PERANAN KELOMPOKTANIABBULOSIBATANG DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN LANNA KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA Farmers group role in meeting the needs abbulosibatang rice farming in Lanna Village, District of parangloe, Gowa Regency Abd. Rahman Arinong 1,4, Muh. Nasir Nane 2 dan Muhammad Arsyad 3 1) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa 2) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor 3) BP4K Kabupaten Sigi Biromaru 4 )rahman.arinong@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian adalah mengetahui peranan kelompoktani Abbulosibatang dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah dan mengetahui hubungan peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama dan sebagai unit produksi serta mengetahui perubahan dan efektifitas tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap petani. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa, pada bulan November 2010 sampai Januari 2011. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, kuesioner, pengamatan langsung dan penelusuran berbagai pustaka. Pengambilan sampel menggunakan Tabel Krecjie dari 25 populasi.. Untuk mengetahui variabel peranan kelompoktani digunakan analisis persentase distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan analisis uji regresi linear berganda, sedangkan untuk megetahui tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap responden dilakukan evaluasi dan analisis efektifitas penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan hubungan peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, kerjasama dan sebagai unit produksi memberikan pengaruh yang sangat nyata (< 0,01) terhadap pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah, sedangkan faktor kelas belajar dan unit produksi memberikan pengaruh yang tidak nyata (> 0,05). Untuk evaluasi awal penyuluhan pertanian tingkat pengetahuan 37.7 persen, keterampilan 37.29 persen dan sikap 37.29 persen, sedang evalusi akhir tingkat pengetahuan 68.33 persen, keterampilan 61.87 persen dan sikap 61.87 persen. Hasil efektifitas 43.36 persen. Kata Kunci: Peranan kelompoktani, usaha tani dan padi sawah ABSTRACT The purpose of the study was to determine the role of farmer groups Abbulosibatang in meeting the needs of lowland rice farming and determine the relationship farmer groups role as classroom learning, as a vehicle for co-operation and as a production unit and determine the effectiveness of change and the level of knowledge, skills and attitudes of farmers. The experiment was conducted in LannaVillage, District of Parangloe, Gowa Regency, in November 2010 to January 2011. Data were obtained by interviews, 110
questionnaires, direct observation and tracking of various libraries. Sampling Krecjie Table of 25 populations. To determine the role of the variables used farmer groups percentage frequency distribution analysis followed by multiple linear regression analysis, whereas to determine the level of knowledge, skills and attitudes of the respondents conducted an evaluation and analysis of the effectiveness of extension. The results showed a relationship farmer groups role as classroom, learning, and as a production unit that influence very real effect (<0.01) on the fulfillment of the needs of farming rice paddy, whereas factors as classroom learning and production units that do not influence significantly (> 0.050). For the initial evaluation of agricultural extension 37.7 percent level of knowledge, skills and attitudes of 37.29 percent 37.29 percent, while the final evaluation of the knowledge level of 68.33 percent, 61.87 percent and attitude skills 61.87 percent. The results of 43.36 percent effectiveness. Keywords: Role farmer groups, and paddy rice farming PENDAHULUAN Kondisi lingkungan global dan perkembangan regional maupun domestik yang dinamis telah menghadapkan sektor pertanian pada berbagai tantangan maupun peluang yang perlu diantisipasi secara cermat, dalam pembangunan pertanian kedepan. Memasuki era globalisasi ekonomi, menyebabkan masuknya berbagai komoditas pertanian dari luar negeri, hal ini merupakan tantangan bagi produk pertanian dalam negeri untuk bersaing dengan produk impor. Salah satu komoditas pertanian yang menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu komoditi tanaman padi sawah. Produksi padi sawah nasional tahun 2011 sebesar 65,756,904 ton dan untuk produksi di Sulawesi Selatan adalah 4,511,705 ton (BPS, 2011). Dalam era globalisai, hanya petani yang profesional yang akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan meraih peluang-peluang yang ada, untuk tetap bertahan dan berusaha lebih maju. Fenomena tersebut merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi pengembangan sektor pertanian agar tetap survive. Sebagai tantangan, petani dituntut memiliki kemauan dan kemampuan dalam memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya, agar dapat meraih peluang dan keuntungan pada kondisi tersebut. Abbas (1995) mengemukakan bahwa petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian memerlukan: a) peningkatan pengetahuan dan ketrampilannya, b) pemberian nasehat teknis dan informasi, c) peningkatan mutu organisasi dan kepemimpinan usahanya, dan d) penanaman motivasi dan percaya diri dalam menangani usahataninya. Dalam mengantisipasi kondisi tersebut sangat dibutuhkan kemampuan petani dalam berusahatani untuk mengelola usahatani yang harus selalu menyesuaikan diri dengan tantangan dan kemajuan yang dinamik, serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang ada sehingga keperluannya dapat terpenuhi. Salah satu upaya menumbuhkan kemampuan petani tersebut selama ini dilakukan melalui lembaga atau kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat,dalam hal ini kelompoktani. Kelompoktani mempunyai potensi yang berperan sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama anggota kelompok dan sebagai unit produksi. Keberadaan kelompoktani merupakan salah satu potensi yang mempunyai 111
peranan penting dalam membentuk perubahan perilaku anggotanya dan menjalin kemampuan kerjasama anggota kelompoknya. Melalui kelompoktani, proses pelaksanaan kegiatan melibatkan anggota kelompok dalam berbagai kegiatan bersama, akan mampu mengubah atau membentuk wawasan, pengertian, pemikiran, minat, tekad dan kemampuan perilaku berinovasi. Sehingga menjadikan sistem pertanian yang maju. Kelompoktani Abbulosibatang merupakan salah satu kelompoktani dari 11 kelompoktani yang berada di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa. Kelompok ini merupakan kelompoktani dengan tingkatan kelas lanjut Kelompoktani ini terbentuk dan tumbuh atas inisiatif masyarakat itu sendiri, sehingga kegiatannya berjalan sesuai tujuannya. Berbeda dengan kelompoktani yang terbentuk karena adanya proyek dan bubar segera setelah proyek selesai. Hal ini dikarenakan peranan kelompoktani ditentukan oleh individu dalam kelompok dan faktor luar yang dapat berfungsi sebagai pendorong dan perangsang bagi aktivitas kelompok dalam mencapai tujuannya. Tujuan penelitian adalah mengetahui peranan kelompoktani Abbulosibatang dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah dan mengetahui hubungan peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama dan sebagai unit produksi serta mengetahui perubahan dan efektifitas tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap petani BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, bulan November 2010 sampai Januari 2011. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan: laptop, buku tulis, pulpen, spidol, kertas plano, kalkulator, kamera, kertas HVS, dan lembaran kuesioner. Pelaksanaan Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, dilakukan dengan wawancara, kuesioner, pengamatan langsung dan penelusuran berbagai pustaka serta informasi lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan, untuk membantu memberi keterangan atau data pelengkap sebagai bahan pembanding. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Tabel Krejcie (Sugiyono, 2005), Berdasarkan tabel tersebut maka jumlah sampel yang digunakan dari 25 jumlah populasi dalam kelompoktani Abbulosibatang adalah sebanyak 24 sampel didasarkan atas kesalahan 5%, jadi sampel yang diperoleh mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang pengujian hipotesisnya dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik. Variabel-variabel yang diamati adalah peranan kelompoktani sebagai kelas belajar (X 1 ), sebagai wahana kerjasama (X 2 ) dan sebagai unit produksi (X 3 ). 112
Untuk mengetahui dan melihat hubungan variabel yang diamati, dilakukan dengan analisis persentase distribusi frekuensi data dan uji regresi linear berganda yang di analisis menggunakan perhitungan secara manual dan program SPSS (Statistical Package For Sosial Science), dengan rumus sebagai berikut : Jumlah skor Skorideal x100% Kriteria persentase efektifitas tingkat distribusi frekuensi data responden adalah: 10 20 : Sangat rendah 21 40 : Rendah 41 60 : Cukup 61 80 : Tinggi 81 100 : Cukup Tinggi Sedang untuk analisis uji regresi linear berganda menggunakan model matematika sebagai berikut : Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b 3 x 3 Dimana : a = Konstanta b = Koefisien Y = Pemenuhan kebutuhan usahatani X 1 = Kelas belajar X 2 = Wahana kerjasama X 3 = Unit produksi Selain analisis data secara kuantitatif, analisis data kualitatif juga dilakukan untuk melengkapi analisis data keseluruhan. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numerik (angka) dan data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik namun karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih lanjut. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan hasil-hasil pengamatan dan catatan selama penelitian yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan kualitatif. Untuk mengetahui efektifitas peningkatan penyuluhan pertanian, maka ditetapkan tingkat persentase efektifitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ETP Ps Pr x100% (N.4.Q) Pr Ps = Post test Pr = Pree test N = Jumlah Responden 4 = Jawaban Tertinggi 100 % = Pengetahuan yang ingin dicapai Dimana: Ps Pr = Peningkatan pengetahuan (N.4.Q) Pr = Nilai Kesenjangan Maka kriteria presentase efektivitas tingkat pengetahuan adalah: < 33 % = Kurang efektif 33 66 % = Cukup efektif > 66 % = Efektif. (Ginting, 1994) Rancangan Penyuluhan a. Materi Penyuluhan Materi penyuluhan yang disampaikan sesuai dengan hasil survei, mengenai peranan kelompoktani Abbulosibatang sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah. b. Metode Penyuluhan Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Pendekatan kelompoktani dilakukan dengan berkumpul bersama para petani di sawah kemudian diadakan penyuluhan. Sedangkan pendekatan individu dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah petani/anjangsana dan ke sawahnya masing-masing. c. Teknik Penyuluhan Teknik yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini adalah teknik ceramah dan diskusi. 113
d. Media Penyuluhan Media yang digunakan didalam kegiatan penyuluhan pertanian ini antara lain: menyiapkan lembaran kertas HVS dan alat tulisnya, menyiapkan liflet, menyiapkan poster gambar kelompoktani yang sukses. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Sumberdaya 1. Potensi Sumberdaya Alam Potensi sumber daya alam yang terdapat di Kelurahan Lanna yang dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data tersebut maka potensi pengembangan pertanian cukup baik khususnya komoditi padi sawah. 2. Potensi Sumberdaya Manusia a. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan data pada Tabel 2, diketahui jumlah penduduk di Kelurahan Lanna adalah 2,199 jiwa, yang terdiri dari lakilaki 1,027 jiwa dan perempuan 1,172 jiwa. Jumlah tersebut merupakan keseluruhan jumlah penduduk yang terbagi dalam 2 lingkungan. Tabel.1. Potensi Sumber dayaalam Jenis Lahan Luas (ha) Persentase (%) Pemukiman Sarana dan Prasarana Sawah Tadah hujan Sawah ½ Teknis Ladang/Tegalan Lain-lain 70.4 138 31.38 50.65 415 169.57 8.04 15.77 3.59 5.79 47.43 19.38 Jumlah 875 100 Sumber: Data kantor Lurah Lanna, 2010. Tabel 2. Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin Golongan Umur (tahun) Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 0-4 5-12 13-15 16-18 19-25 26-35 36-45 46-50 51-60 61-75 170 153 118 104 66 165 98 44 46 63 155 146 104 125 97 263 123 46 63 77 325 299 222 229 163 401 221 90 109 140 14.78 13.60 10.09 10.41 7.41 18.24 10.05 4.09 4.96 6.37 Jumlah 1.027 1.172 2.199 100 Sumber: Data kantor Kelurahan Lanna 2010. 114
Berdasarkan Tabel 2, diketahui jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 1,172 jiwa (53.29 persen) dari pada lakilaki yaitu 1,027 jiwa (46.70 persen) sedangkan umur produktif, yaitu umur 15-55 tahun berjumlah 1.104 jiwa (50.20 persen) b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Lanna sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani disusul pedagang, PNS/TNI/POLRI, tukang/buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, diketahui jenis mata pencaharian penduduk yang terbesar adalah petani yaitu 675 orang (30.70 persen), ini merupakan potensi pengembangan pertanian cukup besar untuk dikembangkan melalui penyuluhan yang intensif sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan serta sikap dalam pengelolaan usahataninya. c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Adopsi inovasi teknologi pada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang memegang peranan penting adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin cepat pula tingkat adopsi inovasi teknologi yang disampaikan. Penyebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Lanna dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel.3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) Petani Pedagang PNS/TNI/POLRI Tukang/Buruh Lain- lain 675 153 126 188 1,057 30.70 6.96 5.73 8.55 48.07 Jumlah 2,199 100 Sumber: Data kantor Kelurahan Lanna, 2010. Tabel.4. Penyebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak sekolah/ tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Perguruan Tinggi 150 1,073 528 260 84 104 6.82 48.80 24.01 11.82 3.82 4.73 Jumlah 2.199 100 Sumber: Data kantor Kelurahan Lanna, 2010. 115
Berdasarkan Tabel 4, diketahui tingkat pendidikan di Kelurahan Lanna bervariasi, yang terbesar yaitu tidak tamat SD 1.073 orang (48.80 persen). Tingkat pendidikan yang rendah sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan prilaku serta proses komunikasi dan penerimaan informasi. Komunikasi dan informasi adalah faktor yang sangat penting untuk melakukan transformasi inovasi teknologi, sehingga perlu dilakukan berbagai pendekatan atau metode penyuluhan agar informasi dan teknologi dapat diterima dengan baik dan diterapkan dalam usahataninya. 2. Sarana dan Prasarana Pertanian Sarana dan prasarana pertanian merupakan salah satu unsur penunjang dalam kegiatan usahatani. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 5. 3. Potensi Kelembagaan Kelurahan Kelurahan Lanna memiliki beberapa lembaga yang dapat menunjang kegiatan pengembangan sumberdaya petani dan perekonomian masyarakat seperti pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa di Kelurahan Lanna terdapat 27 kelembagaan yang sangat penting dalam mendukung dan memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk peningkatan dan pengembangan Kelurahan Lanna. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa di Kelurahan Lanna terdapat 11 kelompoktani, dengan kelas kemampuan masing-masing adalah kelas pemula 8 kelompoktani dan kelas lanjut 3 kelompoktani. Kelompoktani ini merupakan wadah bagi petani dalam melaksanakan usahataninya, rendahnya kelas kemampuan kelompoktani merupakan tantangan bagi penyuluh pertanian untuk lebih kreatif dan profesional dalam membina kelompoktani, agar kelas kemampuan kelompoktani lebih meningkat. Tabel.5. Sarana dan prasarana pertanian di Kelurahan Lanna Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Hand traktor 2 Bajak 25 Pacul 325 Sabit 200 Hand sprayer 69 Pompa air 25 Power treser 2 Huller 6 Jumlah 654 Sumber: Data PPL Kelurahan Lanna, 2010. 116
Tabel.6. Potensi kelembagaan Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa Jenis Kelembagaan Jumlah (unit) Kantor Kelurahan 1 Mesjid 6 Posyandu 4 PDAM 1 TK 1 SD 5 SLTP 1 SLTA 1 Kios Tani 2 TPA 3 PKK 1 Pasar 1 Jumlah 27 Sumber: Data kantor Kelurahan Lanna, 2010. Tabel.7. Keadaan kelompoktani di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa. Kelompoktani Jumlah anggota Kelas Kemapuan Bontosunggu I (Abbulosibatang) Bontosunggu II Panyeroang I Panyeroang II Parang Jaya I Bukit Turaya I Bukit Turaya II Bulu Turaya Parang Jaya IV Mangempang Pa bentengan 25 27 25 27 25 26 27 30 26 27 27 Jumlah 291 Sumber : Data PPL dan KTNA, 2010. Lanjut Lanjut Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Lanjut B. Karakteristik Petani Responden a. Umur Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 24 petani responden, penggolongan umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa usia produktif petani responden adalah umur 41-50 tahun 11 orang (45,8 persen) yang berarti sangat berpeluang dalam upaya peningkatan produktivitas melalui kemampuan berusahatani, yang akan berdampak terhadap peningkatan, yang pada akhirnya terjadi pula peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. 117
b. Tingkat Pendidikan Formal Petani Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam menunjang kualitas sumberdaya manusia (human resources quality). Dengan pendidikan yang memadai, secara tidak langsung dapat mendorong peningkatan pendapatan petani, karena semakin tinggi tingkat pendidikan petani semakin baik pula cara penerapan atau pengolahan usahataninya. Tingkat pendidikan formal petani responden di Kelurahan Lanna dapat dilihat pada Tabel 9. c. Tingkat Pendidikan Formal petani Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam menunjang kualitas sumberdaya manusia (human resources quality). Dengan pendidikan yang memadai, secara tidak langsung dapat mendorong peningkatan pendapatan petani, karena semakin tinggi tingkat pendidikan petani semakin baik pula cara penerapan atau pengolahan usahataninya. Tingkat pendidikan formal petani responden di Kelurahan Lanna dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengadopsi suatu inovasi, dimana terlihat 13 orang (54.17 persen) petani responden berpendidikan SD dan tidak tamat SD. Semakin rendah tingkat pendidikan semakin lambat menerima inovasi baru sehingga perlu penyuluhan yang intensif, agar dapat menerima inovasi baru yang diberikan. Tabel.8. Penggolongan umur petani responden Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 20 30 31 40 41 50 51 60 Lebih besar dari 61 4 5 11 3 1 16.7 20.8 45.8 12.5 4.2 Jumlah 24 100 Sumber : Data primer diolah, 2010. Tabel.9. Tingkat pendidikan formal petani responden Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD/tamat SD SLTP SLTA 13 5 6 54.17 20.83 25.00 Jumlah 24 100 Sumber : Data primer diolah, 2010. 118
d. Tingkat Pendidikan Non Formal Petani Tingkat pendidikan non formal mempengaruhi keterampilan dan cepatnya suatu inovasi diterapkan. Tingkat pendidikan ini dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa terdapat 13 orang (54.17 persen) petani responden yang tidak pernah mengikuti kursus/pelatihan dan 11 orang (45.83 persen) petani responden yang pernah mengikuti kursus/pelatihan, angka ini menunjukkan masih perlunya keterlibatan semua anggota kelompoktani untuk mendapatkan kursus/pelatihan. e. Lamanya Menjadi Anggota Kelompoktani Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam berusahatani adalah lamanya menjadi anggota kelompoktani, karena dengan lamanya menjadi anggota kelompoktani maka pengalaman berusahatani akan bertambah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa lama menjadi anggota kelompok petani responden pada kelompoktani Abbulosibatang lebih 11 tahun sebanyak 12 orang (50.0 persen). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani telah memiliki pengalaman berusahatani yang diperoleh di kelompoktaninya. f. Luas Lahan Yang Diusahakan Luas lahan garapan petani responden dapat dipengaruhi oleh produktivitas petani itu sendiri. Semakin luas lahan garapan semakin banyak kebutuhan tenaga kerja. Luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 memperlihatkan, bahwa luas lahan garapan petani responden rata-rata mempunyai luas lahan 0.20-0.49 ha sebanyak 17 orang (70.83 persen) yang berarti tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tabel.10. Tingkat pendidikan non formal petani responden di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa Tingkat pendidikan non formal Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak pernah Kursus/pelatihan Magang/lainnya 13 11-54.17 45.83 - Jumlah 24 100 Sumber: Data primer diolah, 2010. 119
Tabel.11. Lamanya menjadi anggota kelompoktani Abbulosibatang di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa Lamanya menjadi anggota (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 0 5 6 11 Lebih besar dari 11 10 2 12 41.7 8.3 50.0 Jumlah 24 100 Sumber : Data primer diolah, 2010. Tabel.12. Luas lahan garapan petani responden di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa Luas lahan garapan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%) 0,20 0,49 0,50-1,00 Lebih besar dari 1 17 7-70.83 29.17 - Jumlah 24 100 Sumber: Data primer diolah, 2010. C. Kajian Materi a. Peranan Kelompoktani 1. Sebagai Kelas Belajar Kelompoktani Abbulosibatang merupakan wadah kelas belajar mengajar bagi anggotanya untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani sehingga produktifitasnya meningkat dan pendapatannya bertambah. Hasil analisis distribusi frekuensi data responden untuk mengetahui persentase peranan kelompoktani sebagai kelas belajar dapat dilihat sebagai berikut: Jumlah skor x100% Skor ideal 422 x 100% (24.3.10 = 58.61 % Angka persentase tersebut menunjukkan kriteria cukup 58.61 persen berada antara 41-60 persen, artinya faktor-faktor yang terkait di kelompoktani Abbulosibantang terhadap peranan kelompoktani sebagai kelas belajar adalah belum adanya pertemuan-pertemuan berkala dikelompoktani, kerjasama dengan sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar belum terjalin, sarana dan prasarana belajar belum memadai serta belum mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama. 2. Sebagai Wahana Kerjasama Kelompoktani Abbulosibatang merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antara kelompoktani serta dengan pihak lain agar mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Analisis 120
distribusi frekuensi data responden untuk mengetahui persentase peranan kelompoktani sebagai wahana kerjasama adalah senagai berikut: Jumlah skor x100% Skor ideal 378 x 100% (24.3.10 = 52.5 % Hasil persentase menunjukkan kriteria cukup yakni 52.5 persen. Faktor yang mempengaruhi persentase tersebut antara lain: belum adanya pengaturan dan pembagian tugas/kerja diantara sesama anggota, rendahnya kedisplinan dan rasa tanggung jawab diantara sesama anggota kelompoktani, belum adanya pengembangan kader kepemimpinan dikalangan anggota untuk mengembangkan keahlian dan keterampilannya, belum bekerjasama dengan pihak-pihak penyedia saprodi, pengelolaan, pemasaran hasil dan permodalan serta suasana kerjasama dalam kelompoktani belum tercipta. 3. Sebagai Unit Produksi Usahatani yang dilaksanakan oleh masingmasing anggota kelompoktani Abbulosibatang harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Hasil analisis distribusi frekuensi data responden untuk mengetahui persentase peranan kelompoktani sebagai unit produksi adalah sebagai berikut : Jumlah skor Skor ideal x100% 321 (24.3.10 = 44.58 % x 100% Persentase menunjukkan angka 44,58 persen. Hal ini disebabkan oleh faktor internal yaitu petani belum menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, penyusunan rencana kebutuhan kelompoktani atas dasar efisiensi, penerapan teknologi tepat guna dalam berusahatani padi sawah masih kurang, belum terjalinnya pola kemitraan dengan pihak swasta dan pihak lain, kemampuan menganalisis dan menilai usahatani yang dilaksanakan dan merumuskan perbaikan dan peningkatannya masih kurang serta lemahnya administrasi usaha kelompoktani dan perorangan anggota kelompoktani. b. Hubungan Peranan Kelompoktani Abbulosibatang Dalam Pemenuhan Kebutuhan Usahatani Padi Sawah di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Untuk melihat hubungan peranan kelompoktani Abbulosibatang terhadap pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE, maka dilakukan analisis regresi linear berganda dengan tiga variabel independen yaitu: kelas belajar (X 1 ), wahana kerjasama (X 2 ) dan unit produksi (X 3 ). Sedangkan variabel dependen adalah pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah (Y). Analisis regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan metode Stepwise regresi, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari variabel X yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel Y. Hasil hasil uji regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 13. 121
Tabel 13. Hasil analisis regresi linear berganda terhadap peranan kelompoktani Abbulosibatang dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna Kecamatan ParangloE Kabupaten Gowa Variabel X Koefisien Regresi t hitung Signifikansi Kelas Belajar (X 1 ) Wahana Kerjasama (X 2 ) Unit Produksi (X 3 ) 0.248 0.686 0.266 1.639 6.886 1.383 0.116 0.000 0.181 Constant 3.072 1.937 0.066 r = 0.826 r 2 = 0.683 Data Tabel 13, menunjukkan bahwa secara dominan variabel X 2 memberikan pengaruh yang sangat nyata (sig-0.000 < 0.01) terhadap faktor pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah, sedangkan faktor X 1 dan X3 memberikan pengaruh yang tidak nyata (nilai signifikansi > 0.050). Tabel 13 juga diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.826, dimana angka ini tergolong kedalam kategori tingkat keeratan hubungan yang tinggi. Muhidin dan Abdurahman (2007). Sedangkan koefisien determinasi (r 2 ) diperoleh sebesar 0.683 yang menggambarkan bahwa besarnya Y yang dapat diterangkan oleh X 1, X 2 dan X 3 adalah sebesar 68,3 persen dan yang tidak dapat dijelaskan sebesar 31,7 persen atau dengan kata lain bahwa pengaruh X 1, X 2 dan X 3 terhadap Y adalah sebesar 68,3 persen dan 31,7 persen disebabkan oleh faktor lain. Dari Tabel 13, dapat dibuat persamaan sebagai berikut; Y = 3.072 + 0.248 X 1 + 0.686 X 2 + 0.266 X 3. D. Respon Petani Terhadap Kajian Materi Penerapan penyuluhan pertanian tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama dan sebagai unit produksi di kelompoktani Abbulosibatang mendapat respon yang baik dari petani. Hal tersebut nampak kehadiran petani pada saat diskusi. Selain itu, petani yang hadir telah merencanakan untuk lebih meningkatkan aktifitas kelompoknya agar lebih berkembang dan maju sehingga dapat menjadi panutan dalam masyarakat yang nantinya akan menarik perhatian pemerintah untuk lebih memperhatikan kelompoktani. Harapan petani agar intensitas penyuluhan lebih ditingkatkan agar peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama dan sebagai unit produksi benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh anggota kelompoktani khususnya dalam pemenuhan kebutuhan usahataninya. E. Evaluasi Penyuluhan Untuk mengukur efektifitas kegiatan penyuluhan pertanian khususnya menyangkut proses adopsi inovasi petani terhadap peranan kelompoktani Abbulosibatang, dalam pemenuhan kebutuhan usahatani dapat diukur melalui kegiatan evaluasi. Maksud evaluasi tersebut untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani responden terhadap peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam memenuhi kebutuhan usahatani padi sawah. Evaluasi dilakukan sebanyak 122
dua kali yaitu sebelum penyajian materi/tahap awal penyuluhan dan setelah penyajian materi penyuluhan/tahap akhir. Alat ukur yang digunakan yaitu Skala Likert yang terdiri dari daftar kuesioner dan digambarkan dalam garis continuum. Hasil tes awal dan tes akhir diberi skor: jawaban a nilai 4, jawaban b nilai 3, jawaban c nilai 2 dan jawaban d nilai 1 dengan beberapa rumus interprestasi nilai berikut : Nilai maksimal = Jumlah responden x jumlah pertanyaan x skor tertinggi Nilai minimal = Jumlah responden x jumlah pertanyaan x skor terendah Maka kualitas tingkat pengetahuan, keterampian dan sikap adalah: Total Nilai Jumlah skor yang diperoleh x100% Skortertinggi Evaluasi Awal a. Tingkat Pengetahuan Responden Hasil evaluasi awal yang dilakukan terhadap 24 petani responden maka diperoleh tingkat pengetahuan dengan nilai sebagai berikut: Skor = 157 Skor tertinggi = 24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah = 24 x 5 x 1 = 120 Dengan demikian tingkat pengetahuan awal petani responden tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna sebelum mengikuti penyuluhan adalah: 157 x 100% 480 = 37.7 % Berdasarkan garis continuum pada Gambar 1, menunjukkan bahwa sebelum diadakan penyuluhan tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah. Sehingga termasuk dalam kategori kurang mengetahui. b. Tingkat Keterampilan Responden Hasil evaluasi awal tingkat keterampilan responden yang dilakukan terhadap 24 responden diperoleh nilai sebagai berikut: Skor = 179 Skor tertinggi = 24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah = 24 x 5 x 1 = 120 Tingkat keterampilan awal responden tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna sebelum mengikuti penyuluhan adalah : 179 x 100% 480 = 37.29% TM KM M SM 0 120 240 360 480 157 (37.7 %) Gambar 1. Garis continuum evaluasi awal tingkat pengetahuan responden Keterangan: Simbol huruf pada garis continuum menyatakan : TM: Tidak Mengetahui, KM : Kurang Mengetahui, M : Mengetahui, dan SM : Sangat Mengetahui 123
TT KT T ST 0 120 240 360 480 179 (37.29 %) Gambar 2. Garis continuum evaluasi awal tingkat keterampilan responden Keterangan: Simbol huruf pada garis continuum menyatakan : TT : Tidak Terampil, KT : Kurang Terampil, T : Terampil, dan ST: Sangat Terampil Berdasarkan garis continuum pada Gambar 2, menunjukkan bahwa sebelum diadakan penyuluhan tentang peranan kelompoktanihanya sekitar 40 persen atau berada pada kategori kurang terampil. c. Tingkat Sikap Responden Hasil evaluasi awal tingkat sikap responden yang dilakukan dari 24 responden diperoleh nilai sebagai berikut: Skor = 268 Skor tertinggi = 24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah = 24 x 5 x 1 = 120 Dengan demikian tingkat sikap awal responden tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna sebelum mengikuti penyuluhan adalah: 268 x 100% 480 = 37.29 % Berdasarkan garis continuum (Gambar 3), menunjukkan bahwa sebelum diadakan penyuluhan tentang peranan kelompoktanihanya sikap responden sekitar 55,83 persen atau berada pada kategori setuju. Evaluasi Akhir a. Tingkat Pengetahuan Responden Hasil evaluasi akhir yang dilakukan terhadap 24 petani responden maka diperoleh tingkat pengetahuan dengan nilai sebagai berikut: Skor = 328 Skor tertinggi =24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah =24 x 5 x 1 = 120 Tingkat pengetahuan akhir petani responden tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani mengikuti penyuluhan adalah: 328 x 100% 480 =68.33% TS KS S SS 0 120 240 360 480 268 (55.83 %) Gambar 3. Garis kontinuum evaluasi awal sikap responden Keterangan: TS : Tidak Setuju, KS: Kurang Setuju, S : Setuju, dan SS: Sangat Setuju 124
b. Tingkat Pengetahuan Responden Hasil evaluasi akhir yang dilakukan terhadap 24 petani responden maka diperoleh tingkat pengetahuan dengan nilai sebagai berikut: Skor = 328 Skor tertinggi =24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah =24 x 5 x 1 = 120 Tingkat pengetahuan akhir petani responden tentang peranan kelompoktanisebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna setelah mengikuti penyuluhan adalah: c. Tingkat Keterampilan Responden Berdasarkan hasil evaluasi akhir tingkat keterampilan responden yang dilakukan terhadap 24 responden diperoleh nilai sebagai berikut: Skor = 297 Skor tertinggi = 24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah = 24 x 5 x 1 = 120 Dengan demikian tingkat keterampilan akhir responden tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna sebelum mengikuti penyuluhan adalah: 328 x 100% 480 = 68.33% Garis continuum pada Gambar 4, menunjukkan bahwa setelah diadakan penyuluhan tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah, termasuk dalam kategori mengetahui. 297 x 100% 480 =61.87% Garis continuum pada Gambar 5, menunjukkan bahwa setelah diadakan penyuluhan tentang peranan kelompoktani hanya sekitar 61,87 persen atau berada pada kategori terampil. TM KM M SM 0 120 240 360 480 328 (68.33 %) Gambar 4. Garis continuum evaluasi akhir tingkat pengetahuan responden Keterangan: TM: Tidak Mengetahui, KM: Kurang Mengetahui, M: Mengetahui, dan SM: Sangat Mengetahui TT KT T ST 0 120 240 360 480 297 (61.87 %) Gambar 5. Garis continuum evaluasi akhir tingkat keterampilan responden Keterangan : TT: Tidak Terampil, KT: Kurang Terampil, T: Terampil, dan ST: Sangat Terampil 125
d. Tingkat Sikap Responden Hasil evaluasi akhir tingkat sikap responden yang dilakukan dari 24 responden diperoleh nilai sebagai berikut: Skor yang diperoleh : 344 Skor tertinggi : 24 x 5 x 4 = 480 Skor terendah : 24 x 5 x 1 = 120 Dengan demikian tingkat sikap akhir responden tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna setelah mengikuti penyuluhan adalah : 344 x 100% 480 = 71.66 % Garis continuum pada Gambar 6, menunjukkan bahwa setelah diadakan penyuluhan tentang peranan kelompoktani hanya sikap responden sekitar 71,66 persen atau berada pada kategori setuju. Untuk mengetahui perubahan dan peningkatan perolehan nilai responden dari nilai maksimun pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap petani responden, dapat dilihat pada rekapitulasi yang tertera pada Tabel 14. TS KS S SS 0 120 240 360 480 344 (71.66 %) Gambar 6. Garis continuum evaluasi akhir sikap responden Keterangan: TS: Tidak Setuju, KS: Kurang Setuju, S: Setuju, dan SS: Sangat Setuju Tabel 14. Rata-rata tingkat perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani responden terhadap peranan kelompoktani dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah Deskripsi Nilai Max Tes awal Nilai Yang diperoleh % Kurang Tes Akhir Perubahan % Kurang Nilai % Pengetahuan 480 157 33.7 66.3 328 68.33 31.67 171 34.63 Keterampilan 480 179 37.29 62.3 297 61.87 38.13 118 24.58 Sikap 480 268 55.83 44.71 344 71.66 28.34 76 15.83 Sumber: Data primer diolah, 2010. 126
Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat perubahan pengetahuan petani responden meningkat sebesar 34.63 persen, keterampilan 24.58 persen dan sikap 15.83 persen. Perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap tersebut dapat diasumsikan bahwa penyuluhan tentang peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama dan sebagai unit produksi dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah dapat diterapkan oleh petani responden. F. Efektivitas Penyuluhan Pertanian Evaluasi penyuluhan merupakan salah satu bagian untuk menentukan efektivitas dan dampak penyuluhan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil efektivitas penyuluhan pertanian terhadap peranan kelompoktani dalam pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah di Kelurahan Lanna mencapai 43.36 persen, ini berarti penyuluhan yang dilaksanakan cukup efektif, hal tersebut didukung hasil penelitian (Ginting, 1994), menyatakan bahwa efektivitas penyuluhan berada pada kisaran 33%-66%, artinya efektifitas penyuluhan tersebut berada pada kategori cukup efektif. KESIMPULAN 1. Hubungan peranan kelompoktani sebagai kelas belajar, sebagai wahana kerjasama, dan sebagai unit produksi memberikan pengaruh yang sangat nyata (<0.01) terhadap pemenuhan kebutuhan usahatani padi sawah, sedangkan kelas belajar dan unit produksi memberikan pengaruh yang tidak nyata (> 0.05) 2. Peranan kelompoktani berada pada kategori cukup, dengan nilai antara 41-60 persen. 3. Terjadi perubahan tingkat pengetahuan (34.63%), keterampilan (24.58%) dan sikap (15.83%) setelah dilakukan penyuluhan. 4. Efektifitas penyuluhan pertanian berada pada kategori cukup efektif yaitu 43.36 persen. DAFTAR PUSTAKA Abbas. S, 1995. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Sekretaris Badan Pengendali Bimas Jakarta: Departemen Pertanian. Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Indonesia Tahun 2011. Jakarta. Ginting, E., 1994. Pokok-Pokok Pikiran Penerapan Metode Penelitian Sosial Dalam Program Kerja Lapang. Universitas Brawijaya Malang. Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. 127