BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. operasi serta membentuk perusahaan perusahaan modal ventura atau bergabung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri konstruksi, tenaga kerja adalah faktor penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang. pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya.

Tugas Akhir Kajian Pemberlakuan Syarat Sertifikasi Keterampilan Kerja bagi Tenaga Kerja Mandor BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pembangunan nasional, khususnya dalam menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dosen Pengampu: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

BAB I PENDAHULUAN. telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata

PENGATURAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI DITINJAU BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 (Studi Kasus di Kotamadya Medan)


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai harapan maupun keinginan

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses permohonan Sertifikat Badan Usaha (SBU). Kualifikasi Usaha Jasa

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

RENCANA PROGRAM PEMBINAAN KONSTRUKSI TA. 2018

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia. Perkembangan dunia bisnis yang pesat menjadikan

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

ORGANISASI PERANGKAT DAERAH UNTUK SUB URUSAN JASA KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN DAERAH (UU No.23/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA JASA KONSTRUKSI DAN FABRIKASI DI PT. BISMA KONINDO BABELAN-BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan hasil yang memuaskan menjadi penyebab utama penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

K3 Konstruksi Bangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar waktu pengerjaan tidak meleset dari yang sudah direncanakan.

BAB I PENDAHULUAN. hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

BAB I PENDAHULUAN. apabila negara dapat memberi peluang bagi seluruh masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN Maulana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. mencapai prestasi yang diukur atau dinilai.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

PERILAKU DAN DINAMIKA PROYEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN SMK3 DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS BINA MARGA DAN PSDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari tahun 2013 mencapai 114,1 juta orang dengan jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar 6,791 juta pekerja atau sekitar 6,04 %. Berdasarkan data tersebut, sektor konstruksi mempunyai peran yang sangat penting untuk berkontribusi bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional terutama dalam hal penyediaan lapangan kerja. Industri konstruksi yang semakin berkembang tentu akan menarik minat investor untuk menanamkan investasi pada sektor konstruksi. Namun pada saatnya industri konstruksi akan mengalami kejenuhan karena adanya keterbatasan tenaga ahli, tenaga terampil serta material dan peralatan konstruksi. Kebijakan sektor konstruksi di masa yang akan datang tidak lagi di ukur dari besarnya anggaran yang merupakan tolak ukur penyerapan tenaga kerja, melainkan lebih kepada peningkatan kualitas hasil pekerjaan konstruksi (Doedoeng, 2009). Seiring dengan pertumbuhan tenaga kerja sektor konstruksi yang terus bertambah tiap tahunnya maka peningkatan tingkat kecelakaan kerja pun cenderung besar. Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tingkat kecelakaan kerja sektor konstruksi relatif tinggi karena proyek yang dikerjakan bersifat non-stop sehingga hal tersebut tentu menyebabkan terjadinya kelelahan pekerja dan berakibat menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan kerja di 1

lapangan. Tercatat bahwa kecelakaan dalam sektor konstruksi masih berada dalam daftar teratas tingkat kecelakaan kerja secara nasional. Pada tahun 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2009 terdapat 96.314 kasus, 2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007 terdapat 83.714 kasus. Angka kecelakaan kerja sektor konstruksi di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja di atas terjadi di sektor konstruksi yang meliputi semua jenis proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi, bendungan, dan sejenisnya Terkait hal tersebut di atas, sebagai bentuk upaya lebih intensif untuk menanggulangi kecelakaan kerja di bidang jasa konstruksi, Pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah agar dapat meningkatkan keefektifan perlindungan K3 yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi, terutama bagi perusahaan yang mempekerjakan 100 tenaga kerja atau menyelenggarakan proyek lebih dari 6 bulan wajib untuk memiliki tenaga ahli K3. Sehubungan dengan peningkatan kualitas hasil pekerjaan konstruksi, tentu hal tersebut berhubungan langsung dengan peningkatan kemampuan dan kompetensi tenaga kerja konstruksi terutama untuk tenaga kerja ahli K3. Menurut Undang- Undang No.18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi menjelaskan bahwa Perencana, Pelaksana dan Pengawas Konstruksi harus memiliki sertifikasi keterampilan dan keahlian. Dalam perdagangan sektor konstruksi, persyaratan sertifikasi tenaga konstruksi sudah mulai dijadikan syarat tender dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan terutama pada proyek-proyek pemerintah. 2

Menurut UU Nomor 13/2003, kompetensi kerja adalah spesifikasi dari sikap pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta penerapannya secara efektif dalam pekerjaan sesuai dengan standar kerja yang dipersyaratkan. Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian sertifikasi kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi kerja baik yang bersifat nasional maupun internasional. Sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi merupakan salah perangkat sebagai usaha untuk peningkatan kualitas konstruksi dan menciptakan efisiensi dalam menghadapi tantangan kedepan dalam memasuki pasar global. Selain itu, sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi ini tentu dilakukan dengan tujuan agar tenaga kerja konstruksi memiliki kemampuan dan keahlian yang lebih sehingga mampu meningkatkan kualitas konstruksi dan merupakan syarat mutlak untuk menjamin mutu dan keamanan pengerjaan proyek di lapangan. Dengan memiliki sertifikasi kompetensi ahli K3 Konstruksi maka seseorang akan mendapatkan bukti pengakuan tertulis atas kompetensi yang dikuasainya. Namun pada kenyataan saat ini, keefektifan sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi masih diragukan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah tenaga ahli K3 Konstruksi seiring dengan peningkatan kecelakaan kerja di sektor konstruksi tiap tahunnya. Tingginya tingkat kecelakaan kerja sektor konstruksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain pekerjaan yang beresiko tinggi dan bersifat non-stop, kurangnya tenaga ahli K3 konstruksi, serta rendahnya komitmen pemerintah dan sektor swasta dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). 3

Permasalahan K3 kontruksi lainnya yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja umumnya dikarenakan rendahnya pemahaman dan kepekaan terhadap bahaya dan resiko kontruksi, tidak menguasai peralatan keselamatan diri (APD) dan metoda kerja kontruksi yang benar, tidak terpenuhi persyaratan dan standard K3, masih lemahnya hukum maupun sanksi K3, belum ada penerapan Sistem Manajemen K3 yang benar, kurangnya kesadaran perusahaan akan pentingnya K3, serta kurangnya pendidikan dan pelatihan K3 bagi SDM konstruksi. Berdasarkan permasalahan K3 Konstruksi yang telah dijabarkan, penulis menyimpulkan bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan seringnya terjadinya kecelakaan kerja sektor konstruksi adalah Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sektor Konstruksi yang dirasakan belum efektif. Tabel. 1.1 Tingkat Kecelakaan Kerja vs Jumlah Tenaga Ahli K3 Konstruksi No. Tahun Tingkat Kecelakaan Kerja Jumlah Tenaga Ahli K3 1. 2010 98.711 577 2. 2011 99.491 669 3. 2012 103.000 1263*) *): Data sementara Sumber : Jamsostek dan A2K4, 2013 Berdasarkan dengan fenomena tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan evaluasi mengenai seberapa besar tingkat keefektifan sertifikasi pada Tenaga Ahli K3 Konstruksi dengan melihat perbedaan penilaian pengguna jasa dan tenaga ahli terhadap peningkatan kompetensi, kinerja dan manfaat Tenaga Ahli K3 Konstruksi bersertifikat. Identifikasi tersebut dilakukan karena adanya 4

anggapan bahwa pengguna jasa menganggap sertifikasi yang dilakukan belum efektif. Hal tersebut disebabkan adanya praktik jual beli sertifikat yang mengakibatkan kompetensi Tenaga Ahli K3 Konstruksi tidak terpenuhi. Sebaliknya, Tenaga Ahli K3 Konstruksi merasa sertifikasi sudah efektif dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja serta mampu memberikan manfaat. Dengan adanya kedua pernyataan di atas tersebut, penulis ingin melakukan analisa lebih mendalam untuk membuktikan kedua pernyataan di atas. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan, penulis akan melakukan evaluasi keefektifan sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi melalui pertanyaan penelitian yaitu Apakah terdapat perbedaan penilaian pengguna jasa dan Tenaga Ahli K3 Konstruksi mengenai peningkatan kompetensi dan kinerja Tenaga Ahli K3 Konstruksi yang telah disertifikasi serta manfaat yang diperoleh dari sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini, yaitu melakukan evaluasi kefeektifan sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi dengan menganalisis perbedaan penilaian pengguna jasa dan tenaga ahli mengenai peningkatan kompetensi dan kinerja Tenaga Ahli K3 Konstruksi yang telah disertifikasi serta manfaat yang diperoleh dari sertifikasi Tenaga Ahli K3 Konstruksi. 5

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Pemerintah: Penelitian ini tentu mendukung Kebijakan Pemerintah mengenai Tenaga Ahli sektor Konstruksi; b. Bagi Lembaga Sertifikasi: Penelitian ini membantu Lembaga Sertifikasi memperoleh gambaran apakah jasa sertifikasi yang telah diberikan kepada tenaga kerja konstruksi memberikan nilai tambah bagi tenaga konstruksi tersebut; c. Bagi Tenaga Konstruksi: Penelitian ini memberikan gambaran mengenai penting dan tidaknya Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi bagi mereka. 1.5 Susunan Penelitian Penelitian ini akan disusun ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut: 1. Bab I: Pendahuluan Bab Pendahuluan berisi sub-bab: (a) latar belakang, (b) pertanyaan penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, dan (f) susunan penelitian. 2. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab Tinjauan Pustaka merupakan teori yang mendukung penelitian ini. 3. Bab III: Metoda Penelitian dan Profil Perusahaan Bab Metoda Penelitian metoda penelitian yang lah dipaparkan pada proposal tesis. 4. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan 6

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat hasil penelitian dan pembahasan yang sifatnya terpadu. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa, daftar (tabel), grafik,atau bentuk lain. 5. Bab V: Kesimpulan dan Saran Bab Kesimpulan dan Saran dinyatakan secara terpisah. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Saran dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis. 7