BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma dan Pendekatan Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2006:9). Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran (Arifin, 2012: 140). Dengan paradigma ini peneliti akan memandang penerapan budaya kerja sebagai hasil konstruksi pemikiran oleh para pustakawan yang tercermin dalam sikap dan perilaku bekerja sehari-hari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Menurut Gorman dan Clayton (2005:3) penelitian kualitatif merupakan proses penelitian dengan cara menarik data dari kejadian yang berlangsung, menggambarkan kejadian tersebut, menetapkan proses yang terjadi, melihat perspektif partisipan terhadap kejadian tersebut, dan menggunakan proses induksi untuk membuat penjelasan yang didasari pada fenomena yang diamati. Denzin dan Lincoln dalam Herdiansyah (2010:7) menyatakan penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel sebuah populasi. Penelitian ini akan mendalami pemahaman para informan mengenai penerapan budaya kerja di perpustakaan UMB. Jenis penelitian studi kasus menurut Gorman dan Clayton (2005:47) yaitu: penelitian mendalam terhadap entitas tertentu bisa berupa pengaturan atau penentuan, subyek, koleksi, atau event tunggal dan diasumsikan mengarah pada pengetahuan atas fenomena yang lebih luas berdasarkan penyelidikan intensif 27
28 terhadap kasus yang spesifik. Salah satu ciri khas studi kasus adalah adanya sistem yang terbatas (bounded system), yaitu adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat dapat berupa program, kejadian, aktivitas atau subjek penelitian. Ciri lainnya adalah keunikan dari kasus yang diangkat biasanya memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri (Creswell, 1998). Tipe studi kasus yang digunakan adalah studi kasus intrinsik, yaitu: penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Penelitian dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi (Poerwandari, 2013:125). Dalam penelitian ini kasus yang diangkat adalah penerapan budaya kerja di Perpustakaan UMB dan waktu penelitian dilaksanakan pada Februari hingga Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana para subjek penelitian mengambil makna dari lingkungan sekitar dan bagaimana maknamakna tersebut dikonstruksi dalam perilaku subjek sendiri. Dengan metode studi kasus peneliti akan menggali keunikan-keunikan budaya kerja dan ingin mengetahui pandangan para pustakawan dalam memahami penerapan budaya kerja yang sudah dirumuskan oleh lembaga induknya Universitas Mercu Buana. 3.2. Penentuan Informan Dalam penelitian kualitatif jenis studi kasus selalu menggunakan purposive sampling untuk mengidentifikasi sumber informasi utama atau informan (Pickard, 2013 :88). Informan adalah seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata. Informan tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh informan atau partisipan. Kriteria informan yang relevan dengan pertanyaan penelitian ini adalah pustakawan dan pimpinan di lingkungan Universitas Mercu Buana yang bersedia
29 untuk diwawancara. Adapun informan dalam penelitian ini dengan menggunakan nama samaran, yaitu: No Nama Jabatan Pendidikan Tugas Utama 1 Bapak Ahmad Kepala Perpustakaan S2 Pengambil Keputusan 2 Bapak Deni Kepala Bagian Layanan S1 Koordinator layanan sirkulasi 3 Bapak Eko Kepala Sub Bagian S1 Layanan sirkulasi Layanan Sirkulasi 4 Ibu Hesti Staf Layanan D3 Layanan sirkulasi Sirkulasi 5 Bapak Haris KaBiro SDM S2 Kepala Biro SDM UMB (Biro Sumber Daya Manusia) 6 Bapak Reza KaBiro BAA S2 Kepala Biro BAA UMB (Biro Administrasi Akademik) 7 Bapak Joni Staf Biro Humas SMA Dokumentasi kegiatan kehumasan Tabel 3.1 Data Informan 3.3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa metode tersebut antara lain: wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus group discussion. Yin (2005:103) menyatakan ada 6 sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus, yaitu: dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi partisipan, dan perangkat fisik. Adapun penelitian ini menggunakan 3 cara pengumpulan data, yaitu: 1. Wawancara Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan jenis tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur disebut sebagai wawancara secara intensif atau mendalam, sebelumnya akan dipersiapkan pedoman wawancara yang berisi kalimat yang tepat dalam mengajukan pertanyaan ( Gorman dan Clayton 2005:127). Peneliti akan mempersiapkan guided interview yaitu sebuah daftar
30 pertanyaan dasar yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua pertanyaan relevan dengan topik yang akan diteliti. Pada guided interview ini peneliti masih bebas untuk mengeksplor, memeriksa, dan menanyakan sebuah pertanyaan yang lebih spesifik ketika menarik keingintahuan peneliti untuk mengetahui lebih dalam (Pickard, 2013:200). Adapun pertanyaan yang diajukan dalam wawancara terhadap informan nanti adalah tentang pemahaman informan terhadap rumusan budaya kerja di UMB. Kemudian wawancara mengenai penerapan budaya kerja, pertanyaan yang diajukan merujuk pada seperangkat nilai penting yang harus ada di perpustakaan perguruan tinggi, seperti: nilai kinerja, nilai kerjasama, nilai dalam perubahan, nilai integritas, nilai organisasi yang sehat dan nilai pengguna. 2. Observasi Partisipan Observasi partisipan adalah suatu bentuk observasi khusus di mana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti (Yin, 2005:114). Adapun alasan menggunakan observasi partisipan ialah karena peneliti merupakan bagian dari objek penelitian, observasi dilaksanakan dalam waktu yang cukup yaitu selama jam kerja sepanjang hari, tanpa harus mengganggu dan meninggalkan tempat kerja. Objek penelitian adalah para pustakawan di perpustakan UMB. Dalam observasi ini peneliti sudah mengenal dengan para informan. Peneliti mengamati dengan seksama perilaku para informan (pustakawan dan pimpinan), suasana kerja, sikap terhadap pegawai lainnya maupun kepada para pengguna perpustakaan, lingkungan kerja terutama di perpustakaan, dan mengamati nilai yang sudah disepakati bersama dan diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari. Keterlibatan langsung peneliti dalam observasi ini seperti mengikuti kegiatan rapat yang diikuti oleh para pustakawan. 3. Analisis Dokumen Dalam studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain (Yin, 2005:104). Analisis dokumen dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan, petunjuk atau
31 data dari dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Adapun dokumen yang dimaksud adalah dokumen yang berkaitan dengan budaya kerja, yaitu rumusan budaya kerja yang tertuang dalam Surat Keputusan Rektor UMB dan Budaya Organisasi dalam Peraturan Karyawan UMB yang menjelaskan tentang budaya kerja pegawai. Selanjutnya peneliti juga akan menggunakan dokumen catatan lapangan hasil observasi dan dokumen transkrip hasil wawancara terhadap para informan. Catatan lapangan akan sangat bermanfaat dalam proses analisis data. 3.4 Analisis Data Analisis data dilakukan menggunakan konsep budaya kerja dalam organisasi. Pertama-tama, data yang digali adalah mengenai visi, dan misi UMB serta data profil para informan di perpustakaan. Kedua, data yang memuat budaya kerja yang sudah dirumuskan dan disosialisasikan oleh UMB. Ketiga, data mengenai nilai organisasi di perpustakaan perguruan tinggi yang digunakan dalam penerapan budaya kerja. Keempat, data akan diverifikasi dengan triangulasi data sehingga nantinya disajikan data yang valid dan reliable. Proses analisis data dimulai sejak hari pertama peneliti terjun ke lapangan, selanjutnya mempelajari seluruh data yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu: wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan konsep budaya kerja. Melalui catatan lapangan yang ditulis secara rinci ( thick description) akan ditemukan konsep-konsep, kategori-kategori yang dikaitkan satu dengan lainnya sehingga terbentuk polapola budaya kerja di antara para staf dan pimpinan perpustakaan. Selanjutnya data dianalisis, diinterpretasi, dan direfleksikan berdasarkan pada konsep terkait untuk mendapatkan makna dan memahami perilaku para pustakawan dalam menerapkan budaya kerja. Adapun hasil temuan dan refleksi peneliti disajikan ke dalam bentuk laporan narasi yang dilengkapi dengan kuotasi berupa pernyataan-pernyataan informan yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara ataupun observasi di lapangan selama penelitian. Untuk membantu dalam proses analisis data peneliti juga melakukan pengodean ( coding). Pengodean merupakan aktifitas memberi kode terhadap segmen-segmen data. Kode tersebut berupa kata atau frasa pendek yang secara
32 simbolis bersifat meringkas dan menangkap esensi dari suatu segmen data (Saldana, 2009:3). Selanjutnya peneliti menggunakan 3 tahap pengodean ( Strauss and Corbin, 1990:57) yaitu: (1) tahap pengodean terbuka ( open coding), dalam penelitian ini hasil catatan lapangan dan transkrip wawancara akan dikategorisasi dan dibuatkan kode dalam bentuk memo; (2) tahap pengodean berporos ( axial coding) kategori-kategori yang sudah dibuat peneliti dalam bentuk memo akan dikaitkan satu dengan lainnya sesuai dengan konteks dan topik penelitian; (3) tahap pengodean selektif (selective coding) selanjutnya peneliti melakukan seleksi pada kategori inti, menghubungkan secara sistematis ke kategori-kategori lain, melakukan validasi hubungan-hubungan tersebut, dan dimasukkan ke dalam kategori-kategori yang diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan pengembangan konsep. Setelah dianalisis semua data hasil penelitian ini akan dipaparkan dalam laporan penelitian atau pada bagian pembahasan.