BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang berarti. longsoran yang terjadi di dasar laut (BMKG, 2013).

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah respon individu terhadap ancaman atau stresor yang

ABSTRAK GAMBARAN KECEMASAN PADA SISWA DAN SISWI KELAS XII IPA/IPS SMA SANTA MARIA 2 ANGKATAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

Social Anxiety Disorder (Social Fobia)

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perjalanan hidupnya, wanita mengalami banyak proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja menurut Organisasi Kesegatan Dunia (WHO) adalah individu yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

ABSTRAK GAMBARAN GANGGUAN KECEMASAN PADA SISWA KELAS III SEKOLAH MENENGAH UMUM TARUNA BAKTI BANDUNG TAHUN AJARAN 2008 / 2009 MENJELANG UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB III METODE PENELITIAN. Titik berat dari penelitian yang dilakukan yaitu pada permasalahan kecemasan

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan. menghambat pembangunan (Hawari, 2012)

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

Transkripsi:

4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Kecemasan dalam bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari bahasa latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006). Kecemasan juga merupakan respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri dan hidup (Sadock dan Sadock, 2004). Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menimbulkan kecemasan, konflik dan bentuk frustasi lainnya merupakan sumber dari kecemasan (Atkinson, 1999). 2.1.2. Klasifikasi Gejala kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Edisi revisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) mencamtumkan gangguan kecemasan berikut ini menurut klinisnya : gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial, obsessive-compulsive disorder (OCD), gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan kecemasan akibat keadaan medis umum, gangguan kecemasan yang diinduksi zat, dan gangguan kecemasan yang tidak

5 tergolongkan. Hal ini menerangkan setiap gejala klinis yang dialami memilki arti klinis gangguan kecemasan yang berbeda (Sadock dan Sadock, 2004). 2.1.3. Gejala Kecemasan Pengalaman kecemasan memiliki dua komponen: kesadaran akan sensasi fisiologis (seperti palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup atau ketakutan. Selain pengaruh viceral dan motorik (Tabel 2-1), kecemasan memengaruhi pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan menggangu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal yang lain yaitu membuat asosiasi (Sadock dan Sadock, 2004). Aspek penting emosi adalah efeknya pada selektivitas perhatian. Orang yang mengalami kecemasan cenderung memperhatikan hal tertentu di dalam lingkungannya dan mengabaikan hal lain dalam upaya untuk membuktikan bahwa mereka dibenarkan untuk menganggap situasi tersebut menakutkan. Jika keliru dalam membenarkan rasa takutnya, mereka akan meningkatkan kecemasan dengan respons yang selektif dan membentuk lingkaran setan kecemasan, persepsi yang mengalami distorsi, dan kecemasan yang meningkat. Jika sebaliknya, mereka dengan keliru menentramkan diri mereka dengan pikiran selektif, kecemasan yang tepat dapat berkurang, dan mereka dapat gagal mengambil tindakan pertahanan yang perlu (Sadock dan Sadock, 2004).

6 Tabel 2.1. Gejala Kecemasan Manifestasi Perifer Kecemasan Diare Pusing, kepala terasa ringan Hiperhidrosis Hiperefleksia Hipertensi Palpitasi Midriasis pupil Gelisah (contoh: berjalan mondar- mandir) Sinkop Takikardia Kesemutan di ekstremitas Tremor Gangguan perut ( seperti ada kupu- kupu ) Frekuensi, hesitansi, dan urgensi urin Sumber: Sadock dan Sadock, 2004 2.1.4. Faktor risiko 1. Jenis kelamin Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kecemasan, setidaknya 2/3 dari orang dengan gangguan kecemasan adalah perempuan (Gillberg, Harrington, Steinhausen, 2005).

7 Tabel 2.1. Survei Prevalensi Seumur Hidup Tingkat Kecemasan Masyarakat di USA Epidemiologic Cathcmen Area Study National Comorbidity Survey Pria Wanita Rasio Pria Wanita Rasio Anxiety disorder Anxiety disorder, total 1,8 10,3 5,7 19,2 30,5 1,6 Generilzed anxiety disorder 4,3 6,8 1,6 3,6 6,6 1,8 Panic disorder 0,9 2,0 2,2 2,0 5,0 2,5 Phobic disorder Agoraphobia without panic 3,2 7,9 2,5 3,5 7,0 2,0 Simple phobia 7,8 14,5 1,9 6,7 15,7 2,3 Social phobia 2,5 2,9 1,2 11,1 15,5 1,4 Gangguan yang dinilai dalam Epidemiologic Cacthcmen Area (ECA) dan National Comorbidity Survey (NCS) menyatakan besarnya tingkat gangguan kecemasan bervariasi secara substansial antara dua studi ini, dimana menunjukkan rasio jenis kelamin yang mencolok dan mirip. Wanita memiliki sekitar dua kali lipat lebih tinggi pada tingkat kecemasan seumur hidupnya seperti pada gangguan panic, gangguan kecemasan umum, agoraphobia, dan phobia daripada lakilaki dalam kedua studi (Merikangas dan Pine, 2002). Alasan mengapa gangguan kecemasan mempengaruhi perempuan lebih sering dari laki-laki karena perempuan memiliki fluktuasi hormon sepanjang hidupnya, termasuk pubertas, menstruasi, kehamilan, dan menopause. Fluktuasi ini diperkirakan memicu ketidakseimbangan dalam sistem neurotransmiiter lainnya, dan menjadi kondisi provokasi seperti kecemasan.

8 2. Status sosial dan suku Tingkat gangguan kecemasan pada umumnya lebih besar di antara mereka di tingkat bawah status sosial ekonomi. Beberapa komunitas penelitian telah menghasilkan angka yang lebih besar dari gangguan kecemasan, gangguan khususnya fobia, antara Afrika-Amerika. Sehubungan dengan anak-anak, Compton dkk menemukan bahwa anak-anak Kaukasia lebih mungkin mengalami gejala fobiasosial, sedangkan anak-anak Afrika-Amerika memiliki lebih gejala kecemasan pemisahan (SAD). Pine dkk melaporkan bahwa fobia yang lebih besar di antara mereka ditingkat sosial bawah. Alasan untuk perbedaan kelas etnis dan sosial belum dievaluasi secara sistematis. Namun, kedua faktor metodelogi serta perbedaan dalam eksposur terhadap stresor telah maju sebagai penjelasan yang mungkin (Merikangas dan Pine, 2002). 3. Umur Secara umum, fobia, OCD dan kecemasan pemisahan muncul di awal masa kanak-kanak, sedangkan fobia sosial dan gangguan panik sering didiagnosis selama masa remaja. Studi menunjukkan bahwa 3-5% dari anak-anak dan remaja memiliki beberapa gangguan kecemasan. Anak-anak dan remaja yang memiliki gangguan kecemasan berada pada risiko kemudian mengembangkan gangguan kecemasan yang lain, depresi, dan penyalahgunaan zat (Simon, 2011). 4. Kepribadian (Personality) Kepribadian anak-anak mungkin menunjukkan risiko lebih tinggi atau lebih rendah untuk gangguan kecemasan di masa depan. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sangat pemalu dan orang-orang cenderung menjadi target pengganggu berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan gangguan kecemasan di kemudian hari. Anak-anak yang tidak dapat mentoleransi ketidakpastian cenderung pengkhawatir, prediktor utama kecemasan

9 umum. Ciri- ciri tersebut mungkin didasarkan secara biologis dan karena hipersensitif amigdala - "fear center" di otak (Simon, 2011). 5. Obat- obatan dan alkohol Gangguan kecemasan dapat dicetuskan atau diperburuk oleh sebuah zat, baik akibat konsumsi zat yang disebut sebagai obat rekreasional maupun akibat penggunan obat yang diresepkan. Pengguanannya sebagai obat yang diresepkan yang menimbulkan efek secara langsung maupun secara tidak langsung (efek samping) akan menimbulkan kecemasan ataupun memperburuk keadaan kecemasan tersebut. Salah satu obat-obat yang digunakan adalah amfetamin (zat lir-amfetamin), kanabis, kokain, halusinogen, inhalan, fenisiklidin atau yang sejenisnya, sedatif, hipnotik, ansiolitik, dan zat lain yang belum diketahui (Sadock dan Sadock, 2004). Penggunaan zat-zat seperti alkohol, kafein, dan nikotin juga dapat menyebabkan atau memperburuk suatu kecemasan (MFMER, 2012). Penggunaan zat-zat yang dapat menginduksi sebuah gangguan kecemasan pemakaiannya haruslah dalam dosis tertentu yaitu dosis toksis dan frekuensi pemakaian rutin (Sadock dan Sadock, 2004). 2.1.5. Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) adalah salah satu skala rating pertama kali dikembangkan untuk mengukur keparahan gejala kecemasan dan masih banyak digunakan saat ini di bidang klinis dan pengaturan penelitian. Skala ini terdiri dari 14 item, masing-masing didefinisikan oleh serangkaian gejala, dan mengukur kedua aspek kecemasan yaitu kecemasan psikis (mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik (keluhan fisik berkaitan dengan kecemasan). Meskipun HAM-A tetap banyak digunakan sebagai ukuran hasil dalam uji klinis, telah dikritik karena kadang-

10 kadang yang miskin kemampuan untuk membedakan antara anxiolytic dan antidepresan efek, dan kecemasan somatik dibandingkan sisi somatik efek. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) tidak menyediakan beberapa standarisasi pertanyaan penyelidikan. Meskipun demikian, tingkat interrater dilaporkan reliabilitas untuk skala tampaknya diterima. Setiap item pertanyaan di quisioner HAM-A diberikan penilaian pada skala 0 (tidak hadir) sampai 4 (parah), dengan skor total kisaran 0-56, di mana 0 menunjukan tidak adanya kecemasan, 1-17 keparahan ringan, 18-24 keparahan ringan sampai sedang, 25-30 keparahan sedang sampai parah, dan 31-56 keparahan berat. 2.2. Kecemasan pada Mahasiswa Secara umum, gangguan mental sangat rentan terjadi terhadap mahasiswa. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh National Alliance on Mental Illnes (NAMI) pada 765 responden mahasiswa dari seluruh dunia menyatakan bahwa 73 persen mahasiswa pernah mengalami gangguan mental (NAMI, 2012). Gangguan kecemasan merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang paling sering terjadi di perkuliahan di Amerika Serikat. Empat puluh juta remaja di Amerika Serikat menderita gangguan kecemasan (kecemasan), dan 75 persen diantara mereka mengalami gangguan kecemasan pada umur 22 tahun. Hal ini menyatakan beban mahasiswa yang terlalu tinggi dan membuat terjadinya gangguan kecemasan pada mereka yang diikuti juga oleh gangguan- gangguan lainnya (ADAA, 2011). Ditemukan adanya perbedaan kecemasan berdasarkan masa studi. Subjek yang memiliki masa studi tahun pertama memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Coleman bahwa tingkat kecemasan tergantung pada pengalaman-pengalamannya, sehingga mempengaruhi cara individu dalam mengevaluasi keadaan yang menimbulkan kecemasan. Mahasiswa yang memiliki masa studi lebih lama, memiliki pengalaman-pengalaman yang lebih banyak dalam menghadapi masalah dalam perkuliahan sehingga menjadi lebih tahan terhadap tekanan-tekanan yang

11 dialaminya dibandingkan dengan mahasiswa masa studi tahun pertama (Zulkarnain dan Noviadi, 2009). Menurut Endler dan Hunt Kecemasan bukan saja tergantung pada variabel manusianya tapi juga rangsang yang membangkitkan kecemasan, dalam hal ini salah satu rangsang yang membangkitkan kecemasan adalah situasi saat ujian, beban kuliah, dan lingkungan sekitar (Zulkarnain dan Noviadi, 2009).