BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik kuantitas maupun kualitas (Almatsier (2010); Supariasa et al., 2012). Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan gizi akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih. Status gizi dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium maupun antropometri. Antropometri merupakan cara yang mudah dan murah (Rismayanti, 2012; Supariasa et al., 2012). Salah satu cara penilaian antropometri adalah dengan Indeks massa tubuh (IMT), merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa dan menggambarkan secara kasar komposisi tubuh meski tidak disertai nilai kontribusi berat dari lemak dan otot ( Sitepu, 2014). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI (2013) hasil riset kesehatan dasar, prevalensi penduduk dewasa kurus 8.7%, berat badan lebih 13,5%, dan obesitas 15,4%. Hasil penelitian Olwin et al., (2011) menunjukkan subjek dengan status gizi normal mempunyai persentase untuk terkena DM lebih rendah dibanding dengan status gizi kategori kurus maupun kegemukan. Hasil penelitian Purnawati (1998) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan terjadinya DM tipe 2. IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan IMT rendah. Penelitian di Inggris menyatakan bahwa status gizi berhubungan dengan ketiga komponen lipid darah, yakni kolesterol total, HDL dan trigliserida. Peningkatan kolesterol total serum, disebabkan oleh meningkatnya IMT hingga sekitar 28 kg/m2. Adapun hubungan IMT dan HDL adalah negatif dan linier, yakni peningkatan IMT dapat menyebabkan penurunan progresif dari konsentrasi kolesterol-hdl dalam serum (Pietrobelli et al., 1999). Penelitian lain menyatakan bahwa IMT semakin meningkat berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserid, menurunkan kadar HDL kolesterol serta meningkatkan kadar LDL kolesterol (Lemieux L et al., 2000 cit., Maxi 2003). Faktor-faktor yang membantu 1
pencapaian status gizi yang baik, antara lain pemilihan bahan makanan, interaksi social dan aktivitas fisik atau olahraga. Olahraga merupakan salah satu pilar dalam upaya pengelolaan DM tipe 2. Olahraga yang dianjurkan untuk pasien dm tipe 2 adalah aerobik low impact, misalnya berenang, jogging, bersepeda dan senam disco. Senam diabetes jenis seri dua merupakan senam aerobik low impact dengan ritmis gerakan menyenangkan dan tidak membosankan telah dilaksanakan sejak tahun 1997 di klub-klub senam diabetes di Indonesia ( Santosa, 2006). Senam dilakukan sesuai rekomendasi dengan intensitas sedang, durasi 30 menit, frekuensi 3-5 kali perminggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam (ADA, 2006). Latihan fisik baru dapat memberikan hasil apabila latihan dilakukan minimal 6-8 minggu dan akan hilang pengaruhnya setelah 4-6 minggu latihan dihentikan (Arthur, 1974 cit., Purwanto, 2011). Senam diabetes dianjurkan bagi usia pra lansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Senam diabetes bagi pasien DM tipe 1 dilakukan secara teratur masih kontroversial, karena DM tipe 1 mempunyai kadar insulin yang rendah akibat atau tidak adanya produksi insulin oleh pankreas. DM tipe 1 mudah mengalami hipoglikemia selama dan sesudah berolahraga, karena hepar gagal untuk melepas glukosa sesuai laju kebutuhan (Ilyas, 2013). Senam diabetes efektif bagi pasien DM tipe 2 dapat menurunkan kadar gula darah, menurunkan berat badan dan membantu memperbaiki profil lemak darah (menurunkan kolesterol total, trigliserida dan LDL, menaikan HDL kolesterol) (Santoso, 2006). Profil lipid adalah unsur-unsur lemak dalam plasma yang terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Tiga unsur yang pertama berkaitan dengan protein tertentu (Apoprotein) membentuk lipoprotein yaitu kilomikron, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein), masing-masing mempunyai unsur lemak dengan kandungan yang berbeda beda (Murray et.al, 2003). Kelainan profil lipid yang ditandai adanya peningkatan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida maupun penurunan HDL dalam darah dinamakan dislipidemia (Mansjoer et.al,2001; Perkeni 2011). Dislipidemia merupakan resiko terhadap kejadian kardiovaskuler pada DM tipe 2, mencapai 50 % 2
dari seluruh penderita. Dislipidemia dan DM merupakan dua kondisi yang sering didapat bersama dan meningkatkan aterosklerosis pada pengidapnya ( ADA, 2004). Pada pasien diabetes, kadar kolesterol total dan kolesterol LDL cenderung meningkat, hasil penelitian United Kingdom Prospective Diabetes Studi (UKPDS) pada 3713 pasien baru DM tipe 2 didapatkan kadar HDL rendah, pada laki-laki 9 % dan wanita 23 % sedangkan trigliserida 50% lebih tinggi pd DM tipe 2 dibandingkan non-diabetes (Soetedjo, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lipid darah yang dapat dikendalikan antara lain konsumsi makanan, obesitas, kurang latihan fisik atau olahraga dan diabetes mellitus (Brashers, 2003). Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang disebabkan terjadinya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2013). Selama tahun 2014 pasien DM yang berobat di poliklinik RSUP dr Hasan Sadikin Bandung sebanyak 876 orang, terdiri dari 379 orang pasien DM tipe 1 dan 497 orang pasien DM tipe 2. Pasien DM tipe 2 yang melakukan senam di poliklinik terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia pra lansia dan lansia frekuensi 1-3 kali perminggu, sedangkan pasien DM tipe 1 jarang yang mengikuti senam. Pasien diabetes tipe 2, kadar kolesterol total dan kolesterol LDL cenderung meningkat (Soetedjo, 2014). Sebagian besar berindikasi bahwa asupan tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol darah, kenaikan 25 mg kolesterol dari makanan dapat meningkatkan kolesterol darah sebesar 1 mg/dl (Krause s, 2004). Selain asupan kolesterol yang mempengaruhi kadar kolesterol total pada pasien diabetes tipe 2 adalah olahraga. Asupan lemak yang sesuai kebutuhan dikombinasikan dengan aktivitas fisik secara teratur dan kontinyu dapat menjaga kadar lipid dalam darah. Olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam upaya pengelolaan DM tipe 2. Penelitian yang dilakukan pada 30 pasien wanita dengan DM tipe 2 dengan umur rata-rata 51 tahun menunjukkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 1bulan terbukti dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, trigliserida, total kolesterol dan IMT pada pasien DM tipe 2 (Rashidlamir et al, commit 2012). to user Menurut penelitian Murbawani et al, 3
(2006), bahwa kadar profil lipid pada kelompok yang melakukan latihan senam jantung sehat 3 kali dalam satu minggu tidak berbeda dengan kelompok yang melakukan latihan senam jantung sehat 1 kali dalam satu minggu dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain jenis kelamin, asupan lemak dan energi, aktifitas fisik lain, IMT, gaya hidup, asupan kalsium, asupan serat dan kepatuhan olahraga pada peserta klub jantung sehat. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kadar profil lipid adalah kurangnya aktifitas fisik sampai saat ini belum dilakukan penelitian sehingga perlu dilakukan penelitian pengaruh frekuensi aktifitas senam diabetes. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh status gizi dan frekuensi senam diabetes terhadap profil lipid pada pasien DM tipe 2 di poliklinik RSUP dr Hasan Sadikin Bandung Jawa Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalahan pada penelitian ini adalah 1. Apakah ada perbedaan status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap 2. Apakah ada perbedaan frekuensi senam diabetes satu kali dalam seminggu dan tiga kali dalam seminggu terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 3. Apakah ada pengaruh antara status gizi dan frekuensi senam diabetes terhadap C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis pengaruh status gizi dan frekuensi senam diabetes terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis perbedaan status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap 4
b. Menganalisis perbedaan frekuensi senam diabetes satu kali dalam seminggu dan tiga kali dalam seminggu terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. c. Menganalisis pengaruh antara status gizi dan frekuensi senam diabetes terhadap D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menjadi bukti empirik pengaruh status gizi dan frekuensi senam diabetes terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bahwa senam DM membantu dalam penatalaksanaan terapi guna memperbaiki kadar profil lipid dan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam rangka pengelolaan penanggulangan komplikasi lanjut yang terjadi pada pasien DM tipe 2. 5
6