BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan Timur. Penelitian ini mengkaji tentang, Keterampilan Berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Dan Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Wahyu (2006) yang menulis tentang Tuturan Upacara Ngebo Di Pura Puseh Desa Pekraman Les-Penuktukan: Sebuah Kajian Tindak Tutur penelitiannya ditekankan pada komponen, fungsi, jenis, dan bentuk tindak tutur. Puji (2007) yang menulis tentang, Pembentukan Karakter Anak Menurut Teks Cerita Rakyat Ranggana Putra Demang Balaraja: Kajian Pragmatik Sastra Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok: 1) Apakah tema utama teks cerita rakyat Ranggana Putra Demang Balaraja? 2)Persoalanpersoalan apakah yang harus diperhatikan dalam pembentukan karakter anak menurut teks cerita rakyat Ranggana Putra Demang Balaraja? 3) Unsur-unsur tekstual apakah yang memungkinkan teks cerita rakyat Ranggana Putra Demang Balaraja dapat bertahan hidup di tengah 6
kondisi masyarakat yang sedang berubah ke arah masyarakat modern pada masa sekarang? 2.2 Teori yang Digunakan Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Teori merupakan landasan fundamental ilmiah sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberikan jawaban rasional terhadap masalah yang digarap (Atmadilaga dalam Gurning, 2004:9). Oleh karena itu ada beberapa pengertian pragmatik yang mendukung dari tulisan ini diantaranya adalah Nababan (1987:2), Pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. Verhaar (1988:14), Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan. Searle (1969) dalam Wijana (1996:18), mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. 7
Leech (1983) dalam Wijana (1996:19), Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang terdiri dari Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik. Jenny (1995) dalam Wijana (1996:18), Pragmatik sebagai arti dalam interaksi, ini menggambarkan bahwa makna itu bukan sesuatu arti yang melekat pada kata itu sendiri, bukan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh pembicara itu sendiri, atau pendengar itu sendiri. Istilah tindak tutur (speech acts) sebenarnya lebih sering dipakai dalam filsafat bahasa dan pragmatik. Gagasan tindak tutur awalnya ditemukan oleh J.L. Austin (1962) dalam karyanya yang terkenal How to Do Things with Words untuk menjelaskan satu tesis bahwa melakukan sesuatu bisa Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti peraanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Tindak tutur adalah tindak komunikasi dengan tujuan khusus, cara khusus, aturan khusus sesuai kebutuhan, sehingga memenuhi derajat kesopanan, baik 8
dilakukan dengan tulus maupun basa-basi. Richards (dalam Suyono, 1990) menyatakan bahwa tindak tutur adalah the things we actually do when we speak atau the minimal unit of speaking which can be said to have a function. Tindak tutur adalah sesuatu yang benar-benar kita lakukan saat kita berbicara. Sesuatu itu berupa unit tuturan minimal dan dapat berfungsi. Dalam hal ini adalah untuk berkomunikasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tuturan yang berupa sebuah kalimat dapat dikatakan sebagai tindak tutur jika kalimat itu berfungsi. Fungsi yang dimaksud adalah bisa merangsang orang lain untuk memberi tanggapan yang berupa ucapan atau tindakan. Tindak tutur dalam komunikasi mencakup tindak (1) konstatif, (2) direktif, (3) komisif, dan (4) persembahan (acknowledgment) (Austin dalam Ibrahim, 1993). Sedangkan Searle (dalam Wijaya, 1996) mengemukakan bahwa tindak tutur secara pragmatik ada tiga jenis, yaitu (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi. Tindak Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah tindak tutur untuk menginformasikan sesuatu dan juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. 9
(2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Adapun teori yang digunakan untuk penulisan proposal ini adalah teori tindak tutur Searle. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan antara lain: teori tersebut terdapat unsur-unsur penginterpretasian makna lokusi yaitu tindak tutur dengan kata, dan kalimat itu sendiri sesuai dengan makna yang terkandung oleh kata dan kalimat itu sendiri. Tindak ilokusi merupakan suatu tindakan melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan tindak perlokusi adalah suatu tindakan yang menimbulkan efek atau pengaruh kepada mitra tutur. Pembagian fungsi bahasa menurut para ahli yaitu: G. Revesz, 1956. The Origins of Prehistoric of Language Fungsi bahasa ada 3, yaitu fungsi indikatif (menunjuk) fungsi imperatif (menyuruh) fungsi interogatif (menanyakan) Searle dalam Lavinson (1983) membagi fungsi bahasa menjadi 5, yaitu fungsi ekspresif fungsi direktif 10
fungsi komisif fungsi representatif fungsi deklaratif Roman Jakobson Fungsi bahasa ada 6, yaitu: fungsi referensial (pengacu pesan) =orientasi konteks atau referen fungsi emotif (pengungkap perasaan) =orientasi pembicara fungsi konatif (pengungkap keinginan penutur kepada mitra tutur; direktif) = orientasi mitra tutur fungsi metalingual ( pengungkap kode yang digunakan) = orientasi kode/bhs fungsi fatis (pembina dan pemelihara hubungan antarpenutur)=orientasi kontak (komunikasi) fungsi puitis (penyandi pesan) = orientasi amanat atau pesan Geoffrey Leech (1981) Fungsi bahasa dibagi 5, yaitu fungsi informasional fungsi ekspresif fungsi direktif fungsi aestetik 11
fungsi fatis Dell Hymes (1962) Fungsi bahasa dibagi 6, yaitu fungsi ekspresif atau emotif fungsi direktif, konatif, atau persuasif fungsi puitik fungsi kontak (fisik atau psikologis) fungsi metalinguistik fungsi kontekstual atau situasional M.A.K. Halliday (1973) Fungsi bahasa dibagi 7, yaitu fungsi instrumental (direktif, orientasi pada mitra tutur) Mis.Masuklah ke gedung itu lalu naik ke lt.10. fungsi representasional(deklaratif, orientasi pada topik). Mis. Kakimu bisa terkilir, kalau kamu tidak terbiasa dengan gerakan itu. fungsi interaksional (ekspresif, orientasi pada hubungan penutur dan mitra tutur). Mis. Apa khabar? Dari mana? fungsi personal (komisif, orientasi penutur). Mis. Saya bahagia sekali hari ini. Saya benci sekali. 12
fungsi heuristik (interpretasi). Mis. Ini apa? fungsi regulatoris (pengendalian perilaku orang lain). Mis. Kamu sebaiknya tidak bersikap gegabah seperti itu. fungsi imajinatif (pengungkap sistem khayalan dan gagasan). Mis. Ketika aku terbang ke angkasa, kulihat bintang-bintang mendekat dan bersinar terang. Pengklasifikasian fungsi tindak tutur ini mengacu pada klasifikasi Searle dalam Levinson,(1983) mengklasifikasikan tindak tutur itu menjadi lima fungsi yaitu: (1) fungsi ekspresif yang digunakan untuk mengungkapkan perasan tingkah laku penutur dalam menyikapi suatu persoalan seperti berterima kasih, ucapan selamat, simpati, dan permintaan maaf. (2) fungsi direktif yaitu untuk mengekspresikan sesutu yang sifatnya berorientasi pada penutur selain itu memberitahukan kepada penutur melakukan sesuatu yang berorientasi pada petutur (lawan bicara). (3) fungsi komisif yang mengacu pada beberapa tindakan akan datang yang sifatnya menjanjikan, ancaman, atau tawaran. (4) fungsi representatif yang lebih berorientasi pada pesan. (5) fungsi deklaratif yaitu suatu hal yang menghasilkan suatu hubungan antara muatan proposional keputusan dan kenyataan. PK merupakan suatu prinsip pragmatik yang menjelaskan hubungan antara makna dan daya untuk mencari kebenaran, dalam arti cara pengungkapan atau penyampaian sesuatu yang tidak langsung. Sedangkan PS adalah suatu prinsip pragmatik yang berfungsi sebagai penyelamat dari PK. Menurut Finegan 13
(l2004: 3004), kesopanan terbagi dalam dua aspek yaitu menghargai orang yang diajak bicara dan melibatkan orang lain dalam suatu situasi. Dari pendapat tersebut dapat dilihat juga yang ada dalam data tersebut ataupun bisa dibuktikan apakah itu benar atau salah. Bila dicermati lagi maka benar yang dikatakan oleh Finegan tersebut, karena di dalam teks tersebut adanya komunikasi yang baik antara penutur dan petutur. Karena dibarengi dengan jawaban yang benar-benar sangat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban tersebut berupa kata maaf. Dalam tindak tutur tersebut, aspek menghargai orang lain sangat ditekankan yaitu pada saat penutur melakukan suatu kesalahan kata baik sengaja maupun tidak, maka secara langsung penutur akan mengatakan maaf atau sorry kepada orang yang diajak bicara. Hal ini akan memberikan rasa penghargaan kepada orang lain dalam suatu percakapan. Dalam data ataupun teks tidak ada dikatakan maaf ataupun sorry, tetapi bila dilihat dari jawaban yang dikemukakan itu sama halnya dengan ungkapan maaf yang diutarakan kepada lawan bicaranya saat peristiwa tutur terjadi. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari beberapa para ahli diantaranya yaitu Grice mengemukakan bahwa percakapan yang terjadi di dalam anggota masyarakat dilandasi oleh sebuah prinsip dasar, yaitu prinsip kerja sama (cooperative principle), (Yule 1996: 36-37 dan Thomas 1995: 61) berpendapat kerja sama yang terjalin dalam komunikasi ini terwujud dalam empat bidal (maxim), yaitu (1) bidal kuantitas (quantity maxim), memberi 14
informasi sesuai yang diminta; (2) bidal kualitas (quality maxim), menyatakan hanya yang menurut kita benar atau cukup bukti kebenarannya; (3) bidal relasi (relation maxim), memberi sumbangan informasi yang relevan; dan (4) bidal cara (manner maxim), menghindari ketidakjelasan pengungkapan, menghindari ketaksaan, mengungkapkan secara singkat, mengungkapkan secara beraturan (Gunarwan 2004: 11 dan Thomas 1995: 63-64). Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis prinsip kesantunan yaitu Grice. Karena pada prinsip kesantunan Grice dianggap paling mendukung dalam penyelesaian penelitian ini. Grice merumuskan prinsip kesantunan menjadi empat maksim antara lain (1) maksim kuantitas, di mana seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. (2) maksim kualitas, di mana seorang penutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang bersifat nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam bertutur. (3) maksim relevansi, yang dinyatakan bahwa agar terjalin kerjasama yang baik antara penutur dan petutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang sifatnya relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan tersebut. (4) maksim pelaksanaan, yang mengharuskan peserta tutur bertutur secara langsung, jelas, serta tidak kabur. 15