BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan YME, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan anak-anak terlantar

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB I PENDAHULUHAN. Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelanggaran mendasar atas hak-hak anak. Tekanan fisik dan emosi yang. yang mereka alami bukan karena kehendaknya.

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK JALANAN. Tata Sudrajat

BAB II PERILAKU SEKS BEBAS PADA ANAK JALANAN DAN DAMPAKNYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain tidak mungkin dapat

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di_Terminal_Amplas_%28Studi_Kasus_Anak_yang_Bekerja_Sebagai_Penyapu_An

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk akan selalu diiringi oleh bertambahnya kebutuhan. Pertumbuhan

Institute for Criminal Justice Reform

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

SELF-DISCLOSURE PADA SESAMA ANAK JALANAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena anak hidup dijalan sudah mulai menjadi perbincangan sejak awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari keluarga, dan menempati tempat-tempat umum dibagian-bagian tertentu dari kotakota besar. Berkonflik dengan hukum, seperti dituduh, disangka, didakwa dan divonis bersalah atas tindak kejahatan, merupakan salah satu resiko yang sering dihadapi anak jalanan. Tindak kejahatan yang sering kali dituduhkan atau memang dilakukan oleh anak jalanan adalah tindakan kejahatan kecil-kecilan, seperti mencuri, mencopet, dan menjambret. Alasan yang umum dikemukakan anak jalanan atas tindakan tersebut adalah tuntutan perut atau kebutuhan mendesak lainnya. Hal ini terjadi ketika pekerjaan yang biasa dilakukan tidak bisa lagi menghasilkan uang seperti yang diharapkan. Sejauh ini anak hidup dijalan memiliki cara-cara tertentu untuk bertahan hidup, seperti membangun solidaritas kelompok, menyembunyikan identitas seperti menggunakan nama samaran agar tidak mudah ditemukan pihak lawan, mengarang cerita untuk bertahan dan mengkonsumsi makanan sisa atau hoyen supaya bisa survive. Akan tetapi, strategi yang mereka terapkan hanya mampu menyentuh wilayah hubungan sosial, sementara untuk menghadapi faktor resiko yang berpangkal dari faktor struktural seperti masalah identitas kewarganegaraan

dan kekerasan negara dalam operasi tertib sosial, anak hidup di jalan tidak memiliki strategi yang ampuh untuk menghadapinya. Tidak jarang anak jalanan juga sangat rentan untuk mendapat kekerasan seksual. Kekerasan tersebut juga adakalanya dilandasi motif ekonomi dengan memanfaatkan seksualitas anak-anak. Seperti di Binjai dijumpai indikasi kuat mengenai adanya sindikat perdagangan anak untuk tujuan seksual dimana salah satu sasarannya adalah anak jalanan perempuan. Kurangnya informasi tentang seluk beluk tindak penculikan dan bayangan tentang kondisi hidup yang lebih baik, membuat seorang anak perempuan yang hidup sendirian di jalanan akan mudah percaya kepada pihak yang menjanjikan pekerjaan yang layak.(gempita, 2005:5) Di wilayah Jakarta, menurut data Kepolisian Daerah, telah terjadi sekitar 533 kasus kekerasan seksual terhadap anak. Kasus-kasus itu terutama meliputi mereka yang hidup sebagai pengamen, pedagang asongan dan mereka yang berasal dari keluarga tak mampu. Hal itu menandakan, bahwa kekerasan diluar lingkungan keluargapun tak kalah tajam mengintai anak-anak kita.kekerasan seksual menjadi kasus paling menonjol sepanjang tahun 2000-2007. Hanya dalam waktu 7 tahun, Pusat Krisis Terpadu (PKT) Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSUCPM), mencatat 533 kekerasan seksual terhadap anak, termasuk anak jalanan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Menurut catatan PKT RSUCPM, 284 anak perempuan dibawah umur 18 tahun diperkosa dan 233 mengalami kekerasan seksual lainnya. Sedangkan sisanya sejumlah 16 orang adalah anak laki-laki yang juga mengalami kekerasan seksual.(www.google.com)

Pada awal kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai penyebab utama munculnya anak jalanan (Putranto, 1992). Hubungan kemiskinan dengan faktor-faktor lain yang membuat anak-anak beresiko turun ke jalan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang membuat anak beresiko menjadi anak jalanan antara lain; faktor keluarga dan faktor lingkungan. Hasil pengumpulan survei dilapangan menunjukkan bahwa kekerasan yang terjadi dalam keluarga menjadi faktor penting yang mendorong anak untuk turun ke jalan disamping faktor lingkungan. Motif kekerasan terhadap anak dapat terkait dengan masalah ekonomi. Hal ini bisa terjadi ketika sebuah keluarga mengalami berbagai masalah akibat beban ekonomi yang tidak tertahankan.sebagian atau seluruh masalah keluarga kemudian terpaksa dibebankan pada anak-anak mereka. Bentuk pelimpahan beban itu bukan saja memaksa anak bekerja,tetapi bisa juga menjadikan anak sebagai sasaran pelampiasan kekesalan terhadap keadaan. Ketika si anak sudah menjadi sasaran pelampiasan kekesalan, maka tindak kekerasan sangat mungkin akan dilakukan orangtua terhadap anak-anak mereka. Ada kalanya kekerasan dalam keluarga berkaitan dengan kasus perceraian orangtua, atau orangtua yang kawin lagi menyebabkan si anak tidak merasa nyaman hidup bersama orangtua tiri. Ketidaknyamanan itu selain memang nyata dirasakan si anak, juga akibat mitos-mitos tentang kekejaman ibu/ayah tiri. Lingkungan sosial tertentu dapat mendorong anak menjadi anak jalanan. Banyak ditemukan kasus dimana seorang anak yang pernah berkonflik dengan warga akibat tindakan kriminal yang dilakukannya merasa tidak nyaman lagi

tinggal di kampung tersebut. Anak seperti ini merasa dikucilkan dan tidak mampu lagi bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam kondisi seperti ini anak akan lebih mudah untuk terseret dalam kehidupan jalanan, apalagi bila si anak tersbut memang memiliki relasi yang relatif tetap dengan komunitas jalanan. Dalam kasus yang lain ditemukan juga bahwa seorang anak baik-baik saja terpengaruh teman atau orang dewasa di kampung tersebut memang bekerja di jalanan. Anak yang mengalami masalah dirumah atau disekolah akan semakin rentan apabila ia memiliki relasi yang relatif tetap dengan orang-orang yang beraktifitas di jalanan. Misalnya si anak tersbut memiliki tetangga yang bekerja di jalan atau memiliki teman-teman yang selama ini telah akrab dengan dunia jalanan. Persoalan anak jalanan dan anak terlantar di Sumatra utara tidak jauh berbeda dengan beberapa kota-kota besar di Indonesia. Gambaran situasi anak jalanan di Sumatra Utara dapat digambarkan dengan situasi anak jalanan di kota Medan. Setiap hari kita dapat menyaksikan lebih kurang 6-7 orang anak jalanan berada di beberapa persimpangan jalan protokol di kota Medan baik sebagai pengemis, pengamen, tukang semir sepatu, jualan asongan dan lain-lain yang menghabiskan waktu di jalan lebih dari 4 jam satu hari. Mereka seakan tidak pernah mengerti resiko dan bahaya yang dapat menghambat perkembangan mereka baik secara fisik, mental maupun sosial mereka yang mengharuskan mereka mampu bersaing dalam dunia jalanan yang penuh kebebasan. Berdasarkan catatan Pusaka Indonesia, jumlah anak jalanan di Sumatra Utara pada tahun 2007 belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan mencapai 5.650 anak jalanan yang tersebar di beberapa daerah kota di Sumatra

Utara. Jika dibandingkan dengan data 2003, jumlah anak jalanan di Sumatra Utara berjumlah 5.025 orang. Secara kuantitas terlihat bahwa jumlah anak jalanan meningkat sekitar 12% dalam kurun waktu 4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan anak jalanan di Sumatera Utara belum menunjukkan keberhasilan yang cukup signifikan. Faktor fisik, mental dan spritual seorang anak yang belum sempurna menjadikan anak belum matang dalam mengendalikan emosionalnya, kemudian kelemahan seoramg anak yang sering dimanfaatkan oleh orang yang lebih kuat untuk mengeksploitasi mereka. Selama ini telah terbangun labelisasi status mereka yang menjadi anak jalanan dengan stigma negative seperti anak nakal, preman, penodong dan lainlain. Tetapi ketika berfikir positif dalam membina mereka sesungguhnya mereka adalah generasi yang potensial, cerdas dan mandiri jika mereka dibina dan diarahkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Munculnya stigma negative masyarakat yang memojokkan keberadaan dan menyalahkan kemiskinan mereka merupakan beban mental bagi seorang anak. Mereka adalah anak-anak yang rentan berkonflik dengan hukum dan pada posisi membutuhkan perlindungan khusus. Faktor kebebasan, budaya persaingan hidup dijalanan, memacu kedewasaan (dewasa premature) dan pendidikan rendah membuat mereka tidak berfikir akibat/resiko mereka berada di jalanan. Sisi penyebab lainnya adalah kemajuan dan perkembangan Ibu kota profinsi seperti halnya kota Medan. Persoalan yang sama tidak hanya terjadi di Medan, tetapi juga terjadi beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Perkembangan kota metropolitan yang dapat mengundang berbagai komponen masyarakat untuk mengadu nasib di perkotaan walaupun dengan pertaruhan

kehidupan yang keras. Kenyataan hidup dalam persoalan miskin kota, kekacauan politik dan krisis ekonomi yang berkepanjangan akan memperjelas pemetaan dalam lingkungan sosial, dimana kekuatan ekonomi masyarakat dari golongan menengah ke bawah yang tidak mampu bertahan akan ambruk dengan kerasnya kehidupan di kota. Begitu juga sebaliknya, yang mampu bertahan dan menempatkan diri pada posisi yang aman akan tetap maju dan berkembang walaupun tantangan krisis ini masih berlanjut. Bagi anak-anak miskin perkotaan seperti halnya di kota Medan, konsep kemiskinan yang dialami tidak hanya dari faktor ekonomi saja, tetapi juga mengalami kemiskinan dalam bentuk tekanan dan pengurusan yang merupakan korban dari beberapa kebijakan yang tidak terlalu melihat kepentingan mereka yang seharusnya mendapat perhatian khusus untuk dapat bangkit dari keterpurukan ekonomi. Pusaka Indonesia, sebagai lembaga advokasi penegakan hak-hak asasi manusia (HAM) khususnya advokasi perlindungan dan penanganan anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus di Sumatera Utara. Lembaga yang berbadan hukum ini yang didirikan pada tanggal 10 Desember 2000 yang juga bertepatan pada hari hak asasi manusia sedunia.dari banyak LSM yang menjalani isu anak di Sumatera Utara pada hari ini, Pusaka Indonesia adalah salah satu yang berkonsentrasi pada tataran pendampingan hukum dan advokasi kebijakan.banyak dari mereka yang bermain pada tataran pendampingan lapangan dan pembinaan langsung di sentral-sentral berkumpulnya anak jalanan. Namun demikian sangat sedikit dari mereka yang memiliki kemampuan pendampingan dan pemberian bantuan hukum di tingkat kepolisian dan pengadilan, seperti yang dilakukan oleh Pusaka Indonesia selama ini, yang memang menyediakan tenaga relawan

pengacara khusus anak, dan bahkan telah banyak melatih tenaga pengacara muda untuk mendampingi anak.

B.Perumusan masalah Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan peneitian. Dalam suatu rancangan atau usulan penelitia perlu dibuat suatu perumusan masalah, yang bertujuan agar seluruh proses penelitia dapat berjalan sesuai arah dari mendapatkan hasil yang tepat pula. Maka berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimanakah peranan Yayasan Pusaka Indonesia dalam pendampingan dan penanganan terhadap anak jalanan yang berkonflik dengan hukum? C.Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian - Untuk memperoleh informasi dan fakta mengenai peranan Yayasan pusaka indonesia terhadap anak jalanan korban kekerasan, khususnya dalam proses pendampingan dan penanganan kasus tersebut. - Untuk mengetahui apakah peranan yang diberikan oleh Yayasan Pusaka Indonesia sudah tergolong efektif dalam memberikan pelayanan (pendampingan dan penanganan) terhadap anak yang berkonflik dengan hukum). C.2 Manfaat Penelitian - Bagi penulis dapat mempertajam kemampuan menulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berfikir penulis dalam menyikapi dan menganalisa masalah-masalah sosial, khususnya masalah anak jalanan. - Bagi Fakultas, dapat meberikan sumbangan yang positif terhadap keilmuan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan dapat bermanfaat dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam menyikapi masalah sosial khususnya masalah anak jalanan. - Bagi pihak lain, dapat menjadi masukan bagi Yayasan Pusaka Indonesia dalam peningkatan kualitas pelayanan ynag diberikan

terhadap anak jalanan korban kekerasan. Menjadi masukan bagi lembaga lain dan pemerintah. D. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Berisikan uraian dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah-masalah dan objek-objek yang diteliti dan juga berisikan kerangka berfikir, defenisi konsep, serta defenisi operasional. Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan teknis analisa data.

Bab IV : Deskripsi Lokasi Penelitian Bab ini berisikan sejarah singkat tentang berdirinya Yayasan Pusaka Indonesia dan gambaran mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian. Bab V : Analisis Data Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisis pembahasannya. Bab VI : Penutup Berisikan kesimpulan dan hasil penelitian serta saran-saran yang bermanfaat.