BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. Mulai

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

BAB IV PEMBAHASAN. diolah dan dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisa data

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Finishing Bumper

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Konsep rancangan. Perancangan pembuatan bumper. Pencetakan produk dan moulding bumper kijang innova (V-2005)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Identifikasi Masalah, Kajian Pustaka.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Gambar 4.1 Grafik dari hasil pengujian tarik.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PENGUJIAN BAB 3 PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODOLOGI RANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dibudidayakan. Pada hakekatnya, tanaman pisang diklasifikasikan dalam berbagai

BAB IV KENDALA YANG DIALAMI SELAMA PROSES PERANCANGAN PANEL DINDING RINGAN BERBAHAN BOTOL PLASTIK

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174

Oleh. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Preparasi Conto Mineragrafi

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

MODIFIKASI DAN PEMBUATAN TUTUP VELG OPEL BLAZER DOHC LT

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Teknologi Pembuatan Perahu Cadik Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) Metode pembuatan perahu dan tahapan kerja

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK KOMPOSIT HYBRID LAMINA SERAT ANYAM RAMI DAN GELAS DIPERKUAT POLYESTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN FIBERGLASS UNTUK PEMBUATAN BODY PLASTIK KENDARAAN Ahmad Haryono,ST Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Pratama Mulia

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1. Serat kenaf.

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN KEREKAYASAAN ALAT PENGUKUR KARAPAS RAJUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. logam, salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

PEMBUATAN BODI SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Gambar 3.2 Resin Polyester

Gambar 2.6 Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN. atau laksanakan di Bengkel dan Laboratorium produksi Universitas Medan Area.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengujian serat tunggal ASTM D

RSNI3 Rancangan Standar Nasional Indonesia

MODUL PRAKTIKUM. Rekayasa Model II (DPK 211) Topik. Rekayasa Model I. Penyusun: Oskar Judianto. SSn., MM., MDs.

14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes)

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas bahan dengan cara memberikan beban tarik secara berlahan sampai material komposit mengalami putus. Adapun keuletan material, daerah elastisitas dan plastis serta titik putus akan terlihat dari grafik yang ada. 1.1.1 Nilai tegangan (σ) spesimem 1. Spesimen tampa perlakuan (Non Treatment) Hasil pengujian tarik dari spesimen serat pohon pisang kepok tampa perlakuan pada spesimen A diperoleh nilai 34,398 Mpa, spesimen B memiliki nilai 30,87 Mpa, spesimen C memiliki nilai 34,006 Mpa, spesimen D memiliki nilai 36,35 Mpa, spesimen E memiliki nilai 33,81 Mpa, sehingga rata-rata nilai kelima spesimen tersebut adalah 34,00 Mpa. 2. Spesimen dengan perlakuan alkalisasi 2,5% (treatment) Hasil pengujian tarik dari spesimen serat pohon pisang kepok yang telah dialkalisasi 2,5% Selama 2 jam pada spesimen A diperoleh nilai 48,608 Mpa, spesimen B memiliki nilai 47,04 Mpa, spesimen C memiliki nilai 44,492 Mpa, spesimen D memiliki nilai 36

σ (tegangan) MPa 42,826 Mpa, spesimen E mengalami kegagalan saat pengujian, sehingga rata-rata nilai keempat spesimen tersebut adalah 45,74 Mpa. Tabel 4.1 Nilai kekuatan uji tarik komposit Spesimen Treatment (Mpa) Non Treatment (Mpa) A 48,608 34,398 B 47,04 30,87 C 44,492 34,006 D 42,826 36,35 E - 33,81 Rata-rata 45,74 34,00 60 50 40 30 20 10 0 spesimen A spesimen B spesimen C spesimen D rata-rata treament Non treatment Gambar 4.1 Grafik kekuatan uji tarik 37

1.1.2 Nilai modulus elastisitas (E) spesimen 1. Spesimen tampa perlakuan (Untreatmen) Hasil pengujian tarik dari spesimen serat pohon pisang kepok tampa perlakuan pada spesimen A diperoleh nilai 9,55 GPa, spesimen B memiliki nilai 7,35 GPa, spesimen C memiliki nilai 8,09 GPa, spesimen D memiliki nilai 10,09 GPa, spesimen E memiliki nilai 9,39 GPa, sehingga rata-rata nilai kelima spesimen tersebut adalah 8,89 GPa. 2. Spesimen dengan perlakuan alkalisasi 2,5% (treatment) Hasil pengujian tarik dari spesimen serat pohon pisang kepok yang telah dialkalisasi 2,5% Selama 2 jam pada spesimen A diperoleh nilai 10,12 GPa, spesimen B memiliki nilai 9,8 GPa, spesimen C memiliki nilai 9,26 GPa, spesimen D memiliki nilai 11,89 GPa, spesimen E mengalami kegagalan saat pengujian sehingga rata-rata nilai keempat spesimen tersebut adalah 10,3 GPa. Tabel 4.2 Modulus elastisitas komposit Spesimen Treatment (GPa) Unreatment (GPa) A 10,12 9,55 B 9,8 7,35 C 9,26 8,09 38

E (Modulus Elastisitas) GPa D 11,89 10,09 E - 9,39 Rata-rata 10,3 8,90 14 12 10 8 6 4 2 0 spesimen A spesimen B spesimen C spesimen D rata-rata treatment Non treatment Gambar 4.2 Grafik Modulus elastisitas 1.1.3 Perbandingan nilai tegangan (Mpa) Tabel 4.3 Perbandingan nilai Tegangan Jenis Tensile Strength (Mpa) Komposit Non treatment 34,00 Komposit Treatment 45,74 Platik ABS 45,00 39

σ (tegangan) MPa 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 34 45,74 45 untreatment treatment Plastik ABS rata-rata Gambar 4.3 Grafik perbandingan 1.2 Proses pembuatan spakbor 1.2.1 Pemilihan desain spakbor Desain spakbor yang dipilih adalah desain spakbor Yamaha Vixion. Gambar 4.4 Desain spakbor 1.2.2 Proses alkalisasi Sebelum pembuatan produk perlu dilakukan proses alkalisasi terhadap serat pohon pisang yang bertujuan untuk memperkuat serat dan 40

menghilangkan liqnin yang terdapat pada serat. Setelah proses alkali selesai jemur serat hingga kering atau di oven supaya tidak ada lagi kandungan air didalam serat. 1.2.3 Persiapan cetakan (Moulding) spakbor Persipan cetakan sebelum memulai pembuatan spakbor komposit adalah sebagai berikut : Gambar 4.5 Cetakan spakbor 1. Pembersihan moulding pembersihan cetakan dilakuka dengan cara mencuci dengan air sabun agar debu dan kotoran-kotoran yang menempel pada cetakan hilang, setelah dicuci jemur cetakan hingga kering kemudian lap dengan air bersih supaya tidak ada debu yang menempel pada saat penjemuran. 2. Pelapisan moulding dengan mirror glaze Setelah moulding kering dan bersih diolesi dengan lapisan mirror glaze di bagian dalam cetakan, supaya dalam proses pembuatan produk spakbor mudah dilepas dan idak menempel 41

pada moulding. Gambar 4.6 Molding yang dilapisi Setelah pemberian lapisan selesai selanjutnya moulding dijemur agar mirror glaze kering dan tidak mudah luntur, setelah kering diamkan sejenak moulding agar dingin setelah itu moulding siap digunakan. 1.2.4 pembuatan spakbor komposit Proses pembuatan spakbor komposit dengan metode hand lay-up adalah sebagai berikut : 1. Pelapisan resin Pembuatan lapisan dibuat dengan campuran resin dengan katalis dengan pemberian katlis yaitu 20 tetes, 200 gram : 2 gram (ml) aduk perlahan agar tidak menimbulkan void (buih) pada campuran. 42

Gambar 4.7 Campuran resin dengan katalis Setelah tercampur Lalu Oleskan resin ke moulding dengan kuas sampai rata jangan terlalu tebal dan diamkan sebentar. Agar kental dan lengket. Gambar 4.8 Pelapisan resin pada moulding 2. Pemberian serat siapkan serat pohon batang pisang secukupnya lalu tempelkan serat kemoulding dengan arah vertikal sampai rata. 43

Gambar 4.9 peletakan serat kemoulding Tuang 200 gram campuran resin kecetakan dengan diratakan dengan kuas, dan diamkan 10 menit, setelah campuran berbentuk gel segera tutup cetakan dengan spakbor asli. Penutupan sendiri berfungsi untuk mencegah resin turun. Gambar 4.10 penutupan muolding Setelah tertutup rapat diamkan hingga 2 jam agar resin kering sempurna.setelah kering lepas penutup cetakan secara perlahan agar produk tidak rusak ataupun pecah. 44

Gamabar 4.11 Setelah pelepasan cetakan Setelah kering sempurna potong pinggiran spakbor dengan gerinda dan amplas supaya rata. Gambar 4.12 Pemotongan dengan gerinda 4.2.5 Proses finishing spakbor komposit Proses finishing setelah peroses pembuatan spakbok kompoosit adalah sebagai berikut. 1. Proses pendempulan 45

Proses pendempulan dilakukan agar menutup permukan yang tidak rata dan pori-pori yang tidak terlihat. Gambar 4.13 Proses pendempulan Setelah pedempulan selesai, jemur spakbor hingga dempul kering, setelah dempul kering amplas dempul menggunakan amplas nomor 80 setelah selesai selanjutnya menggunakan ampas nomor 240 dan 500 setelah itu bersihkan dengan air dan jemur hingga kering, jika masih terlihat pori-pori atau lubang dempul lagi pori-pori yang masih terlihat dan keringkan dempul setelah kering amplas lagi sampai rata dan halus. 2. Proses epoxy (cat dasar) Foksi (cat dasar) proses ini dilakukan untuk merekatkan cat sehingga cat tidak mudah mengelupas dan lebih tahan lama dan menetup pori-pori atau permukaan yang tidak rata, ketika sudah slesai mengaplikasikan dempul pada permukaan yang 46

tidak rata, penggunaan cat dasar sangat penting untuk menutup lapisan yang masih belum rata. Gambar 4,14 Proses epoxy (cat dasar) Setelah poxy rata jemur hingga kering, selanjutnya dempul pori-pori yang masih terlihat dan amplas mengunakan amplas nomor 240 dan 500, selanjutya ulangi proses poxy untuk tahap akhir amplas spakbor dengan amplas nomor 1000 agar permukaan lebih halus dan rata. Gambar 4.15 Pengamplasan spakbor 47

3. Proses pewarnaan Setelah pewarnaan cat dasar selesai, tahap selanjutnya adalah tahap pemberian warna, warna yang diberikan adalah warna hitam gloss. Pewarnaan diberikan secara perlahan hingga merata setelah rata biarkan hingga mengering. Gambar 4.16 Pewarnaan spakbor 4. Pemberian cat clear (trasparant/vernis) Pemberian cat clear ditujukan agar warna tidak mudah pudar dan memberikan efek mengkilap (glossy). Setelah proses cat clear slesai langkah selanjutnya adalah membiarka cat hingga kering sempurna. Setelah kering lakukan pemolesan dengan kompon pada permukan cat agar cat lebih halus dan lebih mengkilap. Setelah semua proses selesai dilakukan spakbor siap digunakan. 48

Gambar 4.17 Hasil akhir proses pengecatan 49