BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
NARASI MASKULINITAS DALAM NOVEL (Analisis Naratif Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy)

BAB IV PENUTUP. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. a. Reality TV Pemberian Misterius Sebuah Teks Narasi. naratif secara ideal memiliki tiga kriteria karakteristik yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan sumber daya alam. Namun, perbedaan-perbedaan tersebut juga menjadi

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilakukan oleh manusia (Chaer, 2007:239). pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189).

BAB I PENDAHULUAN. monoton saat melakukan aktivitas kegiatan harian. Pada jaman modern ini,

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB VI KESIMPULAN. Karya sastra seperti novel memiliki unsur-unsur yang membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Interpretasi itu bisa berupa olah emosi dari penonton atau berupa gagasan singkat

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. yang awam. Dengan novel, penulis dapat menyampaikan realitas-realitas. sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. yang modern, membuat seorang kreator film akan lebih mudah dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

Maskulinitas dalam Novel

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hal itulah yang juga tercipta dalam Antologi Cerpen Ironi-ironi Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara maju. Maka pemerintah Indonesia era SBY. Tahun 2011 untuk mengejar ketertinggalan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat

BAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif

ANALISIS NARATIF KARAKTER ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) DALAM FILM MIKA SKRIPSI. Disusun Oleh : Angelina Ayudila NRP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimaksudkan mengungkapkan nilai-nilai estetis, dan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konsep maskulinitas merupakan sebuah konstruksi gender yang diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut kemudian terus dikembangkan dari generasi ke generasi melalui media yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga hal itu akan menjadi sebuah realitas yang dianggap benar adanya. Sejatinya, wacana maskulinitas yang ditampilkan di media bukanlah konstruksi biologis yang dimiliki oleh laki-laki sejak lahir, melainkan sebuah konstruksi yang dilahirkan oleh ideology kaum kapitalis untuk memenuhi keinginan pasar sehingga mereka menggambarkan sosok laki-laki dengan tubuh, penampilan, karakter dan wajah yang menarik. Hal itulah yang kemudian didefinisikan sebagai sosok laki-laki ideal, dan menjadi standar atau sebuah tuntutan bagi semua kaum laki-laki agar bisa dikatakan sebagai laki-laki ideal atau laki-laki sejati. Karena adanya konstruksi gender seperti itu tentunya akan memberikan ketimpangan dan ketidakadilan bagi laki-laki yang tidak memenuhi konsep maskulinitas tersebut. Mereka akan dianggap bukan sebagai laki-laki sempurna dan ideal atau bukan sebagai laki-laki sejati. Untuk itu kita harus bisa menyikapinya dengan kritis dan 151

melihat ideologi apa yang tersembunyi di balik media agar bisa memilah mana yang baik dan buruk. Konsep maskulinitas yang ada di media terus berkembang dan mengalami perubahan setiap dekadenya berdasarkan kondisi tempat dan waktu, sehingga sifat kelelakian berbeda-beda di setiap tempat dan bisa berubah-ubah mengikuti tren perkembangan jaman. Dengan adanya perkembangan jaman tersebut, konsep maskulinitas yang digambarkan dalam objek penelitian ini pun ikut berkembang, sehingga sangat jauh berbeda dan tidak lagi sama dengan konsep-konsep maskulinitas yang ada sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti berhasil menemukan konsep maskulinitas yang dinarasikan oleh Habiburrahman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul Ayat-Ayat Cinta. Kemudian peneliti akan menarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis tersebut kedalam poin-poin berikut: 1. Latar setting waktu cerita dalam novel Ayat-Ayat Cinta tidak dijelaskan secara eksplisit atau ditulis secara jelas, sehingga peneliti perlu melakukan analisis melalu tanda-tanda yang terdapat pada teks untuk mengidentifkasi waktu yang sebenarnya. Peneliti menemukan bahwa jumlah total durasi cerita (story duration) dalam novel Ayat- Ayat Cinta adalah 7 tahun. Sementara durasi alur (plot duration) yang digunakan adalah dua tahun, saat Fahri sedang menempuh pendidikan master di Universitas Al Azhar Mesir hingga menikah dengan Aisha 152

dan Maria berumur 26 tahun menginjak 27 tahun. Sedangkan durasi teks dari novel ini adalah 419 halaman. 2. Pada analisis unsur struktur naratif yang dikembangkan oleh Tzvetan Todorov, peneliti menemukan ada lima tahapan yang terjadi dalam novel Ayat-Ayat Cinta tersebut. Tahapan-tahapan tersebut adalah kondisi keseimbangan dan keteraturan, gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, kesadaran terjadi gangguan, upaya untuk memperbaiki gangguan, dan pemulihan menuju keseimbangan. Melalui analisis tersebut, peneliti mengidentifikasi beberapa peristiwa yang berpotensi sebagai peristiwa bermakna yang dapat menularkan wacana-wacana terkait narasi maskulinitas. Ada beberapa teks yang menampilkan tentang ciri-ciri maskulinitas dalam novel tersebut dan mendefinisikan bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya berupa bentuk fisik, lifestyle, sifat, karakter, dan perilaku Fahri sebagai tokoh utama. Namun sifat paling menonjol yang ditunjukkan oleh narrator tetang definisi laki-laki ideal adalah laki-laki yang kuat imannya, bertanggung jawab mempertahankan cinta suci di dunia maupun di akhirat dan bisa menghargai wanita. 3. Pada bagian analisis aktan yang menggunakan model aktan dan struktur fungsional Algirdas Greimas, peneliti menemukan adanya keter kaitan antara satu karakter dengan karakter lain yang memiliki fungsi masing-masing dalam sebuah narasi. Karakter pertama adalah Fahri, yang menempati fungsi subjek yang memiliki relasi dengan 153

objek atau sebuah tujuan yang ingin dicapainya, yaitu untuk mendapatkan cinta Aisha. Kemudian pengirimnya (destinator) adalah rasa cinta Fahri terhadap Aisha, sehingga Aisha diposisikan sebagai penerima (receiver). Selanjutnya Syaikh Utsman dan Eqbal Hakan menempati posisi sebagai pendukung (adjuvant) untuk membantu Fahri mendapatkan cinta Aisha. Dan fungsi penghambat (traitor) ditempati oleh Nurul sebagai penghalang Fahri mendapatkan cinta Aisha. 4. Jenis narator yang digunakan dalam menulis novel Ayat-Ayat Cinta oleh Habiburrahman El Shirazy adalah narrator tidak dramatis. Narator tidak dramatis adalah narasi yang di mana pengarang tidak mempunyai keterkaitan dengan cerita. Pembuat narasi adalah orang luar, dan dia menjadi narrator atas suatu cerita. Ini mirip seperti seorang pendongeng, dimana orang tersebut menceritakan suatu cerita yang sama sekali tidak berkaitan dengan kehidupannya. Pengarang hanya sebagai seseorang yang mengisahkan suatu cerita kepadak halayak. 5. Selanjutnya dengan menggunakan analisis oposisi segi empat Algirdas Greimas, peneliti berhasil menemukan ciri-ciri narasi maskulinitas dalam novel Ayat-Ayat Cinta yang didapat dalam beberapa peristiwa yang ada di dalam cerita. Narator membuat sebuah konsep maskulinitas baru melalui sosok Fahri sebagai tokoh utamanya. Di sini, Fahri memiliki sebagian karakter konsep maskulinitas yang pernah berkembang di media, baik dari trend sebelum era tahun 1980 154

hingga pada laki-laki Islam. Ia digambarkan sebagai laki-laki yang lebih dominan dari pada perempuan, penyayang, sensitif, romantis, humoris, selalu meneladani Rasullah SAW dalam menjalani kehidupannya dan sebagai decision maker arah hubungannya dengan Aisha, hubungannya dengan Aisha yang mempunyai kekayaan dan merupakan salah satu anggota keluarga Jerman sebagai lambang kesempurnaan hidupnya. Selain itu ia juga memiliki rasa cinta, bisa menangis seperti perempuan, penyayang, dan juga suka bermanjamanja pada Aisha. Dan Fahri juga bisa menghargai perempuan dan berkomitmen. B. Saran Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ini menggunakan novel sebagai objek analisisnya yang terpusat pada teks atau medianya saja. Penelitian dengan analisis naratif ini memfokuskan bagaimana narrator menarasikan konsep maskulinitas yang dikaitkan dengan fenomena-fenomena saat ini, dimana narrator ingin membentuk dan mengkonstruksikan definisi laki-laki ideal atau laki-laki sejati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana narasi maskulinitas tersebut dinarasikan oleh narator, agar peneliti bisa memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap novel yang menjadi salah satu media yang cukup populer di kalangan masyarakat, untuk memberikan alternative analisis dalam membongkar sebuah ideologi-ideologi tersembunyi yang 155

ada di balik sebuah novel. Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah referensi serta informasi dan pengetahuan bagi masyarakat serta untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya bagi laki-laki terkait dengan wacana maskulinitas yang menyebabkan ketidakadilan serta ketimpangan bagi kaum laki-laki sendiri. Saat ini banyak novel kontemporer yang menarasikan konsep maskulinitas di dalamnya, hal tersebut merupakan bahan yang bisa dijadikan objek untuk meneliti bagaimana wacana maskulnitas diceritakan di dalam novel tersebut. Novel merupakan salah satu bentuk media massa sebagai alat untuk menyampaikan pesan. Seperti pada umumnya, media selalu memiliki kepentingan dan ideologi di baliknya. Peneliti mengharapkan sebagai langkah awal kita untuk menjadi kritis terhadap media yang ada, dan semoga kedepannya, para penulis-penulis Indonesia bias menjadikan novel bukan hanya sekedar sebagai media hiburan saja, melainkan juga sebagai media yang bermanfaat bagi para pembacanya. 156