BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang paling sering terjadi pada wanita. WHO (World Health Organization) tahun 2008, menyebut sebanyak 458.000 mortalitas per tahun akibat kanker payudara. Kanker payudara di Indonesia merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor 2 setelah kanker rahim (Manuaba, 2010). Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insiden kanker payudara 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan (Yayasan Kanker Indonesia, 2014). American Cancer Society menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara dan sekitar 39.620 wanita meninggal setiap tahunnya akibat kanker (American Cancer Society, 2013). Kanker payudara berpotensi menyebabkan kematian satu dari delapan wanita (Vadivelu, Scheck, Lopez, Kodumudi, & Narayan, 2008). Masalah kanker di Indonesia antara lain hampir 70% penderita penyakit ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut. Departemen Kesehatan menunjukkan sekitar 60-70% dari penderita kanker payudara datang pada stadium tiga yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013). Kanker payudara dan pengobatannya dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderitanya. Dampak fisik yang terjadi akibat pengobatan kanker payudara adalah berupa mual, kerontokan rambut akibat kemoterapi, kerusakan 1
2 jaringan lain akibat radiasi, limfedema dan nyeri pada bahu dan lengan setelah operasi (Osborn, et al., 2010 dalam Tasripiyah, 2012). Prokop (1991 dalam Lubis & Hasnida, 2009) mengatakan ada enam reaksi psikologis utama yang biasa muncul pada pada diagnosis dan pengangan kanker yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan control, gangguan kognitif atau status mental (impairment), dan gangguan seksual serta penolakan terhadap kenyataan (denial). Pasien kanker umumnya akan memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan takut kehilangan seseorang (Charmaz, 1994 dalam Lubis & Hasnida, 2009). Perempuan yang kehilangan payudara akan merasa daya tariknya akan berubah menjadi negatif (Taylor, L., & Wood., 1991 dalam Lubis & Hasnida, 2009). Perubahan fisik yang tejadi pada pasien kanker payudara dapat membuat pasien merasa tidak menarik lagi, tidak puas terhadap tubuhnya dan menjadi tidak percaya diri (Quigley,1989 dalam Lubis & Hasnida, 2009) yang berakibat menjadi depresi (Rosenberg, 1965 dalam Lubis & Hasnida, 2009). Dampak yang terjadi pada kanker payudara dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup adalah konstruksi multidimensi yang mencakup status fungsi (perawatan diri), kesejateraan psikologis, fungsi sosial dan keluarga, dan kesejahteraan spiritual (Smeltzer, 2002). World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) juga mengatakan kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, berhubungan dengan tujuan, harapan, standar, dan minat (WHO, 2007).
3 Kanker payudara merupakan kanker yang sering diteliti tentang dalam studi kualitas hidup (Smeltzer, 2002). Kualitas hidup merupakan indikator yang penting untuk mengukur seberapa baik seorang dapat berfungsi setelah diagnosis dan pengobatan (Smeltzer,2008). Kanker dikenal dapat memberi efek negatif pada seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik,aspek psikologis, dan aspek sosial (Tirgari, Iranmanesh, Fazel, & Kallantari, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan pasien yang menderita kanker payudara memilikiki kualitas hidup yang rendah setelah mastektomi (Tirgari, Iranmanesh, Fazel, & Kallantari, 2012). Nyeri setelah operasi payudara dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya (Vadivelu, Schreck, Lopez, Kodumudi, & Narayan., 2008). Faktor yang bekontribusi pada buruknya kualitas hidup pasien kanker payudara yang sedang mengalami pemulihan adalah lamanya operasi, lamanya hospitalisasi, aktifitas fisik yang terbatas, dan nyeri setelah operasi (Vadivelu, et.al., 2008). Depresi dapat mengganggu kualitas hidup pasien kanker payudara (Reich, Lesur, & Cevallier, 2008). Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh hidup yang penuh dengan stres, masalah gambaran diri, kehidupan seksual, masalah keuangan, kekhawatiran, dan tentu saja depresi (Reich, et.al., 2008). Penderita kanker payudara biasanya mengalami sakit dua kali lipat dari penyakit kebanyakan, yakni selain menderita penyakit kanker mereka juga menderita depresi (Keitel & Kopala, 2000 dalam Lubis & Hasnida, 2009). Kemoterapi dan radioterapi merupakan terapi adjuvan primer bagi pasien kanker payudara (Lu, Wei., et.al., 2008). Studi menunjukkan efek samping dari kemoterapi dan radioterapi dapat memberi efek terhadap kualitas hidup pasien
4 (Lu, Wei., et.al., 2008). Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.2 Perumusan Masalah Bagaimana kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 1.3 Pertanyaan penelitian Bagaimanakah kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan? 1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mendeskripsikan tentang kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat haji Adam Malik Medan 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden. 2. Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien kanker payudara yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.
5 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Pendidikan keperawatan Hasil ini diharapkan memberikan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi dunia pendidikan sebagai suatu bahan pustaka tentang kualitas hidup pasien kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Hji Adam Malik Medan. 1.5.2 Pelayanan Keperawatan Pelayanan ini dapat member kontribusi khususnya dalam konteks pelayanan asuhan keperawatan bagi perbaikan kualitas hidup pasien kanker payudara. 1.5.3 Penelitian Keperawatan Hasil ini diharapakan dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang akan datang dalam ruang lingkup yang sama.