Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1
Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang kembali. Menteri Luar Negeri Retno L. Marsudi menyebutnya sebagai cycle of violence 2
Peta Myanmar dan Rakhine 3
4
5
Meletusnya Kekejaman Baru Awal terjadinya tragedi kemanusian kali ini disebabkan oleh serangan yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus oleh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) atas sejumlah pos polisi o Serangan ini telah menewaskan sekitar 12 orang aparat keamanan. Otoritas keamanan Myanmar pun melakukan serangan balik. Serangan tidak hanya ditujukan kepada anggota ARSA yang melakukan penyerangan, tetapi juga terhadap etnis Rohingnya secara umum 6
Para prajurit di lapangan melakukan tindakan yang eksesif tanpa upaya dari pemerintah untuk menghentikan. Etnis Rohingya dikumpulkan, tidak terkecuali perempuan dan anak-anak. Mereka pun mendapat perlakuan tidak semestinya o Sebagian ada yang meninggal dan banyak yang mengalami luka-luka. Serangan balik oleh aparat keamanan jelas tidak proporsional. Akibatnya etnis Rohingya pun ketakukan dan melakukan eksodus besar-besaran dari tempat mereka bermukim Dalam catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jumlanya mencapai lebih dari 120 ribu orang o Mereka terdiri dari anak-anak, wanita dan pria. 7
Keprihatinan Dunia Para pejabat dari sejumlah negara, termasuk Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guetteres dan tokoh dunia, seperti Malala Yousafzai dan Desmon Tutu, memprihatinkan hal ini. Bahkan diantara mereka ada yang memperingatkan tindakan oleh otoritas keamanan dapat dikatagorikan sebagai ethnic cleansing. Ethnic cleansing merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) yang merupakan salah satu kejahatan internasional. 8
Ikhtiar Presiden Jokowi dalam pernyataan pada tanggal 3 September telah menyampaikan bahwa Indonesia akan melakukan tindakan kongkrit untuk menghentikan krisis kemanusiaan atas etnis Rohingya di Myanmar Presiden mengutus Menlu Retno untuk bertemu dengan pemimpin di Myanmar. Pada tanggal 4 September Menlu diterima oleh State Counsellor Daw Aung San Suu Kyi dan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal U Min Aung Hlaing Di hari berikutnya Menlu juga berkunjung ke Bangladesh 9
Tujuan utama dari kunjungan Menlu Retno ke Myanmar adalah dalam rangka untuk meringankan penderitaan etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Untuk itu beliau mengusulkan Formula 4+1 Empat elemen ini terdiri dari: (i) mengembalikan stabilitas dan keamanan; (ii) menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan; (iii) perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State, tanpa memandang suku dan agama; dan (iv) pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan kemanusiaan Sedangkan satu elemen lainnya adalah pentingnya agar rekomendasi Laporan Komisi Penasehat untuk Rakhine State yang dipimpin oleh Kofi Annan dapat segera diimplementasikan 10
Sementara kunjugan ke Bangladesh juga untuk hal yang sama dengan cara membantu pemerintah Bangladesh untuk bersedia manampung secara sementara ribuan orang etnis Rohingya yang melakukan eksodus 11
Akar masalah terhadap atas etnis Rohingya meski kompleks dan multi dimensi adalah tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai salah satu etnis di Myanmar. Konsekuensinya mereka tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) dan karenanya tidak mendapat perhatian atas hak-hak asasinya. Bahkan ada kecenderungan pemerintah Myanmar melakukan ethnic cleansing terhadap etnis Rohingya Tindakan yang mengarah pada ethnic cleansing atas etnis Rohingya dilakukan dengan mengambil momentum adanya konflik dengan etnis lain di Myanmar, atau terjadinya tindak pidana perkosaan oleh orang yang berasal etnis Rohingya terhadap orang yang berasal dari etnis lain. Bahkan tindakan ethnic cleansing terjadi seperti kejadian baru-baru ini dimana ARSA melakukan serangan terhadap otoritas keamanan di Myanmar 12
Tindakan mengecam dan meminta untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan oleh otortitas keamanan tentu tidak memadai Bahkan memberi bantuan kemanusian merupakan tindakan untuk meringankan penderitaan etnis Rohingya yang melakukan eksodus 13
Kejahatan Internasional Peristiwa di Negara Bagiah Rakhine disebut sebagai suatu kekejaman bukannya tanpa dasar. Kekejaman terjadi karena pemulihan keamanan yang dilakukan oleh otoritas keamanan Myanmar sudah tidak lagi proporsional, bahkan mengarah pada tindakan ethnic cleansing. Para aparat di lapangan sulit untuk dikendalikan dan kecenderungan melakuakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat. Dalam hukum internasional, tindakan ethnic cleansing merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) yang merupakan salah satu kejahatan internasional (international crmies). Bahkan para petinggi negara meski tidak menginstruksikan pada aparat di lapangan bisa dimintakan pertanggung jawabannya secara pidana. Ini yang dikenal sebagai tanggung jawab atasan (superior atau command responsibility). Mereka dipersalahkan atas dasar melakukan pembiaran (by omission) 14
R2P Untuk mengakhiri, bahkan pada saatnya membawa mereka yang bertanggung jawab ke peradilan internasional, masyarakat internasional telah memunculkan sebuah konsep yang disebut sebagai Responsibility to Protect (Kewajiban untuk Melindungi) atau disingkat sebagai R2P 15
R2P dimunculkan secara formal pada tahun 2005 dalam World Summit yang dihadiri oleh seluruh anggota PBB. Ketika itu negara-negara berkomitmen global berupa R2P untuk memastikan tidak terjadinya genosida, kejahatan perang, ethnic cleansing dan kejahatan terhadap kemanusiaan R2P adalah kewajiban yang dibebankan pada masyarakat internasional untuk melakukan intervensi di suatu negara dengan tujuan agar pengambil kebijakan mengakhiri tindakan yang dikualifikasi sebagai kejahatan internasional 16
Bila dianalogikan dalam peristiwa sehari-hari, apakah masyarakat akan tinggal diam ketika tahu seorang suami di suatu rumah melakukan penganiayaan terhadap isteri dan anak-anaknya? Tentu jawabannya tidak. Dalam konteks demikian masyarakat yang tahu akan melapor kepada polisi Hal yang sama juga terjadi dalam hubungan antar negara. Masyarakat internasional tidak akan berdiam diri ketika pemerintah suatu negara melakukan kejahatan internasional terhadap rakyatnya. Hanya saja dalam konteks masyarakat internasional tidak dikenal adanya polisi dunia Peran polisi digantikan oleh masyarakat internasional itu sendiri, apakah koalisi negara-negara atau melalui organisasi internasional maupun regional 17
Dalam konsep R2P, intervensi atas kedaulatan suatu negara dibenarkan mengingat tujuannya adalah menyelamatkan nyawa dari banyak orang dari suatu kekejaman Atas dasar ini pemerintah suatu negara tidak dapat mengklaim kekejaman yang dilakukan terhadap rakyatnya sebagai urusan dalam negeri mereka 18
Pada saat dunia disibukkan dengan berbagai masalah dan PBB pun tidak berdaya untuk mengambil langkah-langkah yang efektif, apakah organisasi regional dapat melakukan R2P atas suatu negara di kawasan? Ini menjadi pertanyaan sekaligus tantangan bagi ASEAN sebagai sebuah organisasi regional dalam kekejaman yang terjadi di Myanmar. Bila cycle of violence tidak juga berakhir apakah ASEAN bisa bertindak terhadap pemerintah Myanmar atas dasar R2P? 19
Peran ASEAN Jawaban dari pertanyaan ini akan terjawab dalam beberapa waktu ke depan. Bila pemerintah Myanmar tidak menghentikan atau membiarkan otoritas keamanannya terus melakukan persekusi, ethnic cleansing, bahkan genosida terhadap etnis Rohingya maka ASEAN harus bertindak Pemerintah Indonesia tentunya bisa mengambil inisiatif. Namun satu hal yang pasti R2P tidak seharusnya dilakukan secara unilateral oleh Indonesia o Amerika Serikat dalam sejumlah peristiwa selalu mengajak negaranegara lain untuk berperan serta atau memastikan mendapatkan persetujuan dari organisasi internasional, seperti PBB 20
Inisiatif yang dapat diambil oleh pemerintah Indonesia adalah mengundang sidang darurat ASEAN ASEAN harus bersikap dan mengambil langkah yang tegas. ASEAN tidak seharusnya berkelit atas dasar Piagam ASEAN, khususnya terkait prinsip nonintervensi dan pengambilan keputusan yang didasarkan berdasarkan konsensus Negara-negara ASEAN tidak boleh berlindung pada PBB dengan mengatakan bahwa PBB-lah yang memiliki otoritas mengambil tindakan saat dugaan ethnic cleansing ataupun genosida terjadi di Myanma 21
Embargo Ekonomi Sudah sewajar organisasi kawasan mengambil inisiatif saat terjadi peristiwa yang mengarah pada kejahatan internasional. Keberadaan ASEAN tidak akan bermakna bila ASEAN tidak mampu mentackle masalah-masalah yang pelik Bila ASEAN akhinya mengambil tindakan R2P maka sebagai langkah awal Myanmar dikenakan embargo ekonomi 22
Terima Kasih 23