IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH PRODUK JAMU (Studi Kasus PT. Jamu Jokotole Bangkalan) Istifadhah 1, Abdul Azis jakfar 2, dan Askur Rahman 3

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN MANGROVE PADA KELOMPOK PEREMPUAN MUARA TANJUNG

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN EFISIENSI USAHA AGROINDUSTRI MINYAK CENGKEH

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

Oleh. Mulyadi 1), Hendrik 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

PERAN AGROINDUSTRI PADI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SUMBANG

ECONOMI VALUE ADDED OF BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) PROCESSING AT CV. LAUT DELI BELAWAN NORTH SUMATERA

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Lampiran 1. Biaya bahan baku Dodol, kurma salak, keripik salak dan sirup salak. Lampiran 2. Biaya Bahan Penunjang Dodol Salak

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALSIS NILAI TAMBAH KERIPIK BUAH DI KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI MINYAK NILAM DI DESA LUMBUTAROMBO KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Rumah Alam Jaya (RAJ) Organik terletak

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG

Yonda Defrianti Putri 1), Lamun Bathara 2), Hendrik 2) ABSTRAK

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

NILA TAMBAH AGROINDUSTRI UBI KAYU MENJADI TEPUNG TAPIOKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

Disusun Oleh : AWANG PAWASTRA SISTEM INFORMASI. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

ANALISIS NILAI TAMBAH ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ. MBOK SRI DI KOTA PALU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

Lama Berusaha Status Keterangan. Jlh Tenaga Kerja (Tahun) (Tahun) Keluarga (Orang) (Tahun) Kepemilikan Usaha (m 2 ) TKDK TKLK

IV. METODE PENELITIAN


METODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA RUMAH TANGGA ASINAN CEMPEDAK DI DESA RIWA KECAMATAN BATU MANDI KABUPATEN BALANGAN

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA WAJIANTO DI DESA OGURANDU KECAMATAN BOLANO LAMBUNU KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

Transkripsi:

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN Mohammad Wahyu Agang Fakultas Pertanian, Universitas Borneo Tarakan Email: wahyoe_89@ymail.com ABSTRAK Agroindustri minyak kayu putih sebagai salah satu bentuk industri yang mengolah daun kayu putih menjadi minyak kayu putih, memiliki peran dalam peningkatkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan serta menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu sampai saat ini, agroindustri minyak kayu putih berkembang cukup pesat di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Kota Tarakan yang dikelola oleh UPT. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Tarakan namun belum ada analisis secara mendalam mengenai nilai tambah dari agroindustri tersebut yang dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan pengembangan usaha yang lebih luas. Dalam menganalisis nilai tambah agroindustri minyak kayu putih di KPHL Tarakan ini menggunakan metode Hayami dimana pada akhirnya akan diperoleh hasil berupa nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri minyak kayu putih memberikan keuntungan sebesar Rp 1.006.113 dalam setiap bulan. Sedangkan nilai tambah sebesar Rp 2366/kg daun kayu putih dan keuntungan sebesar Rp 1406/kg daun kayu putih. Hal ini menandakan bahwa agroindustri minyak kayu dapat lebih ditingkatkan lagi karena prospektif bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama yang menanam kayu putih. Kata Kunci: agroindustri, kayu putih, nilai tambah PENDAHULUAN Indonesia dengan dikembangkan industri yang maju dan kuat serta didukung oleh pertanian yang tangguh dan sebaliknya, dapat membuat masyarakat Indonesia yang agraris secara bertahap akan mampu menjadi masyarakat agraris yang tangguh sekaligus menjadi masyarakat industri. Dengan demikian perkembangan agroindustri nantinya tidak hanya ditunjukkan untuk pengembangan kegiatan industri tetapi sekaligus juga mengembangkan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (Ismini 2010 ). Agroindustri adalah suatu usaha untuk menciptakan suatu produk olahan dalam bentuk barang jadi maupun barang setengah jadi yang bahan baku utamanya merupakan produk pertanian (Soeharjono 2001). Dengan kata lain, agroindustri merupakan suatu kegiatan industri yang memproses bahan baku pertanian menjadi bentuk lain yang lebih menarik dan memberikan nilai tambah serta dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (Soekartawi 1996). Agroindustri dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, salah suatunya industri pertanian yang kegiatannya terkait dengan sektor pertanian. Keterkaitan tersebut menjadi salah satu ciri dari negara berkembang yang strukturnya mengalami transformasi dari ekonomi pertanian (agriculture) menuju industri pertanian (agroindustri). Wujud keterkaitan ini adalah sektor pertanian sebagai industri hulu yang memasok bahan baku dan sektor industri pertanian sebagai industri yang meningkatkan nilai tambah pada hasil pertanian menjadi produk yang kompetitif (Kusumawardani 2009). Agroindustri minyak kayu putih sebagai salah satu bentuk industri yang mengolah daun kayu putih menjadi minyak kayu putih, memiliki peran dalam peningkatkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan serta menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu sampai saat ini, 59

agroindustri minyak kayu putih berkembang cukup pesat di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Kota Tarakan. Kegiatan agroindustri dinilai dapat meningkatkan nilai tambah. Nilai tambah yang diperoleh adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai pengorbanan yang digunakan selama proses produksi berlangsung (Langita 1994). Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami et al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen. Hakikatnya nilai tambah merupakan nilai produksi dengan bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai tambah dapat ditulis secara matematis sebagai berikut: Nilai tambah = f { K, B, T, U, H, h, L }, Keterangan: K = kapasitas produksi B = bahan baku yang digunakan T = tenaga kerja yang diperlukan U = upah tenaga kerja H = harga output h = harga bahan baku L = nilai input lain dari hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka didapat keterangan sebagai berikut: a. Perkiraan nilai tambah (Rp) b. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%) c. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp) d. Rasio imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah (%) e. Perkiraan keuntungan yang diperoleh (Rp) f. Rasio keuntungan terhadap nilai tambah, untuk mendapatkan nilai tingkat keuntungan yang diperoleh (%) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh dari agroindustri minyak kayu putih di KPHL Tarakan. Manfaat Penelitian adalah memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemerintah dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dalam menyusun berbagai strategi kebijakan pengembangan agroindustri di Kota Tarakan dan dapat mengajak masayarakat untuk terus menanam Pohon Kayu Putih sebagai usaha pihak KPHL Tarakan dalam melestarikan Hutan Lindung Tarakan. METODE Penelitian ini dilakukan di KPHL Tarakan, Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa hanya terdapat satu kegiatan agroindustri minyak kayu putih yaitu di KPHL Tarakan. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari April 2017. Analisis Data Dalam menganalisis nilai tambah agroindustri minyak kayu putih menggunakan metode Hayami (Hayami et al. 1987) dimana pada akhirnya akan diperoleh hasil berupa nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan pengolahan. 60

Besarnya nilai tambah diperoleh dari nilai produk dikurangi biaya bahan baku dan input lainnya (selain tenaga kerja). Output adalah minyak kayu putih yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi yang dihitung dalam satuan milliliter (ml). Input merupakan bahan baku utama yang dibutuhkan dalam satu kali proses produksi yang dihitung dalam satuan kilogram (kg) berupa daun kayu putih. Tenaga kerja merupakan jumlah orang/karyawan yang melakukan proses produksi dalam satu kali proses produksi. Faktor konversi merupakan pembagian dari output dengan input dalam satu kali proses produksi. Koefisien tenaga kerja diperoleh dari hasil bagi antara tenaga kerja dengan input. Metode analisis yang digunakan adalah untuk mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari agroindustri minyak kayu putih, dihitung dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut; a) Biaya total (TC = TVC + TFC), b) Penerimaan (TR = P x Q) dan c) Keuntungan ( = TR TC). Sedangkan untuk mengetahui nilai tambah yang dihasilkan dari agroindustri minyak kayu putih digunakan rumus analisis nilai tambah sebagaimana tampak pada Tabel 1. Selanjutnya, untuk mengetahui proses pengolahan agroindustri minyak kayu putih dan kendala yang dihadapi kelompok usaha ini digunakan analisis deskriptif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, sesuatu kondisi, suatu system pemikiran, suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi atau gambaran atau lukisan secara sistematis, actual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2005). Tabel 1 Format perhitungan analisis nilai tambah Variabel Perhitungan A. Output, Input Dan Harga 1. Output (ml/periode produksi) 1 2. Input (Kg/periode produksi) 2 3. Tenaga Kerja (HOK) 3 4. Faktor Konversi 4=1/2 5. Koefisien Tenaga Kerja 5=3/2 6. Harga Output (Rp/ml) 6 7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) 7 B. Penerimaan Dan Keuntungan 8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) 8 9. Sumbangan Input Lain (Rp/satuan) 9 10. Nilai Output (Rp/kg) 10=4x6 11 a. Nilai Tambah (Rp/kg) 11a=10-9-8 b. Rasio Nilai Tambah (%) 11b=11a/10x100% 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) 12a=5x7 b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 12b=12a/11ax100% 13 a. Keuntungan (Rp/kg) 13a=11a-12a b. Tingkat Keuntungan (%) 13b=13a/11ax100% C. Balas jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) 14=10-8 a. Tenaga Kerja (%) 14a=12a/14x100% b. Modal (Sumbangan Input Lain) (%) 14b=9/14x100% c. Keuntungan (%) 14c=13a/14x100% Sumber: Hayami Y et al. 1987 61

Proses Pengolahan Minyak Kayu Putih HASIL DAN PEMBAHASAN Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan. Uap dari daun yang direbus didinginkan hingga menjadi minyak air putih yang keluar dari pipa penyulingan dengan sendirinya.penyulingan berlangsung kurang lebih 20 menit. Setelah minyak kayu putih keluar dilakukan pengemasan, namun sebelum dilakukan pengemasan. Minyak kayu putih disaring terlebih dulu dengan kapas, kemudian baru dimasukkan dalam botol dan ditutup dengan rapat.selain dapat menghasilkan minyak kayu putih, batang dan daun yang telah dimasak dikeringkan kembali yang kemudian bisa digunakan untuk pembakaran minyak kayu putih tersebut.kemudian minyak kayu putih siap untuk dipakai. Analisa Biaya dan Pendapatan Biaya produksi dalam Agroindustri ini adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan Biaya penyusustan peralatan, sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tiap unit kegiatan berbeda-beda tergantung cara pengalokasian, produktivitas, dan besarnya produksi (Muljadi 1995). Hasil analisa data diperoleh biaya variabel (TVC) sebesar Rp 759.605 dan biaya tetap (TFC) sebesar Rp 114.631 sehingga total cost (TC) dalam proses pengolahan minyak kayu putih sebesar Rp 874.236 yang merupakan hasil penambahan 2 komponen biaya yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Selama 1 bulan terjadi 8 kali proses produksi dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 6.993.888. Untuk penerimaan (total revenue/tr) selama 1 bulan terjadi 8 kali proses produksi pada agroindustri minyak kayu putih mendapatkan penerimaan sebesar Rp 8.000.000 yang didapatkan dari harga jual (P) minyak kayu putih per ml yaitu Rp.1000 dengan jumlah (Q) setiap kali produksi yaitu Rp. 1000. Selanjutnya dari penerimaan (TR) selama 1 bulan (Rp 8.000.000) dikurangi dengan total biaya (TC) yang dikeluarkan selama 8 kali proses produksi (Rp. 6.993.888) maka akan didapatkan keuntungan usaha sebesar Rp 1.006.113. Dilihat dari frekuensi produksi selama sebulan dapat dikatakan agroindustri minyak kayu putih ini menguntungkan dan sangat prospek untuk terus dikembangkan. Analisis Nilai Tambah Minyak Kayu Putih Analisis nilai tambah dihitung menggunakan analisis nilai tambah dengan pendekatan struktur produksi (Hayami 1987). Pembahasan nilai tambah ini di bagi tiga bagian yaitu Nilai Output, Input, dan Harga; Penerimaan dan Keuntungan; Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi. 62

Nilai Output, Input, dan Harga. Dari hasil perhitungan analisis nilai tambah agroindustri minyak kayu putih di KPHL Tarakan, diperoleh hasil rata-rata produksi dalam sekali produksi sebesar 1000 ml minyak kayu putih dari input sebesar 250 kg daun kayu putih, dengan faktor konversinya 4 ini artinya dari satu kilogram daun kayu putih hanya menghasilkan 4 ml minyak kayu putih, hasil ini didapat dari proses penyuligan selama 5 jam. Koefisien tenaga kerja menunjuk kan tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam mengolah agroindustri minyak kayu putih. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja (HOK) dengan jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sehingga semangkin banyak bahan baku yang digunakan maka akan semangkin kecil nilai koefisien yang dihasilkan. Penggunaan tenaga kerja agroindustri minyak kayu putih di KPHL Tarakan lebih efisien hal ini dikarenakan pada usaha ini memiliki koefisien 0,012. Penerimaan dan Keuntungan Nilai output (Rp/kg) merupakan hasil kali dari faktor konversi dengan harga produk ratarata (Rp/ml). Jika nilai faktor konversi yang dihasilkan tinggi maka akan semangkin tinggi pula nilai output yang dihasilkan. Hasil dari nilai output tersebut dikurangi biaya dari sumbangan input lain (Rp/satuan) dan biaya dari bahan baku (Rp/kg) maka diperoleh besarnya nilai tambah (Rp/kg). Nilai tambah yang diperoleh digunakan untuk membayar biaya tenaga kerja (Rp/kg) sehingga diperoleh keuntungan (Rp/kg) bagi agroindustri minyak kayu putih yang dikelola KPHL Tarakan. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai output maka akan diperoleh rasio nilai tambah sebesar 59 % ini berarti dari setiap kilogram daun kayu putih yang dikalikan dengan persentase rasio nilai tambah merupakan nilai tambah dari pengolahan minyak kayu putih dan nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor karena belum dikurangi imbalan bagi tenaga kerja. Hasil analisis nilai tambah menun jukkan bahwa besarnya nilai tambah yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh nilai produk, sumbangan input lain dan harga bahan baku. Analisis lebih lanjut pada usaha Agroindustri minyak kayu putih menunjukkan keuntungan yang dihasilkan dari masing-masing pengusaha. Keuntungan yang diperoleh dari masing-masing pengusaha merupakan selisih antara nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Apabila keuntungan tersebut dibagi dengan nilai tambah maka akan diperoleh tingkat keuntungan agroindustri minyak kayu putih sebesar 59 %, diperoleh dari keuntungan Rp 1406/kg daun kayu putih dibagi dengan nilai tambah Rp 2366/kg daun kayu putih. Keuntungan ini merupakan keuntungan bersih karena sudah memperhitungkan imbalan tenaga kerja. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Nilai tambah yang diperoleh merupakan balas jasa untuk masing-masing faktor produksi yang digunakan. Untuk mengetahui berapa besar balas jasa yang diberikan dari nilai tambah yang diperoleh maka terlebih dahulu harus diketahui marjin antara nilai output yang dihasilkan dengan bahan baku utama yang digunakan. Besarnya marjin yang diperoleh dari perhitungan analisis nilai tambah pada agroindustri minyak kayu putih di KPHL Tarakan terdapat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Marjin pada agroindustri minyak kayu putih di KPHL Tarakan Variabel Nilai Marjin (Rp/kg) 3000 a. Tenaga Kerja (%) 32 b. Modal (Sumbangan Input Lain) (%) 21 c. Keuntungan (%) 47 Sumber : Analisis Data Primer, 2017 63

Marjin tersebut kemudian didistribusikan kepada pendapatan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Besarnya distribusi marjin untuk pendapatan tenaga kerja 32%, sumbangan input lain sebesar 21 %, dan keuntungan perusahaan adalah 47%. Marjin yang didistribusikan untuk keuntungan merupakan bagian terbesar jika dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja langsung dan sumbangan input lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi yang dilakukan oleh agroindustri ini telah mencapai tingkat keuntungan usaha. Distribusi marjin terbesar kedua adalah pendapatan tenaga kerja, besarnya marjin ini disebabkan masih banyak alokasi biaya yang digunakan untuk tenaga kerja, hal ini terjadi karena kegiatan produksi yang dilakukan membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan distribusi marjin terkecil adalah sumbangan input lain. KESIMPULAN Penerimaan selama satu bulan untuk 8 kali proses produksi sebesar Rp 8.000.000 dikurangi dengan total biaya sebesar Rp 6.993.888 sehingga didapatkan keuntungan usaha sebesar Rp 1.006.113. Sedangkan nilai tambah sebesar Rp 2366/kg daun kayu putih dan keuntungan sebesar Rp 1406/kg daun kayu putih. setiap kali proses produksi. DAFTAR PUSTAKA Hayami Y et al. 1987. Agricultural marketing and processing in upland Java. A perspective from a Sunda village. CGPRT Centre. Bogor (ID). Ismini. 2010. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Keripik Singkong di Perusahaan Mickey Mouse di Malang. Agrika 4(2). Kusumawardani R. 2009. Perkembangan Populasi Hama pada Pertanaman Padi Organik Sistem Konvensional dan SRI. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Langitan. 1994. Analisis Nilai Tambah Produk Minuman Segar Susu Kedelai. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Muljadi. 1995. Evaluasi Proyek. Liberty. Yogyakarta (ID). Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta (ID). Soeharjono. 2001. Konsep dan Ruang Lingkup Agroindustri. Kumpulan Makalah Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Soekartawi. 1996. Agroindustri. Raja Grafindo Persada. Jakarta (ID). 64