BAB I PENDAHULUAN. Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Joint United Nations Programme on Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Kesediaan Pasien Tuberkulosis Melakukan Tes HIV Pada Program Provider Initiated Testing and Counseling (PITC)

Oleh: Logan Cochrane

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga kesehatan yang bergerak di. bidang jasa pelayanan. Pelayanan yang dimaksud adalah keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

komisi penanggulangan aids nasional

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya setiap 100.000 penduduk sebesar 8,15% diantaranya menderita AIDS (Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009). Angka epidemi kumulatif tertinggi adalah di Papua sebesar 135,44 per 100.000 jumlah penduduk secara nasional di Indonesia (Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010). Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi HIV dan AIDS yang terkonsentrasi misalnya pada kelompok pekerja seks komersial dan pengguna jarum suntik (KPA, 2010). Prevalensi penyakit HIV dan AIDS di Indonesia terus menunjukkan peningkatan karena semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan Napza melalui suntikan. Pada tahun 2011 terjadi pergeseran metode penularan dari penyalahgunaan jarum suntik (34%) ke transmisi seksual (71%) terutama heteroseksual (KPA, 2012). Peningkatan prevalensi penyakit HIV dan AIDS mendorong pemerintah dan lembaga nonpemerintah untuk melakukan upaya dalam mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia, salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku terkait HIV dan AIDS. Namun, faktanya 80% penduduk Indonesia masih memiliki pemahaman yang salah mengenai penyakit ini (Bappenas, 2010). Hanya 42% perempuan dan 52% laki-laki yang telah menikah di Indonesia mengetahui metode penularan infeksi HIV 1

2 dan AIDS (BPS dan Makro Internasional, 2008). Pengetahuan yang salah ini dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi bagi orang dengan HIV dan AIDS. Tidak hanya masyarat, namun stigma yang salah dan diskriminasi juga dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti yang dikemukakan dalam beberapa penelitian internasional. Mulaudzi dkk (2011) menemukan bahwa setidaknya satu diantara empat perawat di Afrika Selatan mempunyai sikap yang buruk terhadap pasien dengan HIV dan AIDS. Perilaku yang buruk terhadap pasien juga ditunjukkan dalam penelitian Lange (2003), bahwa ditemukan diskriminasi yang ditunjukkan oleh petugas-petugas kesehatan di Amerika, bahkan ada yang menolak memberikan perawatan sehingga akses pelayanan kesehatan bagi pasien dengan HIV dan AIDS tersebut menjadi buruk. Di Indonesia sendiri, setidaknya dari 13 ribu penderita HIV dan AIDS 30% diantaranya mengeluhkan mengalami diskriminasi yang dilakukan oleh rumah sakit dan paramedis (Yayasan Spiritia, 2005). Rumah sakit sebagai sarana kesehatan seharusnya memberikan pelayanan dengan mengutamakan penyembuhan serta pemulihan bagi siapapun, termasuk juga pasien HIV dan AIDS. Pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien HIV dan AIDS sangat perlu dilakukan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi. Infeksi pada HIV dan AIDS sendiri menyebabkan penderitanya berisiko mengalami penurunan berat badan (Piwoz dan Preble, 2000). Penurunan berat badan yang signifikan merupakan sinyal bahaya dari penyakit HIV dan AIDS karena penurunan berat badan menjadi salah satu indikasi status gizi yang memburuk.

3 Menurut Niedzwiecki dan Rath (2005), penyebab kematian tertinggi pada pasien AIDS adalah karena kekurangan gizi. Peran gizi sangat dibutuhkan untuk mencegah semakin buruknya kondisi pasien. Dalam penelitian Ahoua (2011), pemberian obat antiretroviral virus dan asupan gizi yang cukup dapat membantu meningkatkan pemulihan pasien. Selain itu, dalam manajemen pasien dengan HIV dan AIDS juga dibutuhkan suatu standar yang mengatur mengenai pelayanan gizi yang paripurna bagi pasien HIV dan AIDS (RCQH, 2003). Hal ini salah satunya bertujuan untuk memberikan pelayanan yang konsisten dan profesional (NASCOP, 2007). Sejauh ini, penelitian mengenai gizi untuk HIV dan AIDS terbilang jarang, bahkan belum ada. Penelitian HIV dan AIDS pada tenaga kesehatan sebatas dokter, perawat, radiografer (Andrewin dkk, 2008; Mulaudzi dkk 2011; Mo, 2006; dan Okaro,2010). Padahal tenaga gizi, terutama ahli gizi merupakan tenaga kesehatan di rumah sakit yang memiliki peran sentral dalam pelayanan gizi serta termasuk dalam salah satu tenaga kesehatan profesional yang ikut dalam tim terapi bagi HIV dan AIDS (USAID, 2011). Mengingat perannya yang cukup signifikan tersebut sehingga perlu dilibatkan dan dipersiapkan dengan baik (KPA, 2010). Pentingnya peranan gizi dalam manajemen pasien dengan HIV dan AIDS inilah yang mendorong untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga gizi di rumah sakit terhadap HIV dan AIDS. Penelitian ini bertujuan mencegah adanya stigma yang salah dan potensi tindakan diskriminatif sehingga pelayanan yang diberikan dapat maksimal.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga gizi (ahli gizi dan tenaga pramusaji) di rumah sakit terhadap HIV dan AIDS? 2. Bagaimana gambaran kebijakan rumah sakit atau Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai pelayanan HIV dan AIDS, gizi, serta gizi terkait HIV dan AIDS? C. Tujuan 1. Tujuan umum: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga gizi (ahli gizi dan tenaga pramusaji) di rumah sakit terhadap penyakit HIV dan AIDS. 2. Tujuan khusus: a. Mendeskripsikan kebijakan terkait pelayanan bagi pasien HIV dan AIDS, pelayanan gizi, serta pelayanan gizi bagi pasien dengan HIV dan AIDS. b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga gizi di rumah sakit terkait HIV dan AIDS. c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ahli gizi di rumah sakit terkait dengan gizi pada HIV dan AIDS. d. Mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga gizi (ahli gizi dan tenaga

5 e. pramusaji) di rumah sakit terkait HIV dan AIDS. f. Mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ahli gizi di rumah sakit terkait dengan gizi pada HIV dan AIDS. D. Manfaat 1. Bagi institusi pendidikan: a. Mengembangkan teori baru yang dapat memberikan gambaran pentingnya pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik agar pelayanan terhadap pasien HIV dan AIDS dapat maksimal. b. Memperkaya materi ajar di Program Studi Gizi Kesehatan FK UGM. 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan, terutama pelayanan gizi di rumah sakit: a. Menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi pelayanan terhadap pasien HIV dan AIDS agar dalam memberikan terapi dan pelayanan kesehatan dapat maksimal. b. Meminimalkan risiko diskriminasi sehingga dalam memberikan pelayanannya tetap berorientasi pada kepuasan dan kesembuhan pasien. 3. Bagi penelitian selanjutnya: Memberikan gambaran untuk pengembangan penelitian selanjutnya terkait pelayanan yang optimal bagi pasien HIV dan AIDS.

6 E. Keaslian Penelitian 1) Mulaudzi, dkk (2011) melakukan penelitian yang berjudul Nurse s Knowledge, Attitudes, and Coping Related to HIV and AIDS in a Rural Hospital in South Africa hasilnya perawat memiliki sedikit pengetahuan tentang HIV dan AIDS dan satu diantara empat perawat mempunyai sikap yang buruk. Penelitian Mulaudzi tersebut menggunakan metode cross-sectional. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian tersebut seperti lama bekerja dan umur menjadi acuan dari faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam penelitian ini. Adapun perbedaan dari penelitian ini adalah metode yang dilakukan yaitu cross-sectional yang didahului dengan studi eksploratif untuk melihat kebijakan rumah sakit terkait dengan pelayanan gizi. Selain itu subjek yang digunakan bukan perawat melainkan tenaga gizi. 2) Andrewin, dkk (2008) melakukan penelitian berjudul Stigmatization of Patients with HIV/AIDS among Doctors and Nurses in Belize. Penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya stigma yang buruk terhadap pasien HIV dan AIDS yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Disisi lain, umur juga merupakan faktor yang signifikan berpengaruh pada sikap terhadap pasien HIV dan AIDS sehingga penelitian ini dapat digunakan menjadi acuan dalam menentukan variabel bebas. Andrewin dalam penelitiannya lebih fokus terhadap stigma dan perilaku dokter dan perawat terhadap pasien dengan HIV dan AIDS sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga gizi terhadap penyakit HIV dan AIDS.

7 3) Okaro (2010) melakukan penelitian yang berjudul Knowledge and Attitude of Radiographers towards HIV/AIDS Patients Attending Radiology Clinics in Enugu State, Nigeria. Hasil yang didapat yaitu radiografer memiliki pengetahuan yang memuaskan dan perilaku yang baik terhadap pasien dengan HIV dan AIDS. Kuesioner penelitian Okaro digunakan sebagai referensi untuk memberikan gambaran dalam pembuatan kuesioner pengetahuan dan sikap. Adapun perbedaannya yaitu dalam penelitian ini mencakup pengetahuan, sikap, dan perilaku tidak hanya pengetahuan dan sikap. Perbedaan juga terdapat pada subjek penelitian. Pada penelitian ini subjeknya adalah tenaga gizi sedangkan penelitian Okaro yaitu radiografer. 4) Mo (2006) melakukan penelitian The Knowledge and Attitudes of Registered Nurses in Public Hospital Related to the Prevention of HIV and AIDS Transmission. Hasilnya, ada hubungan antara pengetahuan yang kurang dengan sikap yang buruk. Perawat yang lebih berpengalaman mengikuti pelatihan tentang HIV dan AIDS dan merawat pasien HIV dan AIDS memiliki pengetahuan dan sikap yang berbeda terkait HIV dan AIDS. Kuesioner penelitian Mo ini digunakan sebagai acuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap pada penelitian ini. Penelitian Mo menggunakan desain kuantitatif, eksploratif, deskriptif, dan kontekstual sedangkan penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode cross-sectional yang didahului dengan studi eksploratif untuk melihat kebijakan rumah sakit terkait dengan pelayanan gizi.