Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana

dokumen-dokumen yang mirip
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa kini Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi issue

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ARTI PENTING PENYUSUNAN KAMPANYE ANTI DISKRIMINASI * Oleh: Suparman Marzuki **

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tuduhan Amnesty Internasional terhadap Sudan terkait penggunaan senjata kimia di Jabal Murrah

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB I PENDAHULUAN. Asian Nations - ASEAN), merupakan sebuah organisasi regional di. ilmu pengetahuan dan administratif. 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

UNOFFICIAL TRANSLATION

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa Negara

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber:

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

PERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Triono * Abstrak

ROHINGYA 101 DATA DAN FAKTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Rabu, 24 September 2014

Prinsip Dasar Peran Pengacara

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

Responsibility to Protect: Informasi tentang Prinsip ini dan Langkah-langkah Implementasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Pengadilan Rakyat Internasional Kasus 1965

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

BAB V PENUTUP. 1. Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam Pasal 17 Statuta Roma

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDONESIA DAN REFORMASI PBB

LAYANAN PENASIHAT DAN KERJA SAMA TEKNIS DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 3. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP PENANGANAN PELANGGARAN BERAT HAM

Eropa Pasca Perang Dingin.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Rohang dan saat ini lebih dikenal dengan Rakhine. Itu sebabnya orangorang

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENGUNGSI (REFUGEE) DALAM HUKUM INTERNASIONAL FITRIANI / D

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

Pendidikan Kewarganegaraan

Mencegah dan Mengurangi KEADAAN TANPA KEWARGANEGARAAN. Konvensi 1961 tentang Pengurangan Keadaan Tanpa Kewarganegaraan

KONVENSI ASEAN TENTANG PEMBERANTASAN TERORISME

HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI. Lembar Fakta No. 20. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

Hari/Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014, : Pkl wib Tempat : Kantor Komnas Perempuan, Jl. Latuharhary 4 B, Jakarta Pusat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. tuntutan. Jadi peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku

INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

Transkripsi:

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1

Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang kembali. Menteri Luar Negeri Retno L. Marsudi menyebutnya sebagai cycle of violence 2

Peta Myanmar dan Rakhine 3

4

5

Meletusnya Kekejaman Baru Awal terjadinya tragedi kemanusian kali ini disebabkan oleh serangan yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus oleh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) atas sejumlah pos polisi o Serangan ini telah menewaskan sekitar 12 orang aparat keamanan. Otoritas keamanan Myanmar pun melakukan serangan balik. Serangan tidak hanya ditujukan kepada anggota ARSA yang melakukan penyerangan, tetapi juga terhadap etnis Rohingnya secara umum 6

Para prajurit di lapangan melakukan tindakan yang eksesif tanpa upaya dari pemerintah untuk menghentikan. Etnis Rohingya dikumpulkan, tidak terkecuali perempuan dan anak-anak. Mereka pun mendapat perlakuan tidak semestinya o Sebagian ada yang meninggal dan banyak yang mengalami luka-luka. Serangan balik oleh aparat keamanan jelas tidak proporsional. Akibatnya etnis Rohingya pun ketakukan dan melakukan eksodus besar-besaran dari tempat mereka bermukim Dalam catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) jumlanya mencapai lebih dari 120 ribu orang o Mereka terdiri dari anak-anak, wanita dan pria. 7

Keprihatinan Dunia Para pejabat dari sejumlah negara, termasuk Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guetteres dan tokoh dunia, seperti Malala Yousafzai dan Desmon Tutu, memprihatinkan hal ini. Bahkan diantara mereka ada yang memperingatkan tindakan oleh otoritas keamanan dapat dikatagorikan sebagai ethnic cleansing. Ethnic cleansing merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) yang merupakan salah satu kejahatan internasional. 8

Ikhtiar Presiden Jokowi dalam pernyataan pada tanggal 3 September telah menyampaikan bahwa Indonesia akan melakukan tindakan kongkrit untuk menghentikan krisis kemanusiaan atas etnis Rohingya di Myanmar Presiden mengutus Menlu Retno untuk bertemu dengan pemimpin di Myanmar. Pada tanggal 4 September Menlu diterima oleh State Counsellor Daw Aung San Suu Kyi dan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal U Min Aung Hlaing Di hari berikutnya Menlu juga berkunjung ke Bangladesh 9

Tujuan utama dari kunjungan Menlu Retno ke Myanmar adalah dalam rangka untuk meringankan penderitaan etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine. Untuk itu beliau mengusulkan Formula 4+1 Empat elemen ini terdiri dari: (i) mengembalikan stabilitas dan keamanan; (ii) menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan; (iii) perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State, tanpa memandang suku dan agama; dan (iv) pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan kemanusiaan Sedangkan satu elemen lainnya adalah pentingnya agar rekomendasi Laporan Komisi Penasehat untuk Rakhine State yang dipimpin oleh Kofi Annan dapat segera diimplementasikan 10

Sementara kunjugan ke Bangladesh juga untuk hal yang sama dengan cara membantu pemerintah Bangladesh untuk bersedia manampung secara sementara ribuan orang etnis Rohingya yang melakukan eksodus 11

Akar masalah terhadap atas etnis Rohingya meski kompleks dan multi dimensi adalah tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai salah satu etnis di Myanmar. Konsekuensinya mereka tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) dan karenanya tidak mendapat perhatian atas hak-hak asasinya. Bahkan ada kecenderungan pemerintah Myanmar melakukan ethnic cleansing terhadap etnis Rohingya Tindakan yang mengarah pada ethnic cleansing atas etnis Rohingya dilakukan dengan mengambil momentum adanya konflik dengan etnis lain di Myanmar, atau terjadinya tindak pidana perkosaan oleh orang yang berasal etnis Rohingya terhadap orang yang berasal dari etnis lain. Bahkan tindakan ethnic cleansing terjadi seperti kejadian baru-baru ini dimana ARSA melakukan serangan terhadap otoritas keamanan di Myanmar 12

Tindakan mengecam dan meminta untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan oleh otortitas keamanan tentu tidak memadai Bahkan memberi bantuan kemanusian merupakan tindakan untuk meringankan penderitaan etnis Rohingya yang melakukan eksodus 13

Kejahatan Internasional Peristiwa di Negara Bagiah Rakhine disebut sebagai suatu kekejaman bukannya tanpa dasar. Kekejaman terjadi karena pemulihan keamanan yang dilakukan oleh otoritas keamanan Myanmar sudah tidak lagi proporsional, bahkan mengarah pada tindakan ethnic cleansing. Para aparat di lapangan sulit untuk dikendalikan dan kecenderungan melakuakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat. Dalam hukum internasional, tindakan ethnic cleansing merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) yang merupakan salah satu kejahatan internasional (international crmies). Bahkan para petinggi negara meski tidak menginstruksikan pada aparat di lapangan bisa dimintakan pertanggung jawabannya secara pidana. Ini yang dikenal sebagai tanggung jawab atasan (superior atau command responsibility). Mereka dipersalahkan atas dasar melakukan pembiaran (by omission) 14

R2P Untuk mengakhiri, bahkan pada saatnya membawa mereka yang bertanggung jawab ke peradilan internasional, masyarakat internasional telah memunculkan sebuah konsep yang disebut sebagai Responsibility to Protect (Kewajiban untuk Melindungi) atau disingkat sebagai R2P 15

R2P dimunculkan secara formal pada tahun 2005 dalam World Summit yang dihadiri oleh seluruh anggota PBB. Ketika itu negara-negara berkomitmen global berupa R2P untuk memastikan tidak terjadinya genosida, kejahatan perang, ethnic cleansing dan kejahatan terhadap kemanusiaan R2P adalah kewajiban yang dibebankan pada masyarakat internasional untuk melakukan intervensi di suatu negara dengan tujuan agar pengambil kebijakan mengakhiri tindakan yang dikualifikasi sebagai kejahatan internasional 16

Bila dianalogikan dalam peristiwa sehari-hari, apakah masyarakat akan tinggal diam ketika tahu seorang suami di suatu rumah melakukan penganiayaan terhadap isteri dan anak-anaknya? Tentu jawabannya tidak. Dalam konteks demikian masyarakat yang tahu akan melapor kepada polisi Hal yang sama juga terjadi dalam hubungan antar negara. Masyarakat internasional tidak akan berdiam diri ketika pemerintah suatu negara melakukan kejahatan internasional terhadap rakyatnya. Hanya saja dalam konteks masyarakat internasional tidak dikenal adanya polisi dunia Peran polisi digantikan oleh masyarakat internasional itu sendiri, apakah koalisi negara-negara atau melalui organisasi internasional maupun regional 17

Dalam konsep R2P, intervensi atas kedaulatan suatu negara dibenarkan mengingat tujuannya adalah menyelamatkan nyawa dari banyak orang dari suatu kekejaman Atas dasar ini pemerintah suatu negara tidak dapat mengklaim kekejaman yang dilakukan terhadap rakyatnya sebagai urusan dalam negeri mereka 18

Pada saat dunia disibukkan dengan berbagai masalah dan PBB pun tidak berdaya untuk mengambil langkah-langkah yang efektif, apakah organisasi regional dapat melakukan R2P atas suatu negara di kawasan? Ini menjadi pertanyaan sekaligus tantangan bagi ASEAN sebagai sebuah organisasi regional dalam kekejaman yang terjadi di Myanmar. Bila cycle of violence tidak juga berakhir apakah ASEAN bisa bertindak terhadap pemerintah Myanmar atas dasar R2P? 19

Peran ASEAN Jawaban dari pertanyaan ini akan terjawab dalam beberapa waktu ke depan. Bila pemerintah Myanmar tidak menghentikan atau membiarkan otoritas keamanannya terus melakukan persekusi, ethnic cleansing, bahkan genosida terhadap etnis Rohingya maka ASEAN harus bertindak Pemerintah Indonesia tentunya bisa mengambil inisiatif. Namun satu hal yang pasti R2P tidak seharusnya dilakukan secara unilateral oleh Indonesia o Amerika Serikat dalam sejumlah peristiwa selalu mengajak negaranegara lain untuk berperan serta atau memastikan mendapatkan persetujuan dari organisasi internasional, seperti PBB 20

Inisiatif yang dapat diambil oleh pemerintah Indonesia adalah mengundang sidang darurat ASEAN ASEAN harus bersikap dan mengambil langkah yang tegas. ASEAN tidak seharusnya berkelit atas dasar Piagam ASEAN, khususnya terkait prinsip nonintervensi dan pengambilan keputusan yang didasarkan berdasarkan konsensus Negara-negara ASEAN tidak boleh berlindung pada PBB dengan mengatakan bahwa PBB-lah yang memiliki otoritas mengambil tindakan saat dugaan ethnic cleansing ataupun genosida terjadi di Myanma 21

Embargo Ekonomi Sudah sewajar organisasi kawasan mengambil inisiatif saat terjadi peristiwa yang mengarah pada kejahatan internasional. Keberadaan ASEAN tidak akan bermakna bila ASEAN tidak mampu mentackle masalah-masalah yang pelik Bila ASEAN akhinya mengambil tindakan R2P maka sebagai langkah awal Myanmar dikenakan embargo ekonomi 22

Terima Kasih 23