PEMANFAATAN KALSIUM PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG MENDAPAT TEPUNG LIMBAH PENETASAN KESELURUHAN ATAU TANPA KERABANG DALAM RANSUM Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Peternakan Oleh : Raditio Tri Hutomo H0513119 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017
PEMANFAATAN KALSIUM PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG MENDAPAT TEPUNG LIMBAH PENETASAN KESELURUHAN ATAU TANPA KERABANG DALAM RANSUM yang dipersiapkan dan disusun oleh: Raditio Tri Hutomo H0513119 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 30 Maret 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji Ketua Anggota I Anggota II Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., M.P. NIP. 19720421 200012 1 001 Ir. Sudiyono, M.S. NIP. 19590905 198703 1 001 Ir. Lutojo, MP. NIP. 195509121987031001 Surakarta, April 2017 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 001 ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pemanfaatan Kalsium Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang Mendapat Tepung Limbah Penetasan Keseluruhan atau Tanpa Kerabang dalam Ransum. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena ini pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Kepala Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., M.P. selaku pembimbing utama dan ketua penguji yang telah memberikan bimbingan, meluangkan waktu, tenaga, pikiran, masukan, arahan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 4. Ir. Sudiyono, M.S. selaku pembimbing pendamping dan anggota penguji I yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 5. Ir. Lutojo, MP. selaku anggota penguji II yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 6. Rysca Indreswari, S.Pt., M.Si. yang telah memberikan bimbingan, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran selama meneliti dalam penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 7. Sutrisno Hadi Purnomo, S. Pt., M.Si., Ph.D. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama menempuh pendidikan di Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. 8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pengajaran dan ilmu yang telah diberikan serta bantuannya selama masa perkuliahan. iii
9. Keluarga tercinta, Bapak Medi Subrono, Ibu Sri Laksmi Tj.P, Mas Rendi Pradana H, Mas Rifqi Dwi Prabowo, terima kasih atas segala doa, dukungan, kasih sayang, bantuan, nasehat, semangat, pengorbanan dan semua yang telah diberikan kepada penulis. 10. Teman seperjuangan Tristianto Nugroho, Alfian Argha, Murtini, Ade Afrina Arifin, Tri Sutrisno, Tri Mardani, Viko Azi Cahya, Umi Maesaroh, Erni Retno Palupi dan sahabat dibelakang layar yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu bersama, membantu, mendukung dan memberikan semangat selama penelitian dan proses penyusunan skripsi. 11. Keluarga besar Program Studi Peternakan angkatan 2013 yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, bantuan dan kasih sayang selama empat tahun. Keluarga besar Peternakan 2011, 2012, 2014 dan 2015, terima kasih atas segala bantuannya selama masa kuliah, bersyukur bisa jadi bagian dari keluarga besar Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan memberi dukungan, doa, serta semangat bagi penulis untuk terus berjuang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Surakarta, April 2017 Penulis iv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii RINGKASAN...... ix SUMMARY...... xi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Puyuh... 3 B. Ransum Puyuh... 4 C. Limbah Penetasan... 4 D. Klasifikasi Kerabang... 6 E. Pemanfaatan Kalsium... 7 HIPOTESIS... 10 III. MATERI DAN METODE... 11 A. Waktu dan Tempat Penelitian... 11 B. Bahan dan Alat Penelitian... 11 C. Desain Penelitian... 14 D. Metode Penelitian... 15 E. Peubah Penelitian... 17 F. Analisis Data... 18 IV. HASIL PENELITIAN... 19 A. Konsumsi Kalsium... 19 v
B. Kalsium Tercerna... 20 C. Bobot Kerabang... 21 D. Pemanfaatan Kalsium... 22 V. SIMPULAN... 24 DAFTAR PUSTAKA... 25 LAMPIRAN... 29 vi
DAFTAR TABEL No. Judul Halaman 1. Kebutuhan nutrien puyuh petelur fase layer... 4 2. Kandungan nutrien tepung limbah penetasan... 5 3. Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum... 12 4. Susunan ransum basal... 12 5. Susunan ransum dan kandungan nutrien ransum perlakuan... 13 6. Pengaruh penggunaan tepung limbah penetasan keseluruhan atau tanpa kerabang terhadap pemanfaatan kalsium... 20 7. Hasil uji lanjut kontras ortogonal... 20 vii
DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Hasil analisis ragam dan kontras ortogonal konsumsi kalsium... 30 2. Hasil analisis ragam dan kontras ortogonal kalsium tercerna... 31 3. Hasil analisis ragam bobot kerabang... 32 4. Hasil analisis ragam pemanfaatan kalsium... 33 5. Ucapan terima kasih... 34 viii
PEMANFAATAN KALSIUM PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG MENDAPAT TEPUNG LIMBAH PENETASAN KESELURUHAN ATAU TANPA KERABANG DALAM RANSUM Raditio Tri Hutomo H0513119 RINGKASAN Usaha penetasan unggas menghasilkan limbah penetasan yang terdiri dari telur infertil, telur yang tidak menetas dan kerabang dari telur yang menetas. Limbah tersebut biasanya dibuang dan dapat menyebabkan pencemaran limbah. Limbah penetasan mempunyai kandungan nutrien yang cukup baik berupa protein, energi dan kalsium. Limbah tersebut dapat diolah menjadi tepung limbah penetasan (TLP). Tepung limbah penetasan dapat dibedakan menjadi TLP keseluruhan dan TLP tanpa kerabang, dengan perbedaan komponen penyusunnya. Tepung limbah penetasan keseluruhan mempunyai kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan TLP tanpa kerabang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan TLP keseluruhan atau TLP tanpa kerabang dalam ransum terhadap pemanfaatan kalsium puyuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2016 di Kandang Percobaan, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret di Desa Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar. Materi yang digunakan adalah 500 ekor puyuh petelur umur 30 hari dengan rata-rata bobot badan awal 94,75 ± 4,17 g. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Lima perlakuan dalam penelitian ini adalah P0 = 100% ransum basal, P1 = 96% ransum basal + 4% TLP keseluruhan, P2 = 92% ransum basal + 8% TLP keseluruhan, P3 = 96% ransum basal + 4% TLP tanpa kerabang, P4 = 92% ransum basal + 8% TLP tanpa kerabang. Ransum adaptasi diberikan saat puyuh berumur 30 hari. Ransum basal puyuh layer diberikan saat puyuh berumur 43 hari. Ransum perlakuan diberikan setelah konsumsi dan produksi telur seragam. ix
Ransum perlakuan diberikan selama dua periode (2 28 hari). Pengambilan data kecernaan secara in vivo dengan menggunakan metode total koleksi pada puyuh berumur 115 hari. Puyuh diambil secara acak sebanyak 4 ekor setiap unit percobaan kemudian ditempatkan masing-masing 2 ekor dalam kandang kecernaan, sehingga secara keseluruhan digunakan 100 ekor puyuh. Peubah yang diamati antara lain konsumsi kalsium, kalsium tercerna, bobot kerabang dan pemanfaatan kalsium. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dan apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TLP keseluruhan atau tanpa kerabang dalam ransum meningkatkan konsumsi kalsium dan kalsium tercerna tetapi tidak menurunkan bobot kerabang dan pemanfaatan kalsium pada puyuh. Penggunaan TLP keseluruhan atau tanpa kerabang meningkatkan konsumsi kalsium antara 12,99 sampai 35,06%. Peningkatan level penggunaan TLP keseluruhan atau tanpa kerabang dari 4 menjadi 8% meningkatkan konsumsi kalsium puyuh. Penggunaan TLP keseluruhan atau tanpa kerabang meningkatkan kalsium tercerna antara 10,00 sampai 24,05%. Peningkatan level penggunaan TLP keseluruhan dari 4 menjadi 8% meningkatkan kalsium tercerna puyuh. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan TLP dalam ransum meningkatkan konsumsi kalsium dan kalsium tercerna puyuh tetapi tidak menurunkan bobot kerabang dan pemanfaatan kalsium. Kata kunci : puyuh, tepung limbah penetasan keseluruhan, tepung limbah penetasan tanpa kerabang, pemanfaatan kalsium. x
CALCIUM UTILIZATION IN QUAILS (Coturnix coturnix japonica) FED RATION CONTAINING WHOLE OR SHELLESS HATCHERY WASTE MEAL Raditio Tri Hutomo H0513119 SUMMARY The poultry hatchery produces waste which consisted of infertile eggs, egg shells and unhatched eggs. Commonly hatchery waste is sent to land fill and causing environmental pollution. Hatchery waste contains substantial amount of nutrients such as protein, energy and calcium. The hatchery waste can be processed to hatchery waste meal (HWM) and catagorized to whole hatchery waste meal (WHWM) and shelless hatchery waste meal (SHWM) with different composition. The WHWM contains a higher calcium content than SHWM. This experiment aimed to assess the influence of the use of WHWM or SHWM in ration on calcium utilization in quails. This experiment was performed from June to August 2016 at Jatikuwung Experimental Farm of the Department of Animal Science, Faculty of Agriculture, Universitas Sebelas Maret located in Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar. The experiment used 500 quails aged 30 days with an average initial body weight of 94.75 ± 4.17 g. The experiment was designed to as completely randomized design with 5 treatments and 5 replicates. The 5 treatments were the P0 = 100% basal ration, P1 = 96% the basal ration + 4% WHWM, P2 = 92% basal ration + 8% WHWM, P3 = 96% basal ration + 4% SHWM, P4 = 92% basal ration + 8% SHWM. The grower ration were given from the age of 30 days. The basal ration were given from the age of 43 days, while the treatment rations were given when the uniform consumption and egg production have been achieved. The treatment rations were given for two periods of 28 days (2 28 days). The nutrient digestibility in vivo xi
was measured by using the total collection method at the age of 115 days. Four quails from each replicate were randomly taken and placed in digestibility cages containing 2 quails each. Thus, in total 100 quails were used in the measurement of nutrient digestibility. The variables measured were the calcium consumption, calcium retention, eggshell weight and calcium utilization. The data were analyzed by analysis of variance and if there is an effect of treatment, it s further tested using orthogonal contrast. The results showed that the use of WHWM or SHWM in ration increased calcium consumption and calcium retention but did not decreased the eggshell weight and calcium utilization in quails. The use of WHWM or SHWM increased calcium consumption between 12.99 and 35.06%. Increasing the level of WHWM or SHWM from 4 to 8% increased calcium consumption. The use of WHWM or SHWM increased calcium retention between 10.00 and 24.05%. Increasing the level of WHWM from 4 to 8% increased calcium retention in quails. Based on these results it can be concluded that HWM in the ration increased calcium consumption and calcium retention but did not decreased egg shell weight and calcium utilization in quails. Key words: quails, whole hatchery waste meal, shelless hatchery waste meal, calcium utilization. xii