BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer. Salah satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (Saifuddin, 2003). Populasi dunia diperkirakan akan stabil antara 10 milyar dan 11 milyar per tahun 2010. Kira-kira 95% pertumbuhan akan terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, sehingga pada tahun 2010, 13% populasi akan bertempat tinggal di negara maju, suatu penurunan dari jumlah sebesar 25% saat ini (Speroff dan Darney, 2005). Angka kematian ibu di Indonesia juga tertinggi di Asia, hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 ada 228/100.000 kelahiran hidup. AKI adalah indikator kunci keberhasilan sistem kesehatan sebuah negara dan menjadi area prioritas dan MDGs. Menurut Bank Dunia, AKI di Indonesia bisa menjadi lebih tinggi karena tidak semua kasus dilaporkan dan tercatat dalam data statistik negara. Sesuai pembangunan millenium pada 2015, BKKBN akan mendorong kampanye penggunaan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD (intra uterine device). Kampanye yang dilakukannya telah memberikan hasil walaupun dianggap masih kurang. Telah terjadi peningkatan pada tahun 2010 dimana capaian IUD naik 55% dibandingkan tahun 2009, diharapkan pada tahun 2011 naik 20-30% (Nasir, 2011).
Untuk mencegah ledakan penduduk menurut perkiraan pada tahun 2060 akan ada 475 juta penduduk seluruh Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) menggiatkan program KB dengan melatih sebanyak 35 ribu bidan untuk melayani pemasangan IUD dan implan (kontrasepsi). Selain bidan, BKKBN juga melatih sekitar 10 ribu dokter. Pada tahun 2011 ini sebanyak 35 ribu bidan yang tersebar di seluruh Indonesia sedang dilatih pemasangan kontrasepsi (Nasir, 2011). Menurut data ada 29 juta pemakai kontrasepsi di tanah air, 0.9% memakai kondom, 8% yang memakai IUD, implan 12%, pil 27% dan suntikan 32%. Dari 25 juta pasangan yang telah terpenuhi kebutuhan kontrasepsinya melalui program KB diketahui 6,5 juta kehamilan yang tidak diinginkan berhasil dicegah, lebih dari 200.000 kematian bayi akibat aborsi dapat dicegah dan 12.197 ibu terhindar dari kematian akibat komplikasi persalinan. Prevalensi penggunaan kontrasepsi modern di kalangan perempuan usia subur yang telah menikah mencapai 57,2% dan The Population Bureau memperkirakan penduduk Indonesia akan mencapai 290 juta pada tahun 2025 nanti (Nasir, 2011). Hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Aceh sementara berjumlah 4.486.570 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.243.578 orang dan perempuan sebanyak 2.242.992 orang berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh. Laporan BPS tentang kependudukan Aceh itu juga menyebutkan penyebaran penduduk Aceh masih bertumpu di Kabupaten Aceh Utara sebesar 11,81 persen(yusuf, 2010). Berdasarkan penelitian Rasmina (2010), peran suami menurut istri dalam pemakaian alat kontrasepsi sebagai motivator baik (75.5%), sebagai fasilitator baik (67.3%), dan sebagai edukator baik (63.6%). Sedangkan menurut penelitian
Radita (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada pasangan subur, memiliki hubungan bermakna adalah umur istri (p=0,011), jumlah anak (p=0,049), tingkat pendidikan (p=0,018). Sedangkan faktor tingkat kesejahteraan keluarga (p=1,000), kepemilikan Jamkesmas (p=0,485), tingkat pengetahuan (p=0,537), dukungan pasangan (p=1,000), dan pengaruh agama (p=1,000) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan PUS (Kusumanigrum, 2009). Menurut penelitian Junita (2008, faktor-faktor yang mempengaruhi pemaaian alat kontrasepsi pada istri PUS, memiliki hubungan bermakna jumlah anak (p=0,008), pengetahuan (p=0,014), sikap (p=0,041), faktor pendukung dan pendorong adalah variabel ketersediaan alat (p=0,001), dan dukungan petugas kesehatan (p=0,005). Peran dan tanggung jawab pria dalam Keluarga Berencana perlu ditingkatkan. Program Keluarga Berencana perlu ditingkatkan agar pria dapat mendukung pilihan kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan komunikasi diantara suami istri, meningkatkan penggunaan kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan infeksi menular seksual (Saifuddin, 2003). Norplan merupakan metode pengontrol kehamilan yang sangat efektif. Pada penelitian yang dilakukan di 11 negara, dengan total sebesar 12.133 tahunwanita penggunaan, angka kehamilan adalah sebesar 0,2 kehamilan per 100 tahun-wanita penggunaan kecuali satu kehamilan yang terjadi saat evaluasi ini ditemukan pada saat penyisipan implan. Jika penyisipan yang dilakukan pada fase luteal ini disingkirkan dari analisis, angka kehamilan tahun pertama adalah 0,01 per 100 tahun-wanita penggunaan (Speroff dan Darney, 2005).
Berdasarkan penjajakan awal di wilayah kerja Puskesmas Paya Bakong, 5% dari 11% ibu-ibu memakai implan mengungkapkan bahwa tidak bisa memakai kontrasepsi yang lain, karena efek samping yang ditimbulkan oleh kontrasepsi yang lain dan juga dianjurkan oleh suami dikarenakan sangat efektif dan metode kontrasepsi jangka panjang. Berdasarkan latar belakang dan penjajakan awal peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan suami terhadap pemilihan kontrasepsi implan di Puskesmas Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara tahun 2012. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah hubungan dukungan suami terhadap pemilihan kontrasepsi implan di Puskesmas Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan suami terhadap pemilihan kontrasepsi implan di Puskesmas Paya Bakong Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus. a) Untuk mengetahui dukungan suami terhadap istri yang memakai kontrasepsi implan dan selain implan berdasarkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif b) Untuk mengidentifikasi dukungan suami terhadap istri yang memakai kontrasepsi implan c) Untuk mengidentifikasi dukungan suami terhadap istri yang memakai kontrasepsi selain implan
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktek kebidanan Sebagai informasi bagi pelayanan kebidanan bahwa ada hubungan dukungan suami terhadap pemilihan kontrasepsi implan. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal konseling keluarga berencana khususnya kontrasepsi implan. 3. Bagi masyarakat Sebagai informasi bagi masyarakat bahwa ada hubungan dukungan suami terhadap pemilihan kontrasepsi implan dan implan merupakan kontrasepsi yang efektif.