BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG

LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGERA. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Pe

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL


BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2 Instansi Pemerintah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional t

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN DI LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

BUPATI B E R A U, PROVINSI KALIMANTAN

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/265/2015 TENTANG

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

7/KMK. 09/2011 PENYAMPAIAN DAN PENGELOLAAN LAPORAN PAJAK-PAJAK PRIBADI (LP2P) PEJABAT/PEGAWAI DI LI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 7/KMK. 09/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PENGARUH AUDITOR INTERNAL TERHADAP GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA)

LAPORAN AKHIR. Jakarta 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good

2018, No Korupsi (KPK) dalam hal kepatuhan pelaporan laporan harta kekayaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON PERATURAN BUPATI CIREBON

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BAB I PENDAHULUAN. runtuhnya rezim orde baru yang sentralistik dan otoriter. Rakyat bertransformasi

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance), Indonesia akhirnya melakukan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin maraknya tindakan korupsi di lingkungan pemerintahan, pemerintah dituntut untuk melakukan reformasi birokrasi dan menerapkan prinsip good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang digunakan oleh pemerintah demi tercapainya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Pengertian good governance menurut Mardiasmo (1999:18) adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab (2002:34) menyebut good governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat (Effendi,1996:47). Hal terpenting dalam pemahaman good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang ada di dalamnya. Didasarkan dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik dan buruknya pemerintahan bisa dinilai bila pemerintahan tersebut telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Unsur prinsip-prinsip good

governance menurut United Nations Development Program (UNDP) melaui Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang dikutip Tangkilisan (2005:115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis dan kontruktif di antara Negara, sektor swasta dan masyarakat disusun sembilan pokok karakteristik good governance yaitu: a) partisipasi (participation), b) penerapan hukum (fairness), c) transparansi (transparency), d) responsivitas (responsiveness), e) orientasi (consensus orientation), f) keadilan (equity), g) efetivitas (effectivness), h) akuntabilitas (accountability), dan i) strategi visi (strategic vision). Prinsip-prinsip di atas adalah merupakan suatu karakterisitik yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar mencapai hasil yang dikehendaki shareholders. Diambil dari laman Kementerian Keuangan (www.kemenkeu.go.id), reformasi birokrasi pada Kementerian Keuangan sendiri dimulai pada tahun 2007. Reformasi birokrasi tersebut dimulai melalui tiga pilar utama, yaitu : a) Pilar Organisasi, antara lain melalui penajaman tugas dan fungsi, pengelompokan tugas-tugas yang koheren, eliminasi tugas yang tumpang tindih, dan modernisasi kantor baik di bidang perpajakan, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan, kekayaan negara, dan fungsi-fungsi keuangan negara lainnya. b) Pilar Proses bisnis, antara lain melalui penetapan dan penyempurnaan Standar Operasi Prosedur yang memberikan kejelasan dan memuat janji layanan, dilakukannya analisa dan evaluasi jabatan, penerapan sistem

peringkat jabatan, dan pengelolaan kinerja berbasis balance scorecard serta pembangunan berbagai sistem aplikasi e-goverment; c) Pilar SDM, antara lain melalui peningkatan disiplin, pembangunan assessment center, pendidikan pelatihan berbasis kompetensi, pelaksanaan merit system, penataan sumber daya manusia, pembangunan Sistem Informasi Manajemen Pegawai (SIMPEG), dan penerapan reward and punishment secara konsisten. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan reformasi yang sudah berjalan selama 10 tahun ini, penerapan good governance di Kementerian Keuangan belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama good governance. Tindakan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan masih dapat ditemukan sampai saat ini. Sebagai bentuk peningkatan pengawasan dan pencegahan tindakan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan, mulai tahun 2011 Menteri Keuangan memerintahkan kepada Inspektorat Jenderal selaku unit pengawasan internal di Kementerian Keuangan untuk melakukan penatausahaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) dan Daftar Harta Kekayaan (DHK) bagi pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan. Seluruh pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan diwajibkan untuk melakukan pelaporan LP2P setiap tahunnya. Kegiatan tersebut merupakan salah satu penerapan prinsip good governance yaitu transparansi. Diharapkan dengan adanya tranparansi penghasilan dan daftar harta kekayaan pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan akan dapat mencegah terjadinya tindakan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan.

Sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 33 tahun 1986 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Pajak Pribadi bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Bersenjata RI dan Pegawai Badan Usaha Milik Negara dan Daerah, seluruh pegawai Kementerian Keuangan yang merupakan Pegawai Negeri Sipil wajib melaporkan pajak pribadinya. Aturan tersebut diperkuat oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor 366/KMK.09/2012 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan nomor 07/KMK.09/2011 tentang Penyampaian dan Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) Pejabat atau Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan yang mewajibkan seluruh pegawai Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat struktural, pejabat fungsional, pegawai golongan IIIA ke atas dan pegawai lainnya yang tugasnya berhubungan langsung dengan pelayanan publik untuk melaporkan pajak-pajak pribadi termasuk daftar harta kekayaannya secara benar dan lengkap ke Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan selain melakukan penatausahaan terhadap Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) juga melakukan kegiatan verifikasi, konfirmasi, dan eksaminasi terhadap data LP2P tersebut. Verifikasi dan konfirmasi data LP2P dilakukan oleh Bagian Kepatuhan dan Verifikasi Kekayaan Pegawai (KVKP) yang berada dibawah Sekretariat Inspektorat Jenderal. Kegiatan verifikasi dan konfirmasi dilakukan dengan cara membandingkan data LP2P dengan data Surat Pemberitahuan (SPT), Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) atau Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN). Alasan dibandingkannya laporan LP2P dengan data SPT, LHKPN, maupun LHKASN adalah karena isi dan fungsi dari

masing-masing laporan tersebut, adapun fungsi SPT sesuai dengan Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terhutang dan laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanan sendiri dalam satu Tahun Pajak, sedangkan fungsi LHKPN adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh harta kekayaan yang dimiliki pejabat negara kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan fungsi LHKASN adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh harta kekayaan dan penghasilan yang dimiliki aparatur sipil negara kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Eksaminasi data LP2P dilakukan oleh Inspektorat Bidang Investigasi untuk memastikan kebenaran, kelengkapan, dan kewajaran data LP2P dan DHK yang dilaporkan oleh pegawai Kementerian Keuangan. Eksaminasi yang dilakukan oleh Inspektorat Bidang Investigasi merupakan salah satu cara preventif yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan terhadap Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kredibilitas data LP2P dan DHK sangat penting peranannya sebagai informasi utama jika terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu Pejabat atau Pegawai Kementerian Keuangan. Akan tetapi masih ada wajib LP2P yang belum sadar bahwa dirinya termasuk salah satu dari wajib LP2P sehingga menyebabkan keterlambatan pelaporan LP2P dan ada juga yang melakukan pengisian data LP2P secara tidak lengkap yang menyebabkan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan kesulitan dalam melakukan verifikasi, kofirmasi, dan eksaminasi terhadap data tersebut. Beberapa wajib LP2P tersebut kurang

mengetahui bahwa data LP2P yang mereka laporkan akan dilakukan verifikasi, konfirmasi, dan eksaminasi oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan untuk memastikan kewajaran harta yang dimiliki oleh wajib LP2P dan tidak adanya tindakan korupsi yang dilakukan wajib LP2P. Wajib LP2P tersebut merasa hanya perlu melaporkan data LP2P tanpa memperhatikan kredibilitas data yang mereka laporkan. Tidak ditemukan penelitian sebelumnya terkait wajib LP2P, maka dari itu peneliti menggunakan referensi penelitian sejenis yaitu penelitian terkait wajib Pajak. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kundalini tahun 2015 diketahui kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Adiasa tahun 2013 diketahui pemahaman peraturan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan latar belakang permasalahan sesuai gambaran tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh kesadaran dan pemahaman wajib LP2P terhadap kepatuhan wajib LP2P. Untuk tujuan itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KESADARAN DAN PEMAHAMAN WAJIB LAPORAN PAJAK-PAJAK PRIBADI (LP2P) ATAS KEGIATAN VERIFIKASI, KONFIRMASI, DAN EKSAMINASI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB LP2P DI KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2016.

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kesadaran wajib LP2P atas pelaporan LP2P masih kurang, terbukti pada pelaporan LP2P tahun 2016 sebanyak 1.569 wajib LP2P terlambat menyampaikan laporan LP2P dan 1.550 wajib LP2P tidak mengirimkan laporan LP2P. 2. Kurangnya pemahaman wajib LP2P atas tujuan pelaporan LP2P. 3. Kurangnya pemahaman wajib LP2P atas penggunaan data LP2P oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. 1.3. Rumusan Masalah Dari masalah yang sudah diidentifikasi, dibuat sebuah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Kesadaran Wajib LP2P terhadap Kepatuhan Wajib LP2P tahun 2016? 2. Bagaimana pengaruh Pemahaman Wajib LP2P atas Kegiatan Verifikasi, Konfirmasi, dan Eksaminasi terhadap Kepatuhan Wajib LP2P tahun 2016? 3. Bagaimana pengaruh Kesadaran Wajib LP2P dan Pemahaman Wajib LP2P atas Kegiatan Verifikasi, Konfirmasi, dan Eksaminasi terhadap Kepatuhan Wajib LP2P tahun 2016? 1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris:

1. Pengaruh Kesadaran Wajib LP2P terhadap Kepatuhan Wajib LP2P tahun 2016. 2. Pengaruh Pemahaman Wajib LP2P atas Kegiatan Verifikasi, Konfirmasi, dan Eksaminasi terhadap Kepatuhan Wajib LP2P tahun 2016. 3. Pengaruh Kesadaran Wajib LP2P dan Pemahaman Wajib LP2P atas Kegiatan Verifikasi, Konfirmasi, dan Eksaminasi secara bersama-sama terhadap Kepatuhan Wajib LP2P tahun 2016. 1.5. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menghasil manfaat baik secara : 1. Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan terkait pelaporan pajak-pajak pribadi dan daftar harta kekayaan terutama masalah kesadaran wajib LP2P dan pemahaman atas kegiatan verifikasi, konfirmasi, dan eksaminasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. 2. Praktis 1) Bagi Instansi Kementerian Keuangan Penelitian ini diharapakan dapat memberi masukan kepada instansi yang terkait, yaitu Kementerian Keuangan terutama Inspektorat Jenderal dalam upaya menyadarkan para pegawai yang termasuk wajib LP2P untuk melaksanakan kewajiban pelaporannya dan juga memberikan pemahaman kepada para wajib LP2P atas kegiatan verifikasi, konfirmasi, dan eksaminasi agar data yang dilaporkan benar dan lengkap.

2) Bagi Peneliti Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan memperoleh gambaran langsung mengenai kesadaran wajib LP2P dalam memenuhi kewajiban pelaporannya serta memahami kegiatan verifikasi, konfirmasi, dan eksaminasi yang dilakukan Inspektorat Jenderal, sehingga peneliti dapat turut serta membantu pengelolaan data LP2P untuk masa yang akan datang.