WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

Walikota Tasikmalaya

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM WALIKOTA SERANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM TIDAK BERYODIUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN TOKO OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENGUJIAN MUTU KOMODITI PERTANIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

Transkripsi:

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT \ PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 1 TAHUN 2014 T... TENTANG PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya dan keamanannya menjadi hak azazi setiap manusia dalam rangka mewujubkan sumber daya manusia yang berkuliatas; b. bahwa Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, salah satunya kualitas kesehatan masyarakat; c. bahwa produk pangan yang beredar di Kota Payakumbuh harus bebas dari penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi ambang batas dan penggunaan Bahan Berbahaya sebagai BTP ; d. bahwa penyediaan bahan pangan sehat harus menggunakan bahan pangan yang aman dan Bahan Tambahan Pangan yang bebas dari penyalahgunaan Bahan Berbahaya; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah Tentang Pangan Sehat dan Bebas Bahan Berbahaya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil di Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintah Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 19); 1

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan); 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya; 10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M- DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23/M-DAG/PER/9/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M- DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya); 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 757); 12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 942 Tahun 2003 Tentang Pedoman Persayaratan Hiegene Sanitasi Makanan Jajanan); 13 Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2013 Tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan); lembaran); 2

14. Peraturan Daerah Kota Paykaumbuh Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di Lingkungan Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 03) sebagaimana dirubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Ketiga Atas Peraturan Daerah Kota Paykumbuh Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di Lingkungan Kota Paykumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2013 Nomor 11); 15. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2013 Nomor 03) Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dan WALIKOTA PAYAKUMBUH MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Payakumbuh. 2. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Payakumbuh. 4. Walikota adalah Walikota Payakumbuh. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kota Payakumbuh. 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Payakumbuh. 3

7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh. 8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah SKPD terkait dalam penegakan peraturan daerah Tentang pangan sehat dan bebas bahan berbahaya. 9. Penduduk adalah Penduduk Kota Payakumbuh yang terdaftar dan memiliki Kartu Tanda Penduduk serta berdomisili di Kota Payakumbuh. 10. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 11. Pangan Sehat adalah makanan yang memiliki kandungan gizi yang seimbang, mengandung serat-serat yang dibutuhkan tubuh dan tidak mengandung bibit penyakit atau racun serta memenuhi syarat hiegene sanitasi. 12. Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan Pangan. 13. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. 14. Pangan siap saji adalah makanan dan/atau minuman yang sudah diolah dan siap untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha. 15. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah bentuk pangan. 16. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. 17. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan. 18. Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. 19. Sanitasi pangan adalah upaya untuk pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik 4

pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. 20. Persyaratan sanitasi adalah standar kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi sebagai upaya mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen dan mengurangi jumlah jasad renik lainnya agar pangan yang dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan dan jiwa manusia. 21. Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadai dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. 22. Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan/atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan. 23. Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat /atau bentuk pangan. 24. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun (toksisitas). 25. Penyalahgunaan adalah penggunaan bahan berbahaya dalam pangan pada proses produksi pangan dan/atau pangan olahan. 26. Peredaran pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran pangan kepada masyarakat, baik untuk diperdagangkan maupun tidak. 27. Penyimpanan pangan adalah proses, cara dan/atau kegiatan menyimpan pangan baik di sarana produksi maupun distribusi. 28. Pengangkutan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka memindahkan pangan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara atau sarana angkutan apapun dalam rangka produksi, peredaran dan/atau perdagangan pangan. 29. Industri rumah tangga pangan adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. 30. Rekayasa Genetik Pangan adalah suatu proses yang melibatkan pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu menghasilkan produk Pangan yang lebih unggul. 5

31. Pangan Produk Rekayasa Genetik adalah Pangan yang diproduksi atau yang menggunakan bahan baku, Bahan Tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik. 32. Makanan Jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh Pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran dan hotel. 33. Hygiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan Faktor resiko terjadi kontaminasi terhadap makanan, orang, tempat dan Peralatan agar aman dikonsumsi. BAB II KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN Pasal 2 1) Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mendistribusikan dan memperdagangkan, pangan wajib memenuhi standar dan persyaratan, keamanan, mutu, dan gizi pangan; 2) Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pangan segar, pangan siap saji, pangan olahan, rekayasa genetik pangan, pangan produk rekayasa genetik dan makanan jajanan; 3) Standar dan pedoman keamanan, mutu, dan gizi pangan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 1) Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan diperdagangkan. 2) Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut. Pasal 4 1) Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan bertanggung jawab dan berwenang mengeluarkan sertifikat keamanan, mutu, dan gizi pangan; 2) Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan menetapkan syarat serta tata cara pemberian sertifikat keamanan, mutu dan gizi pangan; 3) Syarat dan tata cara pemberian sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. 6

BAB III SANITASI PANGAN Pasal 5 Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mendistribusikan dan memperdagangkan pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. BAB IV PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN Pasal 6 Setiap orang yang memproduksi Pangan dilarang menggunakan: a. BTP yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan; dan/atau b. Bahan Berbahaya sebagai BTP; c. Penggunaan BTP sebagaimana yang dimaksud huruf a sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB V PENGAWASAN BAHAN BERBAHAYA Pasal 7 1) Setiap orang dilarang menggunakan Bahan Berbahaya pada proses produksi Pangan. 2) Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pangan segar, pangan siap saji, pangan olahan, pangan olahan, rekayasa genetik pangan, pangan produk rekayasa genetik dan makanan jajanan. 3) Jenis Bahan Berbahaya yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 1) Setiap orang dilarang memperjualbelikan dan/atau mengemas kembali Bahan Berbahaya dalam kemasan yang lebih kecil tanpa memiliki izin usaha perdagangan khusus Bahan Berbahaya. 7

2) Izin usaha perdagangan khusus Bahan Berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. Distributor Terdaftar Bahan Berbahaya; atau b. Importir Terdaftar Bahan Berbahaya Pasal 9 1) Izin usaha khusus perdagangan Bahan Berbahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) diterbitkan oleh Walikota melalui SKPD yang mempunyai kewenangan dalam bidang perizinan. 2) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria dan tata laksana pemberian izin usaha khusus perdagangan Bahan Berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 10 1) Walikota melakukan pembinaan terhadap Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mendistribusikan, memperdagangkan pangan, distributor Bahan Berbahaya terdaftar, Pengecer Bahan Berbahaya Terdaftar dan BTP di Daerah 2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD terkait. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 11 1) Walikota melalui SKPD terkait melakukan pengawasan terhadap Sarana dan Pra Sarana Produksi, Tempat Penyimpanan, Produsen, Pendistribusian, dan perdagangan pangan, serta pengawasan distributor Bahan Berbahaya terdaftar, Pengecer Bahan Berbahaya Terdaftar dan BTP di Daerah. 2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : a. Hygiene dan sanitasi pangan b. Penggunaan BTP yang melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. 8

c. Penyalahgunaan Bahan Berbahaya pada produk pangan. d. pengadaan dan peredaran Bahan Berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 3) Dalam rangka melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Walikota menetapkan tim pengawas terpadu. 4) Tim Pengawas Terpadu berwenang: a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan untuk kegiatan pengadaan, proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan Bahan Berbahaya untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh produk yang diduga menggunakan Bahan Berbahaya; b. menghentikan, memeriksa, dan mencegah setiap sarana angkutan yang diduga atau patut diduga digunakan dalam pengangkutan produk yang diduga menggunakan Bahan Berbahaya serta mengambil dan memeriksa contoh produk; c. membuka dan meneliti setiap kemasan Bahan Berbahaya; d. memeriksa setiap buku, dokumen, atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau perdagangan Bahan Berbahaya, termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; dan/atau e. memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha dan/atau dokumen lain sejenis. f. melanjutkan hasil pengawasan kepada pihak yang berwenang untuk diproses secara hukum pada tingkat selanjutnya. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 12 1) Masyarakat memiliki peran seluas-luasnya dalam ikut serta melakukan pengawasan berupa: a. memberi saran dan masukan; b. melaporkan permasalahan; dan/atau c. melaporkan dugaan penggunaan BTP yang melebihi batas maksimum dan penyalahgunaan bahan yang dilarang sebagai BTP dan Bahan Berbahaya pada Pangan. 2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara melaporkan setiap orang yang diduga menggunakan Bahan Berbahaya dalam proses produksi pangan. 3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Walikota melalui SKPD terkait. 9

BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 13 Pembiayaan atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 14 1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kota Daerah diberikan wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak lanjut pidana dibidang pangan agar keterangan dan laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang sehubungan dengan tindak pidana pangan; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang, pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana pangan; d. Memeriksa buku-buku catatan-catatan, dokumen-dokumen lainnya serta melakukan penyitaan terhadap barang tersebut; e. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan barang bukti, pembukuan, pencatatan dan dokumen lainnya serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta batuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaimana tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; 10

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. 4) Penyidikan sebagimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia BAB X SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 15 1) Pelanggaran terhadap pasal 2, pasal 3 dan pasal 5 dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenai sanksi administratif. 2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran; b. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen; c. ganti rugi; dan/atau pencabutan izin. 3) Sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf di diberikan oleh instansi/pejabat yang mengeluarkan izin baik dengan atau tanpa rekomendasi Walikota. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 16 1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 6,pasal 7 dan Pasal 8 Peraturan Daerah dikenai pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggaran. 3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan ke kas daerah. 11

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Ditetapkan di : Payakumbuh Pada tanggal 12 Agustus 2014 Diundangkan di : Payakumbuh Pada tanggal :12 Agustus 2014 SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dto BENNI WARLIS WALIKOTA PAYAKUMBUH dto RIZA FALEPI LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2014 NOMOR 1 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM PRIMA YANUARITA Pembina Tingkat I (IV/b) NIP.19650102 199112 2 001 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH, PROVINSI SUMATERA BARAT (1/2014) 12

13