EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV NGAWI

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

BAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang

SISTEM PENTANAHAN SWITCHYARD DENGAN KISI-KISI (GRID) PADA GARDU INDUK 150 KV BANTUL

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENENTUAN RESISTIVITAS LISTRIK MORTAR MENGGUNAKAN METODE PROBE DUA ELEKTRODA

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

STUDI PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK 150/20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI

Analisis Konduktivitas Listrik Tanah Gambut Berdasarkan Variasi Pupuk KCl Friescha Septiyani-1 a, Nurhasanah-2 a, Okto Ivansyah-3 b*

Analisis Pemilihan Pentanahan Titik Netral Generator Pada PLTMH 2 x 4,4 MW Nua Ambon

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

III. METODE PENELITIAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DESAIN SISTEM GRID PENTANAHAN PLTU BERAU KALIMANTAN TIMUR 2 X 7 MW

Hukum Ohm. Fisika Dasar 2 Materi 4

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( )

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH. Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : gardu beton; grid; pentanahan; rod

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

Listrik Dinamis FIS 1 A. PENDAHULUAN. ρ = ρ o (1 + αδt) B. HUKUM OHM C. NILAI TAHANAN RESISTOR LISTRIK DINAMIS. materi78.co.nr. c.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENGHANTAR LISTRIK NFA2X 2x10mm rm 0.6/1kV SKRIPSI

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) SISTEM GROUNDING LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI TEKNIK ELEKTRO IST AKPRIND YOGYAKARTA

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR

Arus listrik sebesar 1 amper adalah perpindahan elektron sebanyak 6.24 x yang melewati satu titik pada setiap detiknya.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

Transkripsi:

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH Yoga Septria Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Yoga_vintage@yahoo.com Abstrak-Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem kelistrikan, peralatan, dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan atau arus abnormal. Sehingga sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan perhitungan yang dapat melihat sejauh mana tegangan sentuh dan tegangan langkah tersebut. Data untuk melakukan perhitungan diperoleh dari UPK (Unit Pelaksana Konstruksi) yaitu selaku pelaksana pembangunan Gardu Induk 150 kv Kota Baru Pontianak Skripsi ini meneliti tegangan sentuh dan tegangan langkah pada Gardu Induk (GI) 150 kv Kota Baru sebagai akibat dari perubahan resistivitas tanah. Dari hasil yang didapat dengan melakukan perhitungan manual untuk tegangan sentuh maksimum sebenarnya diperoleh hasil 262 volt dan tegangan langkah sebenarnya dengan nilai 223 volt. Melihat nilai dari perbandingan diatas maka desain pentanahan Gardu Induk 150 kv Kota Baru Pontianak memenuhi persyaratan, dikarenakan tidak melebihi tegangan sentuh dan tegangan langkah yang diizinkan yaitu 270 volt untuk tegangan sentuh yang diizinkan dan 972 volt untuk tegangan langkah yang diizinkan. Kata Kunci : Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Gardu Induk 150kV Kota Baru, Sistem 1.Pendahuluan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem kelistrikan, peralatan, dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan atau arus abnormal. Sehingga sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik. Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistem-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan. Namun setelah sistemsistem tenaga listrik berkembang semakin besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh, baru diperlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem pelayanannya sendiri. Sistem pentanahan belum digunakan ketika sistem tenaga masih memiliki ukuran kapasitas yang kecil (sekitar tahun 1920). Dengan ukuran sistem seperti ini, bila ada gangguan ke tanah pada sistem dan dimana besarnya arus gangguan sama atau kurang dari 5 ampere, busur api yang timbul antara sistem dan tanah akan padam dengan sendirinya. Arus gangguan listrik yang terjadi semakin besar seiring sistem tenaga listrik yang berkembang semakin besar, dan ini sangat berbahaya bagi sistem, karena bisa menimbulkan tegangan lebih transien yang sangat tinggi. Oleh karena itu, para ahli kemudian merancang suatu sistem yang membuat sistem tenaga tidak lagi mengambang (terisolir dari bumi). Sistem tersebut

kemudian dikenal dengan sistem pentanahan (grounding system). 2.Dasar Teori 2.1 Karakteristik Tanah Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikelpartikel padat tersebut (Braja M. Das, 1995). Material endapan yang disebut tanah dapat terdiri tiga bagian, yaitu : a.butiran tanahnya (soil), ukuran markroskopis atau mikroskopis b.ruang pori (void), merupakan ruang terbuka antara butiran tanah. c.air (water), yang mengisi pori -pori (air pori) dalam keadaan jenuh atau sebagian. Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua dari pada periode tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa pleistosen. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah nonorganik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi. Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah di ingat orang. Warna tanah sangat bervariasi mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga kuning hingga putih. Selain itu dapat memiliki lapisanlapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (penga saman) atau pencucian. Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran belerang dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi, warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi. 2.2 Pentanahan Grid Dalam sistem pentanahan grid sulit mencari nilai tahanan pentanahan, karena susunan grid agak kompleks. Sehingga digunakan metode bujur sangkar, dengan anggapan bahwa muatan yang tersebar pada permukaan konduktor yang membentuk grid adalah sama. Gambar 1. Bentuk Pentanahan Grid Pada Gardu Induk (GI) Gambar 2. Mesh Pentanahan Grid Pada Gardu Induk. 2.2 Data Pentanahan Grid Data yang di peroleh dari GI 150 kv adalah sebagai berikut : 1.Data arus gangguan 2.Tata letak layout GI 150 kv Kota Baru 3.Pentanahan Grid GI 150 kv Kota Baru 4.luas penampang grid pentanahan 150 mm2 5.Waktu trip CB nya pada saat open 30 ms dan pada saat close 120 ms. 2.3 Tahanan Jenis Tanah Tahanan jenis tanah dapat di hitung menggunakan persamaan berikut : ρ = 2 π ar dengan 2.4 Tata Letak (Layout) Grid pentanahan menggunakan konduktor tembaga bulat yang di tanam pada seluruh batas gardu induk. Pengaturan pada suatu gardu induk dapat dilihat pada gambar. Grid pentanahan harus dari bahan onneakad high conductivity standart (bahan yang berpenghantar tinggi) dan harus

mempunyai luas penampang minimal 150 mm2 dan di tanam di kedalaman 80 cm. Minimum harus di sediakan 4 connection grid pentanahan untuk switchgear 150 kv dan switchger rooms 20 kv, sesuai dengan data yang ada pada GI 150 kv Kota Baru Pontianak 2.5 Arus Fibrilasi Besarnya arus fibrilasi yang mengalir ketubuh manusia dapat di hitung menggunakan persamaan berikut ini : K 50 = 0.116 2.11 Tahanan Ekivalen Untuk menghitung tahanan ekivalen dari sistem pentanahan switchyard kita dapat menggunakan persamaan berikut ini : Ro = + 3. Perhitungan Data 3.1 Perhitungan Arus Fibrilasi Untuk Berat Badan 50 kg I k =, I k =, 2.6 Jumlah Batang Pentanahan Jumlah titik pentanahan dan jumlah elektroda pentanahan akan disesuaikan dengan hasil tes tahanan pentanahan. Untuk setiap bay jumlah titik pentanahan sekurang-kurangnya 9 elektroda copper rod diameter min 15 mm dengan panjang setiap batang 3,5 meter di pancangkan pada tanah asli dengan jarak satu dan lainnya tidak kurang dari panjang batang. Untuk menentukan jumlah batang pentanahan menggunakan persamaan berikut : i = 3.1414 x 10-5 d 2.7 Tegangan Sentuh Tegangan sentuh yang dapat di tentukan dengan persamaan rumus (2.1) dan dapat di lakukan perhitungan sebagai berikut dari data yang kita dapat. E s = I k (R k + 1,5.ρs ) 2.8 Tegangan Langkah Untuk mencari nilai hasil dari tegangan langkah dapat menggunakan rumus (2.2) sebagai berikut : El = Ik (Rk + 6 ρs) 2.9 Tegangan Sentuh Sebenarnya Untuk mencari nilai tegangan sentuh sebenarnya dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : Em = K m K i ρ 2.10 Tegangan Langkah Sebenarnya Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan berikut : I k =,, I k =,, I k = 0,21 A 3.2 Perhitungan Arus Fibrilasi Untuk Berat Badan 70 kg I k =, I k =,, I k =,, I k = 0,28 A 3.3 Perhitungan Tegangan Sentuh Untuk Berat Badan 50 kg Es = Ik (Rk + 1,5 ρs) = 0,21 ( 1140 + 1,5. 98,3) = 0,21 (1287,45) = 270 V 3.4 Perhitungan Tegangan Sentuh Untuk Berat badan 70 kg Es = Ik (Rk + 1,5 ρs) = 0,28 (1140 + 1,5. 98,3) = 0,28 (1287,45) = 360 V 3.5 Perhitungan Tegangan Langkah Untuk berat badan 50 kg El = Ik (Rk + 6 ρs) = 0,21 (4040 + 6. 98,3) = 0,21 (4629,8) = 972 V

3.6 Perhitungan Tegangan Langkah untuk berat badan 70 kg El = Ik (Rk + 6 ρs) = 0,28 (4040 + 6. 98,3) = 0,28 (4629,8) = 1296 V 3.7 Desain Sistem Pentanahan Sistem pentanahan peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan konduktor yang ditanam secara horizontal, dengan betuk kisi-kisi (grid). Konduktor pengtanahan biasanya terbuat dari batang tembaga keras dan memiliki konduktivitas tinggi, terbuat dari kabel tembaga yang di pilin (bare standart copper) dengan luas penampang minimum 150 mm2 dan mempunyai kemampuan arus hubung tanah selama 1 detik. Konduktor itu ditanam sedalam 80 cm. Kisi-kisi pentanahan bersambungan satu dengan yang lainnya dan dihubungkan dengan batang pentanahan yang terdiri-dari batang tembaga. Batang tembaga ini berdiameter 15 mm, dengan panjang setiap batang 3,5 m dipancangkan pada tanah asli dengan jarak satu dan lainnya tidak kurang dari panjang batang dengan jarak lebih dari 5 meter terhadap kisi-kisi pentanahan utama. 3.8 Tata Letak (Layout) Kisi-kisi (grid) pentanahan menggunakan konduktor tembaga bulat yang ditanam pada seluruh batas gardu induk. Pengaturan tata letak sistem pengtanahan pada suatu gardu induk dapat dilihat pada gambar dibawah. Pada gambar tersebut diberikan panjang konduktor termasuk batang pentanahan = 1386 meter 3.9 Tahanan Jenis Tanah Kondisi cuaca berpengaruh pada kandungan air tanah gambut dan pada tahanan jenis tanah gambut. Pada saat hujan, kandungan air tanah tinggi menghasilkan tahanan jenis tanah rendah, yaitu 98,3 Ω.m. Pada saat kering, kandungan air tanah rendah menghasilkan tahanan jenis tanah tinggi, yaitu 110,08 Ω.M (9 hari setelah turun hujan terahkir) dan 112,05 Ω.m (12 hari setelah turun hujan terahkir). 3.10 Jumlah Batang Pentanahan Yang Diperlukan Kerapatan arus yang diizinkan pada permukaan batang pentanahan dapat dihitung dengan persamaan (3.3) berikut : i = 3.1414 x 10-5 d = 3.1414 x 10-5. 15 = 3.1414 x 10-5. 15,., = 3.1414 x 10-5. 15 2967107.5 = 3.1414 x 10-5. 15. 1722.5 = 3.1414 x 10-5. 25837,5 = 0,811 A/cm. Jadi bila besar arus gangguan 3300 amper maka jumlah batang pentanahan minimum dengan panjang 3,5 meter.,, / 3.11 Data Arus Gangguan = 12 Batang Dari data di APDP Pontianak besar arus gangguan tanah maksimum pada tegangan sistem 150 kv adalah sebagai berikut : Tabel 1 Data Arus Gangguan Short Circuit 150 Gardu Induk KV 3P (KA) LG (KA) Sei Raya 5.7 3.7 Siantan 6.2 4.4 Kota Baru 4.8 3.3 Parit Baru 6 4.1 Senggiring 5.5 3.7 Singkawang 6.4 5.6 Sambas 3.5 2.4 Bengkayang 9 8 3.12 Perhitungan Tegangan Sentuh Sebenarnya Maka kita dapat menghitung tegangan mesh atau tegangan sentuh maksimum sebenarnya sebagai berikut E m = K m K i ρ E m = 0,442 x 2,542 x 98,3 (3300/1386) = 110,44 (2,38) = 262 volt (untuk kondisi hujan),.

E m = 0,442 x 2,542 x 110,08 (3300/1386) = 123,7 (2,38) = 294 volt (untuk kondisi kering/panas) 3.13 Perhitungan Tegangan Langkah Sebenarnya Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan (3.7) berikut : = 0,3758 x 2,542 x 98,3 (3300/1386) = 93,9 (2,38) = 223 volt (untuk kondisi hujan) = 0,3758 x 2,542 x 110,08 (3300/1386) = 105,15 (2,38) = 250 volt (untuk kondisi panas/kering) Hasil perhitungan tegangan-tegangan mesh dan tegangan langkah untuk gardu induk tersebut dapat dilihat dan dikumpulkan dalam tabel berikut : Tabel 2 Perhitungan Tegangan sentuh dan tegangan langkah No Spesifikasi Satuan Harga 1 Tahanan Jenis Tanah Ω.m (ρ) 98.3 2 Jumlah Konduktor - Paralel dalam kisikisi 11 utama (n) 3 Koeffisien K m - 0,442 4 Ki = 0,65 + 0,172 n - 2,542 5 Panjang Konduktor m Pentanahan yang 1386 ditanam (L) 6 Koeffisien K s - 0,3758 7 Tegangan Sentuh volt 270 yang diizinkan (Es) & 360 8 Tegangan Langkah volt 972 & yang diizinkan (E l ) 1296 9 Tegangan volt Mesh/Tegangan 262 & Sentuh Maksimum 294 Sebenarnya (E m ) 10 Tegangan Langkah volt 223 & Sebenarnya (E lm ) 250 Gambar 3. Sistem Pentanahan Gardu Induk Dari gambar diatas sistem pentanahan Gardu Induk dilengkapi dengan batang pentanahan sebanyak 20 buah dan panjang konduktor kisi-kisi utama sebanyak 11 buah dan panjang konduktor kisi-kisi melintang sebanyak 14 buah dengan panjang 50 m dan lebar 56 m serta panjang setiap batang 3,5 m. Maka panjang seluruh konduktor adalah 1386 meter. Hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui desain dari Grounding Gardu Induk Kota Baru Pontianak berapa banyak panjang konduktor kisi-kisi utamanya, panjang konduktor kisi-kisi melintang, baying pentanahan serta panjang total konduktor nya. 3.14 Menghitung Tahanan Ekivalen Untuk menghitung tahanan ekivalen dari sistem pentanahan switchyard kita dapat menggunakan persamaan (3.8) sebagai berikut : Ro =,, Ro = + + 98,3 1386 = 98,3 119,44 + 98,3 1386 = 0,823 + 0,07 = 0,893 Ω (kondisi cuaca hujan) Ro = 110,08 + 110,08 4 x 29,86 1386 = 110,08 + 110,08 119,44 1386 = 0,921 + 0,08 = 0,1721 Ω (kondisi cuaca panas/kering)

4. Kesimpulan Setelah dilakukan perhitungan dan analisa data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan maka didapatkan besar tegangan sentuh yang diizinkan untuk berat badan 50 kg yaitu sebesar 270 volt sedangkan besar tegangan sentuh yang diizinkan untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah sebesar 360 volt. Sedangkan dari hasil perhitungan untuk tegangan langkah yang diizinkan dengan berat badan manusia 50 kg sebesar 972 volt dan tegangan langkah yang diizinkan untuk berat badan manusia 70 kg sebesar 1296 volt. 2. Nilai dari tegangan sentuh sebenarnya pada kondisi hujan dan panas ternyata lebih kecil dari nilai tegangan sentuh yang diizinkan yaitu untuk berat badan 50 kg 270 volt dan untuk berat badan 70 kg 360 volt dengan demikian desain pentanahan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan dan aman bagi pekerja GI 150 kv Kota baru Pontianak. 3. Nilai dari tegangan langkah sebenarnya pada kondisi hujan dan panas ternyata lebih kecil dari nilai tegangan langkah yang diizinkan yaitu untuk berat badan 50 kg 972 volt dan untuk berat badan 70 kg 1296 volt dengan demikian desain pentanahan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan dan aman bagi pekerja GI 150 kv Kota Baru Pontianak. 4. Desain pentanahan tersebut telah diperoleh tegangan mesh Em yang lebih kecil dari tegangan sentuh Es dan tegangan langkah Elm lebih kecil dari tegangan langkah yang diizinkan El dengan demikian desain pentanahan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan. 5. Jadi perubahan resistivitas tanah pada kondisi cuaca hujan nilai tegangan nya lebih kecil dari kondisi cuaca kering/panas dikarenakan pada kondisi cuaca hujan kandungan air tanah menghasilkan tahanan jenis tanah rendah yaitu tahanan jenis tanahnya 98,3 Ω.m sedangkan pada kondisi cuaca kering/panas kandungan air tanah rendah menghasilkan tahanan jenis tanah tinggi yaitu tahanan jenis tanahnya 110,08 Ω.m. Referensi : 1. Abrar Tanjung, 1988. Analisis sistem pentanahan Gardu Induk Teluk Lembu dengan bentuk konstruksi grid (kisi -kisi). Pekanbaru. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning 2. Adhi Muhtadi, ST, SE, Msi. 1992. Batas- Batas Atterberg, Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Padang. 3. Hendra, 2012. Studi Pengaruh kandungan air tanah terhadap tahanan jenis tanah gambut. Pontianak. Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak. 4. Ignatius Agung Pratama, 2014. Perencanaan Sistem Pentanahan Peralatan Untuk Unit Pembangkit Baru di PT. INDONESIA POWER GRATI. Universitas Brawijaya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro. Malang. 5. Ir. T.S. Hutauruk M.Sc, 1999. Pengtanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengtanahan Peralatan. Jakarta : Erlangga 6. Linda Pasaribu, 2011. Studi Analisis Pengaruh Jenis Tanah, Kelembaban, Temperatur dan kadar garam terhadap tahanan pentanahan. Depok. Fakultas Teknik Program Magister Teknik Elektro. 7. Nur Pamudji, 2014. Buku Pedoman Serandang dan Pentanahan Gardu Induk. Jakarta Biography Yoga Septria, lahir di Pontianak Pada Tanggal 20 September 1988. Menempuh Pendidikan Strata I (S1) Di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura sejak tahun 2011. Penelitian ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Tegangan Tinggi Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.