuhan penghargaan : Meliputi faktor-faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi, serta faktor-faktor eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian. e. Kebutuhan aktualisasi diri : Dorongan untuk menjadi apa yang mampu dia lakukan; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi diri, dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri. 2. Teori X dan Teori Y Dalam Teori X, terdapat empat asumsi yang dapat diyakini, yaitu : a. Karyawan tidak suka bekerja bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya.
b. Karena para karyawan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan yang diinginkan. c. Para karyawan akan mengelakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal. d. Kebanyakan pekerja mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) di atas semua faktor dan hanya menunjukkan sedikit ambisi. Dalam Teori Y, terdapat empat asumsi berlawanan yang diyakini, yaitu : a. Para karyawan memandang pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain. b. Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri. c. Seorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab. d. Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik didelegasikan kepada karyawan secara luas dan tidak harus berasal dari orang yang berada dalam manajemen. 3. Teori Motivasi Higienis Teori motivasi higienis diajukan oleh ahli psikologi Frederick Herzberg. Berkeyakinan bahwa hubungan individu dengan pekerjaan adalah sesuatu yang mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan akan sangat menentukan kesuksesan atau kegagalannya.
C. Wirausaha Dan Kewirausahaan Menurut Hakim dan Arifin (2001:1) wirausahawan (enterpreneur) adalah seorang inovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan konsepkonsep bisnis untuk menghasilkan produk atau jasa, yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, yang menyusun konsep strategi perusahaan, dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Menurut Kasmir (2006:16) wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Menurut Hakim dan Arifin (2001:2) kewirausahaan (enterpreneurship) merujuk kepada kepribadian tertentu, yaitu pribadi yang mulia, yang mampu berdiri sendiri, yang mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri serta mampu menerapkan tujuan yang ingin dicapai atas pertimbangannya sendiri. Setiap usaha yang dijalankan, bahkan oleh mereka yang sukses, senantiasa dimulai dengan adanya semangat kewirausahaan (enterpreneurship spirit). Menurut Dewanti (2008:3) mengemukakan bahwa kewirausahaan tidak terbatas pada kemampuan mengelola bisnis semata sebagai pengusaha tetapi juga siapapun yang mengelola upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan sumber daya untuk menemukan peluang demi perbaikan hidup. Menurut Suryana (2003:10) mengemukakan bahwa suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko
yang mungkin dihadapinya. Kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi: 1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/ usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya. 2. Kemampuan berinisiatif. Mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa berinisiatif. 3. Kemampuan berinovasi. Melahirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau kombinasi baru yang dapat dijadikan perangkat dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat. 4. Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri. Untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan. 1. Karakteristik Kewirausahaan Ciri dan Watak wirausahawan disebutkan oleh Geoffrey G. Meredith antara lain adalah : a. Percaya diri. Wirausahawan memiliki watak berkeyakinan tinggi, tidak tergantung pada orang lain, individualistis dan optimis.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan berwatak butuh berprestasi, berorientasi laba, tekun dan tabah, tekad bekerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif. c. Pengambilan resiko dan suka tantangan. Wirausahawan memiliki watak mampu mengambil resiko yang wajar. d. Kepemimpinan. Wirausahawan berperilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik. e. Keorisinilan. Wirausahawan berwatak inovatif dan kreatif serta fleksibel. f. Berorientasi ke masa depan. Wirausaha berpandangan ke depan, perspektif. Profil wirausahawan juga dikemukan Zimmerer (2008:7) disebutkan sebagai berikut : a. Menyukai tanggung jawab. Wirausahawan bertanggungjawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. b. Lebih menyukai resiko menengah. Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan seorang yang mengambil resiko diperhitungkan. c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil. Wirausahawan umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme mereka biasanya berdasarkan kenyataan.
d. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung. Wirausawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan. e. Tingkat energi yang tinggi. Wirausahawan lebih energik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. f. Orientasi ke depan. Wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan besok. g. Ketrampilan mengorganisasi. Membangun perusahaan dari nol dapat dibayangkan seperti menghubungkan potong-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas. h. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang. Salah satu kesalahan pengertian mengenai wirausahawan adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang. Sebaliknya prestasi tampak sebagai motivasi utama wirausahawan. Uang hanyalah cara untuk menghitung skor pencapaian sasaran atau simbol prestasi. 2. Manfaat Kewirausahaan Menurut Dewanti (2008:9) sebelum mendirikan usaha bisnis apa pun, setiap calon wirausahawan harus mempertimbangkan manfaat-manfaat dari kepemilikan bisnis kecil, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Peluang mengendalikan sendiri : memberikan kabebasan dan peluang untuk menentukan sasaran yang penting bagi dirinya. b. Kesempatan melakukan perubahan : melakukan perubahan yang dianggap penting. c. Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya : bisnis merupakan alat aktualisasi diri dimana pertumbuhan diri hanya dibatasi oleh bakat dan kekuatan sendiri. d. Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas : keuntungan tanpa batas bisa menjadi motivasi untuk menciptakan kekayaan atau memperoleh lebih banyak kesenangan. e. Peluang untuk berperan bagi masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usaha sendiri : memberikan citra yang baik bagi perekonomian nasional atau masyarakat sekitarnya adalah kepuasan pribadi baginya. f. Peluang melakukan sesuatu yang disukai : membuat pekerjaannya menjadi suatu kesenangan hidup karena mereka tertarik dan menyenangi pekerjaan tersebut. 3. Peran Kewirausahaan Menurut Dewanti (2008:11) kewirausahaan diawali dengan inovasi yang dipicu oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor pribadi antara lain adalah : a. Pencapaian locus of control: pengendalian internal b. Toleransi: menghargai orang lain c. Pengambil resiko: memperhitungkan resiko
d. Nilai-nilai pribadi: prinsip diri, agama, budaya e. Pendidikan: pengetahuan dan implementasinya f. Ketidakpuasan: tidak berpuas diri g. Usia: semangat, kekuatan, dan fisik h. Komitmen: kesanggupan 2. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain : a. Peluang: situasi menguntungkan b. Model peranan: tanggungjawab masing-masing di lingkungannya c. Aktivitas: koordinasi d. Pesaing: industri yang sama e. Inkubator: sumber ide f. Sumberdaya: alam, manusia, teknologi g. Kebijakan pemerintah: peraturan bisnis 3. Faktor Sosiologi, antara lain adalah sebagai berikut: a. Jaringan kelompok: Dua orang atau lebih bergabung secara formal ataupun non formal untuk berinteraksi dengan kelompok lain b. Orangtua: Penentu kehidupan anaknya c. Keluarga: Kekerabatan d. Model peranan: Tanggungjawab individu dalam berperilaku
4. Etika Wirausaha Menurut Kasmir (2006:21) ada beberapa ketentuan yang diatur dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagai berikut : a. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat. b. Penampilan yang ditunjukkan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu. c. Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu yang berlaku. d. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain. e. Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-gerik yang dapat mencurigakan. Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha adalah sebagai berikut : a. Kejujuran Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya. b. Bertanggung jawab Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak
harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya, masyarakat, dan pemerintah. c. Menepati janji Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran, pengiriman barang atau penggantian. d. Disiplin Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan usahanya. e. Taat Hukum Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan dengan masyarakat ataupun pemerintah. f. Suka membantu Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat dalam berbagai cara. g. Komitmen dan menghormati Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjunjung komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.
h. Mengejar prestasi Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin. Tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu ke waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. D. Tinjauan Mengenai Kemandirian Usaha Kemandirian juga dapat diartikan sebagai suatu upaya sendiri yang meliputi segala aspek kebutuhan, mampu dipenuhi sendiri tanpa harus menggantungkan kepada orang lain (dalam Ranto, 2007:2). Hal ini mengandung suatu maksud bahwa dengan segala usaha yang dilakukan mulai dari perencanaan, penetapan tujuan, bernegoisasi, memenangkan persaingan, melaksanakan pekerjaan, menciptakan ide, mencari sumber-sumber, dan menyelesaikan masalah-masalah usaha mampu dilakukan sendiri dengan usaha yang keras. Dengan demikian dari usaha yang dilakukan tersebut mampu membawa keberhasilan yang meberikan kepuasan. Kemandirian pada dasarnya memiliki dua bentuk yaitu dalam pemikiran dan tindakan, seorang pemimpin memerlukan keduanya untuk menunjukkan dirinya sendiri mandiri. Pemikiran yang mandiri akan membawanya pada perspektif yang berbeda dalam strategi, sehingga mampu menentukan skala prioritas. Tindakan yang mandiri berarti seorang pemimpin tidak memiliki konflik kepentingan terhadap perusahaannya. Usaha adalah keberanian untuk melangkah yang mengandung keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Selanjutnya
ditekankan bahwa usaha harus berbasis pada kepemilikan akan pengetahuan, keterampilan, sikap mental dan kewaspadaan. Unsur pengetahuan mencirikan tingkat penalaran (reasoning) yang dimiliki seseorang dalam proses berpikir (dalam Ranto, 2007:22). Kemandirian usaha menurut Amir (2000:18) terlebih dahulu dapat diamati dari kemandirian seseorang dalam perannya sebagai wiraswasta, yang artinya menciptakan lapangan kerja baru bagi diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain (Independent) sekaligus menjadi majikan bagi diri sendiri dan bagi orang lain yang bekerja dengannya. E. Tinjauan Mengenai Kinerja Pengusaha 1. Pengertian Kinerja Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mardiasmo, 2006:28). Kinerja bisa diketahui hanya jika individu maupun kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa
baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Mardiasmo, 2006:30). Terkait dengan kinerja pengusaha yaitu serangkaian nilai kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Serangkaian hasil kerja itu akan diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja agar memperoleh kepercayaan dari koleganya. Kemudian dia akan berusaha mencari umpan balik dari hasil usaha tersebut sebagai pembuktian diri bahwa dia berani bersikap dan memiliki pendirian yang kuat. Dia juga akan berupaya selalu bersikap jujur, berlaku adil, dan akan selalu berupaya membuktikan bahwa dia mampu mewujudkan sesuatu. 2. Manfaat Pengukuran Kinerja Menurut Mardiasmo (2006:33) ada beberapa manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal, antara lain adalah sebagai berikut : a. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja. b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi. f. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. 3. Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Pencapaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi pencapaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. a. Feedback Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya.
b. Penilaian Kemajuan Organisasi Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai oragnisasi. Kriteria yang digunakan untuk menilai kemajuan organisasi adalah tujuan yang telah ditetapkan. Dengan membandingkan hasil aktual yang tercapai dengan tujuan organisasi yang dilakukan secara berkala (triwulan, semester, tahunan) maka kemajuan organisasi bisa dinilai. Jika pada suatu periode, kinerja yang dicapai ternyata lebih rendah daripada periode sebelumnya, maka harus diidentifikasi dan ditemukan sumber penyebabnya dan alternatif solusinya. c. Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan dan Akuntabilitas Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders. Kaputusankeputusan yang bersifat ekonomis dan strategis sangat membutuhkan dukungan informasi kinerja. Informasi kinerja juga membantu menilai keberhasilan manajemen atau pihak yang diberi amanah untuk mengelola dan mengurus orgasnisasi.