BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. para akuntan masih buruk. Pelanggaran-pelanggaran tersebut membuat timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi saat ini, komunikasi data keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

Pedoman Kerja Unit Internal Audit (Internal Audit Charter)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

INTERNAL AUDIT CHARTER

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. investor maupun kreditor untuk melakukan penanaman saham. meningkatnya kebutuhan investor atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan laporan keuangan kecurangan Report To The Nation : On

BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. memilih jurusan Ekonomi baik jurusan Manajemen maupun Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB I PENDAHULUAN. kunjungan wisata yang biasa disebut Indonesian Visit Salah satu efek

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan. memihak, perusahaan menggunakan jasa akuntan publik.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laba telah menjadi indikator umum bagi pihak manajemen dan pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus menjadikan perusahaannya menjadi lebih efektif dan efisien.

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

PIAGAM AUDIT (AUDIT CHARTER) DIVISI INTERNAL AUDIT PT BUANA FINANCE, TBK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

SEttEN IN00NESiA GRO IPIEDOMAN KERJA(CHARTER) KOMITE AUDI丁. PToSEMEN丁 ONASA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan global saat ini, banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak memiliki tata kelola yang baik sehingga tidak ada pemisahan tugas dan tanggung jawab masingmasing divisi secara jelas. Untuk mencegah hal tersebut, perusahaan perlu untuk menciptakan sistem pengendalian internal agar tercipta tata kelola yang baik dan sistematik. Sistem pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan serta untuk mencegah penggelapan atau penyimpangan. Pengendalian internal termasuk dalam bagian integral dari sistem informasi akuntansi. Pengendalian internal itu sendiri adalah suatu proses yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam perusahaan, yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang dipenuhinya tujuan pengendalian (Rama dan Jones, 2008:132). Dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik maka dapat menunjang efisiensi serta efektivitas operasional perusahaan dan memudahkan perusahaan untuk mencapai tujuan dan meminimalkan risiko. Dalam prosesnya, agar sistem pengendalian internal dapat berjalan dengan baik maka perusahaan membutuhkan kehadiran internal auditor sebagai pengawas dan penilai yang independen dalam 1

2 memantau setiap aktivitas operasional. Internal auditor dapat sangat membantu pihak manajemen dengan mengevaluasi sistem pengendalian dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian internal sehingga dapat dilakukan perbaikan (Sawyer, 2005:83). Internal auditor merupakan orang atau badan yang bertugas melaksanakan aktivitas pemeriksaan internal perusahaan dengan memanfaatkan metode dan teknik dasar penilaian. Internal auditor memiliki peranan dalam menilai, menelaah, mengukur, dan mengevaluasi efisiensi serta efektivitas kinerja perusahaan sehingga membantu perusahaan mencapai tujuannya. Hasil analisa, penilaian, serta rekomendasi atas aktivitas yang telah diperiksa oleh internal auditor digunakan untuk membantu manajemen perusahaan dalam melaksanakan tugasnya secara efektif. Internal auditor harus mempunyai pengalaman serta daya analitis kritis yang tinggi, sehingga jika terdapat penyimpangan dapat dideteksi dan dapat diungkapkan dalam temuan audit. Standar Profesi Audit Internal (1210.2) menyatakan bahwa internal audit harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan. Sejalan dengan hal tersebut, pernyataan standar internal audit (SIAS) No. 3 menyatakan bahwa internal audit diwajibkan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya ketidakwajaran penyajian, kesalahan, penyimpangan, kecurangan, inefficiency, konflik kepentingan dan ketidakefektifan pada suatu aktivitas perusahaan pada saat

3 pelaksanaan audit. Internal auditor juga diminta untuk menginformasikan kepada pejabat yang berwenang dalam hal diduga telah terjadi penyimpangan, dan menindaklanjutinya untuk meyakinkan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada. Kita sering kali banyak mendengar bahwa manajemen perusahaan melakukan kecurangan dan pelanggaran yang pada akhirnya memberikan dampak negatif bagi diri sendiri, perusahaan dan pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebanyakan dari mereka melakukan kecurangan tersebut karena terdesak kepentingan pribadi. Kecurangan yang terjadi di lingkungan korporasi dipengaruhi tiga unsur faktor pendorong, yaitu: motivasi, kesempatan, dan rasionalisasi atau pembenaran. Dari ketiga unsur tersebut yang dapat dikendalikan oleh perusahaan hanya satu faktor, yaitu faktor kesempatan. Kecurangan dan pelanggaran ini dapat terjadi karena ketidakefektifan sistem pengendalian internal. Ada yang melakukan pencurian persediaan, manipulasi data, lapping, pembelian fiktif dan lain sebagainya. Maka dari itu, internal auditor diharapkan untuk dapat mencegah agar hal-hal tersebut tidak terjadi dengan memberikan pengawasan terhadap sistem pengendalian internal perusahaan. Internal auditor dibutuhkan untuk mendeteksi segala tindak kecurangan maupun pelanggaran yang terjadi di dalam perusahaan serta melapor dan mengungkapkannya. Di sini konflik audit muncul ketika internal auditor sebagai pekerja di dalam organisasi yang

4 diauditnya harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan perusahaan dalam penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya. Situasi ini menimbulkan dilema yang menyebabkan dan memungkinkan internal auditor tidak dapat independen. Internal auditor diminta untuk tetap independen, tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka tergantung kepada perusahaan karena gaji yang diterimanya, sehingga seringkali internal auditor berada dalam situasi dilematis. Konflik audit ini akan berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika internal auditor diharuskan membuat keputusan yang bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya. Untuk itulah internal auditor diharapkan dapat berpegang teguh pada komitmen profesionalnya dan bertanggung jawab kepada profesinya sehingga dapat mengambil suatu keputusan yang tepat. Dengan banyaknya kasus yang mencuat mengenai kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan manajemen perusahaan membuat banyak dari kita berpikiran mengapa hal tersebut dapat terjadi sedangkan perusahaan-perusahaan besar dan terkemuka tersebut memiliki internal auditor. Tugas dan tanggung jawab internal auditor ialah untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan. Maka dari itu, internal auditor diharapkan dapat mendeteksi segala perbuatan yang tidak etis dan melanggar hukum tersebut agar akuntabilitas perusahaan dapat dipercaya. Biasanya internal auditor tidak dapat menemukan kecurangan-kecurangan tersebut karena

5 manajemen telah berupaya agar kecurangan tersebut tidak dapat ditemukan. Manajemen juga dapat memanipulasi tugas dan fungsi internal auditor atau bekerja sama dengan internal auditor untuk menutupi kecurangan yang dilakukan. Internal auditor adalah pihak yang independen, obyektif, dan profesional maka dari itu ia tidak boleh ikut melakukan penyimpangan. Jika seorang internal auditor melakukan penyimpangan maka hal tersebut telah melanggar kode etik profesinya sebagai seseorang yang profesional. Tindakan kecurangan dan manipulasi akuntansi akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan seberapa material dampak yang diakibatkannya. Dalam Reasoned Action Theory dikatakan bahwa seseorang pasti memiliki suatu alasan yang mendasari mereka dalam melakukan suatu tindakan. Jogiyanto (2007) menyebutkan bahwa Reasoned Action Theory dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pribadi/individu dan pengaruh sosial. Faktor pribadi/individu ialah sikap dan pengaruh sosial ialah norma subyektif. Maka dari itu, tindakan atau pengambilan keputusan seseorang lebih dipengaruhi oleh karakter moral individu dan lingkungannya, misalnya sistem reward dan punishment perusahaan, iklim kerja organisasi dan sosialisasi kode etik profesi oleh organisasi dimana individu tersebut bekerja. Profesionalisme internal auditor sangat dibutuhkan agar tidak ikut terlibat dalam manipulasi akuntansi yang dilakukan manajemen. Dengan adanya komitmen profesional dapat menurunkan dilema etika jika dihadapkan pada suatu kondisi yang kompleks. Seorang internal

6 auditor harusnya menaati peraturan etika profesi dalam menjalankan tugasnya sebagai penilai independen. Maka dari itu, internal auditor dengan sikap profesionalismenya diharapkan dapat mendeteksi dan mengungkap segala bentuk kecurangan/pelanggaran yang terjadi. Pada kenyataannya, masih banyak internal auditor yang tidak berani mengungkap serta melaporkan tindak kecurangan yang dideteksinya karena mengalami ancaman. Padahal, jika ia tidak mengungkapkannya dan hanya berdiam diri saja hal tersebut bertentangan dengan profesionalisme internal auditor. Kasus Enron merupakan salah satu kasus terbesar yang diingat dunia dan berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan outsourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan. Mantan Chief Audit Executif Enron (kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang ditunjuk sebagai akuntan publik perusahaan. Kasus Enron dapat terkuak berkat keberanian dari Sherron Watskin salah satu eksekutif (wakil direktur Enron) yang mengetahui kecurangan tersebut dan melaporkannya kepada Direktur Kenneth Lay (www.academia.edu). Tindakan mengungkap pelanggaran atau perbuatan tidak etis dan melawan hukum yang dilakukan oleh Sherron Watskin disebut whistleblowing, sedangkan orang yang melakukan whistleblowing disebut whistleblower. Agar mencegah hal itu terjadi lagi, maka pada tahun 2002 pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor. Sedangkan pada tahun 2008, di Indonesia

7 diterbitkan Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran yang dibuat oleh KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). Internal auditor merupakan orang dalam perusahaan yang memiliki intensitas tinggi untuk melakukan whistleblowing jika mendeteksi adanya kecurangan. Seorang whistleblower tidak boleh melapor tanpa adanya bukti yang jelas atas kecurangan yang terjadi karena bertentangan dengan perilaku etis. Pada prinsipnya, seorang whistleblower merupakan prosocial behavior yang menekankan untuk membantu pihak lain dalam menyehatkan sebuah organisasi atau perusahaan (Sagara, 2013). Whistleblowing merupakan sebuah proses yang kompleks yang melibatkan faktor pribadi dan organisasi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang lebih tua dan lebih berpengalaman memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan whistleblowing. Hal tersebut dikarenakan semakin berpengalaman seseorang maka semakin berkomitmenlah mereka kepada organisasi tempat mereka bekerja (Brabeck, 1984; Near dan Miceli, 1984; Sims dan Keenan, 1998; dalam Merdikawati, 2012). Mengungkap dan melaporkan suatu pelanggaran ataupun kecurangan bukanlah hal yang mudah bagi whistleblower. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ethics Resource Center (Elias, 2008; dalam Merdikawati, 2012) sejumlah 44% karyawan non manajemen tidak melaporkan pelanggaran yang diketahuinya karena takut akan pembalasan yang akan diterima. Pembalasan yang lebih kejam bahkan diterima oleh karyawan yang melaporkan kasus pelanggaran yang lebih serius (Miceli dan Near, 1992 dikutip oleh

8 Elias, 2008 dalam Merdikawati, 2012). Terkait dengan hal tersebut, Glazer dan Glazer (dikutip Elias, 2008; dalam Merdikawati 2012) menemukan bahwa 89% whistleblower akan kesulitan menemukan pekerjaan di sektor publik. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh profesionalisme internal auditor terhadap intensi untuk melakukan whistleblowing. Peneliti ingin mengetahui apakah variabel independen profesionalisme berpengaruh positif dengan variabel dependen whistleblowing. Peneliti menggunakan variabel independen profesionalisme karena peneliti ingin menguji apakah internal auditor dapat bertindak sesuai dengan kode etik apabila ia menemukan terdapat kecurangan/pelanggaran. Dengan begitu, kita dapat melihat apakah internal auditor dapat mengungkapkan dan melaporkan setiap kecurangan/pelanggaran yang dideteksinya. Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Monroe (2004, dalam Sagara, 2013) yang mengemukakan bahwa pelaku whistleblowing lebih banyak dari internal organisasi/perusahaan. Maka dari itu, peneliti memilih internal auditor sebagai objek penelitian ini karena internal auditor merupakan bagian organisasi yang berada di dalam perusahaan yang memiliki tingkat fleksibilitas tinggi dalam mendeteksi adanya kecurangan/pelanggaran. Selain itu, karena seorang auditor selalu dituntut untuk bersikap independen dan profesional, maka ia memiliki intensitas yang besar untuk berhadapan langsung dengan dilema etika saat ia melakukan pemeriksaan. Terlebih lagi, jika ia menemukan adanya kecurangan

9 atau pelanggaran maka disitulah profesionalitasnya di uji apakah ia akan mengungkap dan melaporkan pelanggaran tersebut atau tidak. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dapat dirumuskan ialah sebagai berikut: 1. Apakah profesionalisme internal auditor berpengaruh terhadap intensi untuk melakukan whistleblowing? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme internal auditor terhadap intensi untuk melakukan whistleblowing. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi internal auditor dan manajemen perusahaan Peneliti sangat berharap dengan dilakukannya penelitian ini maka Internal auditor dan manajemen perusahaan dapat meningkatkan profesionalisme serta integritasnya dalam mengungkapkan setiap pelanggaran maupun kecurangan yang mereka ketahui, baik pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang dikenal maupun tidak dikenal sehingga tidak terlibat dalam perilaku tidak etis yang melanggar aturan dan dapat merugikan banyak pihak.

10 2. Bagi mahasiswa Dengan penelitian ini, peneliti sangat berharap bahwa sejak dini mahasiswa diajarkan untuk selalu bersikap profesional sehingga kesadaran mahasiswa akan pentingnya melaporkan tindak kecurangan yang mereka ketahui semakin meningkat. Dengan begitu, kredibilitas mereka dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya setelah masuk ke dalam dunia kerja nantinya semakin baik karena menyadari pentingnya untuk bersikap profesional dalam setiap tindakan yang akan diambil dan mengungkap serta melaporkan pelanggaran yang terjadi baik yang dilakukan oleh orang yang kita kenal seperti rekan kerja atau atasan, maupun yang tidak kita kenal. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk memahami secara jelas mengenai isi penelitian ini, maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir skripsi. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang penelitian terdahulu yang terkait dengan topik, landasan teori yang berisi konsep teoritis yang relevan dengan perumusan masalah, pengembangan hipotesis dan model analisis.

11 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, dan pengukuran variabel, jenis data dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, serta teknik analisis data. BAB IV: HASIL DAN ANALISIS DATA Berisi tentang karakteristik obyek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. BAB V: SIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang simpulan, keterbatasan, dan saran.