BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return)

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa bersifat tarif tetap (fixed rate), tarif mengambang (floating rate) maupun

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

OVERVIEW 1/51. Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Calon investor yang akan berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. instrumen keuangan adalah memperoleh return (imbal hasil).

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan investor yang berorientasi pertumbuhan. nilai nominal (nilan pari/par value) dan jangka waktu jatuh tempo tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat

BAB I PENDAHULUAN. panjang dalam memperoleh benefitnya. Investasi di Indonesia dapat dilakukan

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan obligasi korporasi

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan saham (stock) dan instrumen yang berpendapatan tetap (fixed income) atau

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penambahan modal agar perusahaan yang dijalankan terus berlanjut. Aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Darmadji dan Fakhruddin (2011) (ekbis.sindonews.com) Harsono (2010)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

BAB I PENDAHULUAN. diminati investor, karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi perekonomian, berbagai keputusan yang berkenaan dengan konsumsi, tabungan dan

MATERI 13c PENILAIAN OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

MATERI 8 PENGERTIAN OBLIGASI, PENILAIAN OBLIGASI, DAN STRATEGI INVESTASI OBLIGASI. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wolk et al (2000) dalam Sari et al (2006), signaling theory menjelaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

panjang dengan menjual saham (stock) maupun menerbitkan obligasi (bond).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. investor dan perusahaan untuk mencari sumber dana maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pasar modal yang pesat memiliki peran penting dalam

PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keputusan investasi perusahaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2007), obligasi merupakan suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh imbalan (return) dimasa yang akan datang. Penelitian Ibrahim

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teoritis. Menurut Brealey, et al., (2008:130) obligasi adalah sekuritas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.bursa efek atau stock exchange

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan rasio keuangan, rasio non keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Obligasi dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi perusahaan go public. Salah satu jenis perusahaan go public

PASAR MODAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam yield to maturity adalah teori sinyal (Theory signaling). Teori signalling dikembangkan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insider) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi terbaru dari perusahaan, serta prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan investor luar. Signalling Theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya pada tahun 1979 dalam Pramastuti (2007:8). Teori ini mendasari dugaan bahwa perubahan yield to maturity mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya pertimbangan para investor dalam besarnya yield yang mereka terima dari investasinya. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang yield to maturity yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymmetric information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan yield to maturity sebagai sinyal tentang prospek 6

7 perusahaan. Apabila terjadi peningkatan akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi tingkat pengembalian yang positif dari investasinya. Sebaliknya, jika terjadi penurunan atau kecilnya tingkat pengembalian akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan keuntungan yang negatif (Pramastuti, 2007:8). Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang di dalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan, termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Obligasi (bond) adalah suatu kontrak jangka panjang di mana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi (Rodoni dan Herni Ali,2010). Korporasi merupakan suatu badan yang didirikan oleh seorang individu atau sekelompok individu dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Jadi obligasi korporasi merupakan surat utang jangka panjang secara tertulis yang dikeluarkan suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan tersebut dan issuer berkewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu.

8 2. Jenis Jenis Obligasi Obligasi dikategorikan menjadi beberapa jenis baik berdasarkan penerbit, sistem penghitungan imbal hasil maupun sistem pembayaran bunga. Menurut Indonesia Stock exchange atau Bursa efek Indonesia beberapa jenis obligasi berdasarkan penerbit (issuer) obligasi yaitu: a) Government Bond merupakan surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah ataupun skala nasional pada negara tersebut. b) Municipal Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk mengembangkan pembangunan daerah. c) Corporate Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Beberapa jenis obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga/imbal hasil: a) Zero coupon bond yaitu obligasi yang bunga dan pokoknya dibayarkan pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. b) Coupon bond yaitu suatu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbit obligasi. c) Fixed coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tetap.

9 d) Floating coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tidak tetap, tingkat bunga tersebut disesuaikan dengan tingkat SBI atau suku bunga pasar. Beberapa jenis obligasi dilihat dari sistem perhitungan imbal hasil : a) Conventional bonds yaitu surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh emiten kepada pemegang obligasi yang mana emiten berkewajiban untuk membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok obligasi pada saat jatuh tempo. b) Syariah bonds yaitu surat utang jangka panjang berprinsip syariah yang diterbitkan kepada pemegang obligasi syariah yang mana emiten berkewajiban untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah dengan cara bagi hasil/margin/fee serta melunasi pokok obligasi syariah pada saat jatuh tempo. 3. Risiko Risiko Investasi Obligasi Risiko investasi obligasi adalah suatu ketidakpastian di masa depan yang mungkin menyebabkan kerugian bagi orang-orang maupun lembaga yang menempatkan dananya pada obligasi. Meskipun risiko investasi obligasi tergolong rendah, namun para investor perlu untuk mempertimbangkan beberapa risiko antara lain:

10 a) Risiko gagal bayar (Default risk) Risiko gagal bayar merupakan risiko di mana pihak penerbit obligasi tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Ini merupakan risiko yang sangat diwaspadai oleh para investor. Tetapi ada pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi gagal bayar dari penerbit obligasi, yaitu dengan melihat peringkat obligasi korporasi yang ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkatnya, semakin kecil risiko gagal bayarnya dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, risiko gagal bayar juga dapat diukur melalui debt to equity ratio. Debt to equity ratio yang semakin kecil menggambarkan risiko gagal bayar yang kecil pula. Meskipun demikian, yang menjadi hal terpenting yaitu integritas dan keterbukaan informasi finansial yang disajikan oleh perusahaan. b.) Interest rate risk Interest Rate Risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat maka harga obligasi akan turun begitu pula sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun maka harga obligasi akan meningkat naik. Ini dikarenakan hubungan antara harga obligasi dan tingkat suku bunga berbanding terbalik. Jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya. Oleh sebab itu, jika investor menjual obligasinya pada saat suku bunga naik maka investor tersebut mungkin

11 akan menerima hasil penjualan obligasinya tersebut lebih rendah dari pada nilai nominal obligasi tersebut. Hal tersebut biasanya di namakan capital loss. c) Call risk Untuk obligasi yang berjenis callable bond dapat ditarik kembali oleh perusahaan yang menerbitkannya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Biasanya hal ini dilakukan pada saat tingkat suku bunga turun, kemudian perusahaan akan menggantikan obligasi baru yang tingkat kuponnya lebih rendah dari obligasi yang ditarik. Hal ini menyebabkan potensi untuk memperoleh capital gain menjadi berkurang, karena harga obligasi pasar tidak akan naik terlalu jauh dari call price yang ditetapkan. d.) Credit Risk Credit Risk yaitu risiko apabila penerbit gagal memenuhi kewajiban keuangan meliputi pembayaran bunga dan pembayaran kembali jumlah uang yang dipinjam (pokok utang atau utang nominal). Credit risk biasa disebut juga Default risk. Default risk atau risiko gagal bayar dapat dilihat dari credit rating atau default rating yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat, seperti: Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), Standard and Poor s, Moody s, atau Fitch. Peringkat tertinggi adalah AAA dan terendah adalah D. Obligasi dengan peringkat AAA sampai dengan BBB adalah yang dikategorikan sebagai aman dari risiko gagal bayar.

12 e.) Volatility Risk Volatility Risk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ekspektasi tingkat bunga yang berubah-ubah. Secara spesifik, nilai opsi meningkat apabila ekpektasi perubahan tingkat bunga juga meningkat. Risiko yang mempengaruhi perubahan dalam volatilitas akan mempengaruhi harga suatu obligasi. (Fabozzi, 2004:6). 4. Yield to Maturity Sebelum berinvestasi dalam obligasi, salah satu faktor yang menjadi pertimbangan investor yang dapat mempengaruhi keputusan investasi yaitu yield yang ditawarkan. Pada umumnya, para investor akan mempertimbangkan besarnya yield yang akan mereka terima dari investasinya. Salah satu faktor yang membuat obligasi korporasi lebih diminati dari pada obligasi pemerintah yaitu obligasi korporasi menawarkan yield yang lebih tinggi. Yield adalah hasil yang akan diterima oleh investor atas penempatan dananya dalam bentuk obligasi. Yield obligasi dibedakan menjadi current yield dan yield to maturity (YTM). Current yield adalah imbal hasil yang akan diterima pemegang obligasi yang dihitung berdasarkan bunga tahunan per harga obligasi. Rumus untuk menghitung current yield adalah: CY = C P

13 Keterangan : CY = Current Yield C = Coupon Yield (tingkat bunga tahunan yang ditetapkan ketika obligasi diterbitkan) P = Harga obligasi Yield to maturity adalah imbal hasil yang akan diterima investor atas investasi obligasinya apabila investor tersebut memegang obligasi hingga saat jatuh tempo. Rumus yang sering digunakan untuk menghitung nilai yield to maturity adalah: Keterangan: C = Coupon yield R = Redemption value P = Harga pembelian obligasi n = Residual life time

14 5. Tingkat Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai peningkatan harga barang dan jasa secara terus menerus selama jangka waktu tertentu. Menurut Keynes, inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan total masyarakat terhadap barang dan jasa yang melampaui kemampuan produksinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian berasal di tingkat full employment. Dalam hal ini, jika uang yang beredar bertambah banyak maka harga akan naik. Kenaikan harga akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk melakukan berbagai transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini digunakan untuk menekan permintaan untuk investasi dan untuk mengurangi tekanan inflasi. Dari teori yang dikemukakan oleh Keynes, kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga dan tingkat inflasi berbanding lurus yang artinya tingkat suku bunga akan naik apabila tingkat inflasi bertambah dan sebaliknya. Para investor biasanya cenderung lebih tertarik untuk melakukan investasi obligasi pada suku bunga yang rendah untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Tingkat inflasi di setiap negara berbeda-beda tergantung dari variabelvariabel yang ada. Secara khusus, kita akan melihat bagaimana laju inflasi di indonesia Dimana : IHK t = Indeks Harga Konsumen Gabungan satu tahun dibagi 12. IHK t -1 = Indeks Harga Konsumen Gabungan tahun sebelumnya dibagi 12

15 6. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan suatu harga/nilai yang harus dibayar sebesar persentase tertentu dari jumlah pinjaman atas modal utang yang dipinjam. Menurut Brigham dan Houston (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bunga antara lain yaitu peluang produksi, preferensi waktu konsumsi, risiko dan inflasi. Seperti yang kita ketahui, harga obligasi berlawanan arah dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga cenderung turun maka nilai obligasi akan naik karena orang-orang cenderung memilih untuk menginvestasikan kelebihan dananya pada obligasi dengan harapan untuk mendapatkan imbal hasil yang diinginkan. Jika suku bunga cenderung naik maka harga obligasi akan turun karena para investor lebih memilih menyimpan uang mereka di bank untuk menghindari ketidakpastian dan risiko gagal bayar. Hal ini tidak menguntungkan bagi para investor yang hendak menjual obligasinya pada saat suku bunga naik karena mereka akan menerima hasil penjualan obligasi di bawah nilai nominal yang dimiliki oleh obligasi tersebut. Akan tetapi berbeda dengan investor yang menyimpan obligasinya hingga saat jatuh tempo. Bagi investor yang memegang obligasi hingga jatuh tempo justru meraih keuntungan seiring dengan naiknya suku bunga. Karena dengan meningkatnya suku bunga, kupon bunga yang dibayarkan untuk obligasinya juga meningkat. Sehingga akan menghasilkan yield yang lebih tinggi.

16 Menurut Sunariyah (2004:81) pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian, yang dapat digambarkan dengan formulasi berikut : Rn = Rf + E* Dimana : Rn Rf : Tingkat bunga (nominal) di dalam negeri : Tingkat bunga (nominal) di luar negeri E* : Laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. 7. Peringkat Obligasi Peringkat obligasi merupakan penilaian terhadap kelayakan suatu obligasi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan independen salah satunya yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Peringkat obligasi ini merupakan hal yang penting bagi para investor untuk menilai dan memproyeksikan tingkat risiko seperti risiko gagal bayar dalam investasi obligasinya. Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar dan sebaliknya. Terdapat beberapa peringkat yang ditetapkan oleh PT. PEFINDO diantaranya adalah: idaaa : Peringkat sekuritas utang idaaa merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan penerbit obligasi

17 yang superior untuk memenuhi kewajiban jangka panjang terhadap sekuritas hutang dibandingkan penerbit obligasi indonesia lainnya. idaa : Sekuritas utang yang menduduki peringkat idaa memiliki kualitas kredit sedikit lebih rendah dari pada idaaa. Di mana sekuritas utang dengan peringkat idaa ini memiliki kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang yang sangat kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya di indonesia. ida : Sekuritas utang yang menduduki peringkat ida mengindikasikan bahwa obligor mempunyai kemampuan yang kuat untuk memenuhi kewajiban jangka panjang dibandingkan obligor lainnya di indonesia. Namun, cukup rentan terhadap perubahan kondisi dan situasi bisnis dan ekonomi yang merugikan. idbbb : Sekuritas utang yang menduduki peringkat idbbb menunjukkan parameter jaminan yang memadai dibandingkan dengan obligor indonesia lainnya. Namun, perubahan ekonomi atau kondisi ekonomi yang memburuk akan mengakibatkan pelemahan kapasitas obligor untuk menjamin utang jangka panjangnya. idbb : Sekuritas utang yang menduduki peringkat idbb parameter jaminan yang agak lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya di Indonesia. Kapasitas obligor untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sangat rentan terhadap ketidakpastian yang sedang berlangsung seperti kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang merugikan.

18 idb : Sekuritas utang dengan peringkat idb menunjukkan jaminan yang lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya. Meskipun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, tetapi setiap perubahan kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang merugikan akan merusak kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. idccc : Sekuritas utang dengan peringkat idccc menunjukkan bahwa sekuritas utang yang tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya dan hanya bergantung pada perbaikan bisnis dan finansial yang menguntungkan. idd : Sekuritas utang dengan peringkat idd menandakan sekuritas utang yang gagal bayar. Catatan : Pada peringkat idaa hingga idb dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan perbedaan kekuatan yang relatif dalam kategori penilaian. 8. Debt to Equity Ratio Menurut Kasmir (2009:158) leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang). Jenis rasio hutang (leverage ratio) dalam penelitian ini

19 adalah debt to equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Menurut Rusdin (2008) rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas sebagai berikut: Debt to Equity Ratio (DER) = Total Kewajiban Total Ekuitas Para investor obligasi yang berkehendak untuk mempertahankan obligasinya hingga saat jatuh tempo dihadapkan dengan risiko gagal bayar. Oleh karena itu, menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya melalui debt to equity ratio menjadi sangat penting untuk menilai risiko gagal bayar pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Ada beberapa cara untuk menganalisis kinerja perusahaan menggunakan debt to equity ratio yaitu: 1. Dengan membandingkan debt to equity ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Akan tetapi, cara ini kurang efektif karena perusahaan yang mempunyai ukuran lebih besar atau kegiatan bisnis yang membutuhkan capital expenditure yang lebih besar akan memiliki pembiayaan utang yang lebih tinggi.

20 2. Dengan membandingkan data historis. Membandingkan debt to equity ratio periode sekarang dengan beberapa tahun lalu. Apakah debt to equity ratio tetap sama dengan tahun sebelumnya ataukah meningkat atau juga menurun. Meningkatnya debt to equity ratio mengindikasikan meningkatnya persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan utang dan begitu pula sebaliknya. 3. Membandingkan dengan rata-rata industri. Rata-rata industri untuk debt to equity rasio berkisar 1.5% hingga 2%. Apabila debt to equity ratio dalam sebuah perusahaan lebih dari 2% menandakan perusahaan sangat riskan terhadap gagal bayar. B. Penelitian Sebelumnya Sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini, sangat penting untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh penelitian terdahulu yang kaitannya dengan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap Yield to Maturity dalam melakukan sebuah penelitian. Terdapat beberapa peneliti yang menjadikan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi dan DER sebagai obyek yang mereka teliti, diantaranya adalah :

21 No Penelitian &Tahun 1 Lidya Kristina (2001) 2 Teguh Gunawan Nasher (2011) Variabel variabel dependent : Yield to Maturity variabel Independent : - tingkat suku bunga - tingkat inflasi - growth - Maturitas - peringkat Obligasi variabel dependent : Yield to Maturity variabel Independent : - tingkat suku bunga - Exchange rate - Ukuran perusahaan - Debt to equiyt ratio - Bond Rating Hasil Penelitian 1) Tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi, maturitas dan peringkat obligasi tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. 2) Growth memiliki hubungan dan pengaruh negatif yang signifikan terhadap yield to maturity. 1) Terdapat pengaruh searah yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI, exchange rate dan debt to equity ratio terhadap yield obligasi korporasi. 2) Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi korporasi. 3 Nanik Indarsih (2013) variabel dependent : Yield to Maturity variabel Independent : - Rating - Likuiditas - Maturitas 1) Terdapat pengaruh positif antara tingkat suku bunga SBI terhadap yield to maturity obligasi. 2) Rating tidak berpengaruh terhadap yield to maturiy obligasi. 3) Tidak terdapat pengaruh antara likuiditas terhadap yield to maturity obligasi

22 4 Hadisman Ibrahim (2008) variabel dependent : Yield to Maturity variabel Independent : - Tingkat suku bunga - Peringkat obligasi - Ukuran perusahaan - Debt to equiyt ratio 1) Adanya pengaruh signifikan positif antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi. 2) Terdapat pengaruh signifikan negatif peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi. 3) Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap yield to maturity obligasi. 5 Riska Ayu Hapsari (2013) variabel dependent : Yield to Maturity variabel Independent : -Good Corporate Governance (GCG) - Ukuran perusahaan - Debt to equiyt ratio 1) Good Corporate Governance (GCG), ukuran perusahaan dan debt to equity ratio secara simultan berpengaruh terhadap yield to maturity. 2) Secara parsial hanya ukuran perusahaan dan debt to equity ratio yang berpengaruh signifikan, sedangkan GCG tidak berpengaruh signifikan

23 C. Rerangka Pemikiran Dan Pengembangan Hipotesis Tingkat Inflasi (X1) Tingkat Suku Bunga (X2) Bond Rating (X3) Yield to Maturity (YTM) (Y1) Debt To Equity Ratio (DER) (X4) Rerangka Pemikiran Gambar 2.1

24 D. Pengembangan Hipotesis Dari penjelasan di atas dapat kita rumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Tingkat inflasi terhadap yield to maturity berbanding lurus yang artinya jika tingkat inflasi naik maka yield to maturity juga akan naik dan sebaliknya. Jadi hipotesinya adalah: H1 = Inflasi berpengaruh positif terhadap yield to maturity. 2. Tingkat suku bunga terhadap yield to maturity berbanding lurus yang artinya semakin rendah tingkat suku bunga semakin rendah juga yield to maturity yang akan di dapatkan dan semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin tinggi pula yield to maturity yang akan didapatkan oleh investor. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: H2 = Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif terhadap yield to maturity. 3. Peringkat obligasi terhadap yield to maturity merupakan penilaian kelayakan suatu obligasi yang ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar pada saat obligasi jatuh tempo. Maka hipotesisnya yaitu: H3 = Peringkat Obligasi berpengaruh positif terhadap yield to maturity.. 4. Debt to equity ratio terhadap yield to maturity DER yang tinggi menunjukkan sebagian besar aset suatuentitas dibiayai oleh utang. Hal ini

25 menandakan tingginya risiko suatu perusahaan tidak dapat membayar kewajiban jangka panjang pada saat jatuh tempo. Hipotesisnya yaitu: H4 = Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap yield to maturity.