II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cabai besar berasal dari Amerika tepatnya di daerah Peru dan menyebar

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) termasuk tanaman semusim berbentuk perdu, berdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Cahyono (2014) menuliskan klasifikasi cabai merah adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

I. PENDAHULUAN. Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

I. TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu dari suku (famili), terong-terongan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu kali produksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat berbentuk perdu yang panjangnya

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pakcoy. Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cabai Besar 2.1.1 Morfologi Tanaman Cabai Besar Tanaman cabai besar berasal dari Amerika tepatnya di daerah Peru dan menyebar dari Meksiko hingga ke bagian utara Amerika Selatan dan Asia termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabai besar termasuk tanaman semusim yang tergolong ke dalam famili Solanaceae dengan nama ilmiah Capsicum annuum L. (Rubatzky dan Mas, 1999). Buah cabai sangat digemari karena memiliki rasa pedas dan dapat menambah selera makan. Cabai besar memiliki tampilan fisik beragam, dapat digolongkan dalam 2 kelompok yaitu cabai besar keriting dan cabai besar bukan keriting (Alex, 2012). Ciri khas pada cabai besar keriting diameter buah kecil, biasanya padat dan agak bergelombang kulitnya. Cabai besar bukan keriting memiliki diameter buah besar. Rasa pedas cabai besar bukan keriting tidak sepedas cabai besar keriting. Cabai besar mengandung nutrisi yang cukup banyak antara lain vitamin A dan C serta kandungan mineral (Rostini, 2012). Tanaman cabai besar merupakan tanaman berbentuk perdu atau semak biasanya tumbuh pada permukaan tanah dengan ketinggian kurang dari 1,5 meter. Tanaman cabai besar terdiri dari

8 beberapa bagian diantaranya bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah adalah bagian paling penting dari hasil utama produk (Alex, 2011). Secara morfologi akar pada cabai besar merupakan akar serabut yang tumbuh menyebar kearah samping (Alex, 2011). Akar cabai tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Batang cabai besar saat muda berwarna kehijauan sampai keunguan, memiliki ruas berwarna hijau atau ungu tergantung pada varietas apa yang dibudidayakan. Batang cabai besar mudah patah. Daun cabai besar memiliki bagian helaian daun dan tangkai daun. Bentuk daun lonjong sampai bulat dan bagian ujung daun meruncing. Warna daun cabai besar hijau kelam sampai keunguan. Bunga dari cabai besar memiliki susunan bunga dengan jumlah kuntum bunganya beragam sesuai dengan jenis varietas yang digunakan. Biasanya, tiap bunga mempunyai 5 daun buah dan 5-6 daun mahkota yang berwarna putih dan ungu tergantung pada varietasnya. Buah cabai besar yang telah matang umumnya berwarna kuning sampai merah. Letak buah cabai besar umumnya bergantung. Bentuk biji cabai besar adalah kecil, bulat pipih, dengan warna biji kuning kecoklatan (Tim Bina Karya Tani, 2008). 2.1.2 Syarat Tumbuh Jenis tanah yang cocok untuk tanaman cabai besar di Indonesia adalah jenis tanah alluvial dan mediteran. Proses pemanenan cabai besar akan lebih cepat jika

9 ditanam di daerah dengan jenis tanah lempung berpasir. Sebaliknya, cabai besar lebih lambat dipanen jika ditanam di tanah liat. Tanaman cabai besar dapat tumbuh optimal pada kisaran ph 5,5-6,8. Tanaman cabai besar memerlukan intensitas penyinaran matahari selama 10-12 jam karena cabai besar termasuk tanaman hari panjang (Ashari, 2006 dalam Ningsih, 2013). Pertumbuhan cabai besar pada musim hujan kurang optimal dikarenakan kurangnya intensitas cahaya matahari. Kurangnya intensitas cahaya matahari pada musim hujan dapat menghambat proses fotosintesis, sehingga dapat mengakibatkan penurunan hasil. Tanaman cabai besar memerlukan air yang cukup selama proses pertumbuhan terutama pada masa kritis. Kelembapan yang dibutuhkan cabai besar berkisar antara 60-80%. Suhu ideal untuk pertumbuhan cabai besar berkisar antara 25-30 0 C. Cabai besar dapat tumbuh secara optimal ketika ketinggian tempat sesuai dengan varietas yang digunakan. Secara umum, ada tiga jenis cabai besar berdasarkan kemampuan tumbuhnya, yaitu varietas yang ditanam di dataran rendah, dataran sedang, atau dataran tinggi sampai 2.500 meter diatas permukaan laut (Rostini, 2012 ; Alex 2012). 2.2 Penyakit Antraknosa Cabai Antraknosa adalah salah satu penyakit utama yang sering mewabah di pertanaman cabai besar dan dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 20-90% (Alex, 2011). Antraknosa disebabkan oleh cendawan C. capsici, C. gloeosporioides, dan C. acutatum. Penyakit antraknosa dapat terjadi pada biji, buah, batang, dan daun. Biasanya, intensitas serangan tertinggi terjadi pada buah yang telah matang (Redaksi Agromedia, 2011).

10 2.2.1 Penyebab Penyakit Semangun (2004) melaporkan bahwa penyebab dari penyakit antraknosa pada tanaman cabai adalah jamur C. capsici Sydow. Singh (1998) dalam Sibarani (2008) menyebutkan bahwa jamur C. capsici memiliki aservulus berbentuk bantalan hifa dengan seta pada bagian tepi atau di antara konidiofor. Aservulus dan stroma pada batang berbentuk hemispirakel dengan ukuran 70-120 µm, seta menyebar, dan berwarna coklat gelap sampai coklat muda. Konidiofor tidak bercabang, konidia terdapat diujung konidiofor yang memanjang. Konidia berbentuk hialin, uniseluler dengan ukuran 17-18 x 3-4 µm. 2.2.2 Gejala Penyakit Antraknosa Gejala penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur C. capsici yaitu berupa bercak coklat kehitaman, bercak meluas kemudian menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang terdiri dari banyak seta dan konidium jamur (Semangun, 2004). Rostini (2012) melaporkan bahwa pada kelembapan tinggi, cendawan akan membentuk selaput berwarna putih yang akan meluas di sekitar bagian yang terserang penyakit antraknosa. Serangan dari cendawan ini dimulai pada saat buah masih tergantung, dan menyerang buah pascapanen. Menyebabkan mati ujung, jika menyerang buah yang masih hijau. Serangan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah, jika telah berkecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa mengakibatkan mati pucuk, serangan lebih lanjut dapat

11 mengakibatkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman pada daun dan batang (Tim Bina Karya Tani 2008 ; Alex 2011). 2.2.3 Daur Penyakit Semangun (2004) melaporkan bahwa daur penyakit dari jamur penyebab penyakit antraknosa adalah jamur pada buah masuk ke dalam biji lalu menginfeksi biji. Tarigan dan Wiryanto (2003) menyatakan bahwa biji dari tanaman yang sakit akan menginfeksi semai yang tumbuh. Daun dan batang yang terserang jamur selanjutnya akan menyerang buah-buah pada tanaman cabai besar. Jamur dapat bertahan pada tanaman yang sedang tumbuh sampai tanaman tersebut menghasilkan buah hijau. Sisa-sisa dari tanaman sakit dapat digunakan oleh jamur sebagai tempat untuk mempertahankan diri. Alex (2012) menyebutkan bahwa serangan C. capsici dapat terjadi pada biji, batang, buah dan daun. Umumnya, serangan tertinggi terjadi pada buah yang telah matang. 2.2.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit antraknosa antara lain, suhu dan kelembaban. Perkembangan bercak dan sporulasi jamur C. capsici paling baik terjadi pada suhu 30 o C (Astuti dan Suhardi dalam Semangun, 2004). Alex (2012) melaporkan bahwa curah hujan yang tinggi akan mempercepat tanaman tumbuh dan bersifat sukulen sehingga tanaman mudah terserang patogen, busuk dan mati. Pada musim hujan, kelembapan lingkungan mencapai 100% jamur C. capsici dapat tumbuh dengan baik. Tim Bina Karya Tani (2008) menyebutkan bahwa jarak tanam yang terlalu rapat, kebersihan kebun

12 yang tidak diperhatikan, menanam cabai besar dekat dengan cabai besar yang terinfeksi, tidak memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, menggunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi akan mendukung pertumbuhan jamur C. capsici. 2.2.5 Pengendalian dan Pencegahan Alex (2012) melaporkan cara pencegahan dari penyakit antraknosa adalah melakukan proses sterilisasi media semai dengan menggunakan oven pada suhu 150 o C selama tiga jam, memperhatikan sistem pengairan pada saat masa kritis tanaman, yaitu saat pertumbuhan vegetatif, pembentukan bunga dan buah. Redaksi Agromedia (2011) menyebutkan bahwa serangan penyakit antraknosa dapat dikendalikan dengan melakukan rotasi tanaman yaitu tidak menanam tanaman dari famili solanaceae (terong, tomat dan lain-lain). Menggunakan mulsa hitam perak yang berguna untuk memantulkan sinar matahari pada bagian bawah permukaan daun atau tanaman sehingga kelembaban kebun tidak tinggi. 2.3 Fungisida Nabati Fungisida nabati adalah fungisida yang bahan aktifnya berasal dari bagian tanaman seperti akar, batang, biji, bunga, buah dan daun. Kelemahan dari fungisida nabati adalah daya racun yang ditimbulkan rendah, proses pembuatan fungisida yang kurang praktis dan daya simpan fungisida tidak tahan lama (Setiawati dkk., 2008). Asmaliyah dkk. (2010) menyatakan bahwa fungisida nabati telah dimanfaatkan oleh nenek moyang kita untuk melindungi tanamannya dari serangan organisme

13 pengganggu tumbuhan. Mereka menggunakan fungisida nabati dengan alasan bahan yang digunakan dapat ditemukan di lingkungan pemukimannya dan dapat dibuat secara tradisional. 2.3.1 Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Klasifikasi tanaman mimba menurut Setiawati dkk. (2008) adalah: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Sub kelas : Sympatalae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Morinda Spesies : Morinda citrifolia L. Setiawati dkk. (2008) melaporkan bahwa tanaman mengkudu disebut pace (Jawa), cangkuang atau cangkudu (Sunda), mangkudu (Nias), kodhuk (Madura) dan mangkudu, mengkudu (Sumatera). Tanaman mengkudu dapat mencapai tinggi sekitar 3-8 m, bercabang banyak, berdaun lebar, tebal, dan permukaan daun licin serta mengkilap. Biji mengkudu berwarna coklat kehitaman. Buahnya berwarna hijau mengkilap, berbentuk lonjong terdapat trotol-trotol pada permukaannya, dan ketika masak buahnya berubah warna menjadi krim keputih-putihan. Daging buah banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk.

14 Gambar 1. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.). Hasil penelitian Efri dan Aeny (2004) menyebutkan bahwa penggunaan ekstrak buah utuh mengkudu efektif untuk menekan pertumbuhan Ralstonia sp. pada tanaman pisang. Senyawa fenol yang terdapat dalam mengkudu berfungsi sebagai antibakteri karena dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Senyawa fenol terdiri dari antraquinon, acubin, dan alizarin (Bangun dan Sarwono, 2002 dalam Efri dan Aeny, 2010). Ekstrak daun mengkudu mengadung senyawa alkaloid seperti antraquinon, glikosida, dan resin yang mempunyai sifat antifungi dan antimikroba. Daun mengkudu telah terbukti memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat melawan bakteri Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Escherichia coli (Djauhariya dkk., 2006). Mengkudu memiliki kandungan zat kimia lain antara lain scopoletin sebagai anti jamur, antraquinon untuk melawan infeksi bakteri dan jamur, terpens sebagai bioflavanoid dan karotenoid yang berfungsi sebagai zat anti infeksi fungi dan bakteri, dan xeronine anti infeksi jamur (Puspita dan Andriani, 2005). Efri (2010) melaporkan ekstrak daun mengkudu mempunyai pengaruh yang lebih baik untuk

15 menekan perkembangan penyakit antraknosa cabai dibandingkan dengan ekstrak bagian tanaman mengkudu yang lain. Rani dkk. (2013) menyatakan bahwa ekstrak daun mengkudu dengan pelarut air efektif menghambat pertumbuhan diameter koloni jamur C. capsici. Selaras dengan penelitian tersebut Knobloch dkk. (1989) dalam Nurmansyah (2010) menyatakan senyawa-senyawa yang tergolong dalam alkaloid memiliki sifat antimikroba karena akan terjadi gangguan proses metabolisme di dalam sel sehingga akan mengganggu pertumbuhan sel, dan pada konsentrasi tertentu dapat berakibat kematian pada sel jamur. 2.3.2 Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) Klasifikasi tanaman mimba menurut Setiawati dkk. (2008) adalah: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Dialypetaleae : Rutales : Meliaceae : Azadirachta : Azadirachta indica A. Juss. Tanaman mimba dengan tinggi mencapai 20 m, daunnya majemuk berbentuk lonjong dan bergerigi. Daunnya sangat pahit dan bijinya bau seperti bawang putih. Buah berbentuk elips, berdaging tebal, panjang 1,2-2 cm, berwarna hijau kekuningan ketika masak. Tanaman ini dapat tumbuh optimal di lahan kurang subur, berpasir dan berbatu. Produksi daun mimba akan lebih banyak ketika tanaman ini tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi. Tanaman mimba

16 mengandung beberapa senyawa kimia diantaranya azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin, di mana kandungan bahan aktif tertinggi terdapat pada bagian biji (Setiawati dkk., 2008). Tanaman mimba terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang tegak, berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, dan berwarna coklat. Daun majemuk, berbentuk lonjong, dan tepi bergerigi. Bunga mimba berwarna putih dan memiliki aroma seperti madu. Buah bulat telur dan berwarna hijau. Biji bulat, berdiameter 1 cm, dan berwarna putih (Ambarwati, 2011). Gambar 2. Tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss). Syarmalina dan Dian (2005) melaporkan bahwa ekstrak daun mimba berpotensi sebagai antibakteri karena memiliki kandungan bahan aktif azadirachtin, paraisin, alkaloid, dan komponen-komponen minyak atsiri yang mengandung senyawa sulfida. Ekstrak daun mimba pada etanol 70% efektif menghambat pertanaman mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Streptococcus epidermidis. Puspitasari dkk. (2009) menyebutkan bahwa ekstrak daun mimba hasil identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) mengandung golongan senyawa flavonoid, tannin, dan saponin. Senyawa saponin berfungsi menurunkan tegangan

17 permukaan sehingga dapat menghambat pertumbuhan jamur. Senyawa flavonoid mempunyai fungsi sebagai antioksidan yaitu menghambat berbagai reaksi oksidasi (Satria, 2005 dalam Soeksmanto dkk., 2007). Flavonoid mengandung gugus fenol yang dapat mendenaturasikan protein dan dapat menyebabkan lisis pada membran sel yang bersifat irreversibel (Robinson, 1995 dalam Puspitasari dkk., 2009). Sibarani (2008) menyatakan bahwa ekstrak daun mimba dapat menghambat intensitas serangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici di lapangan. Ekstrak daun mimba pada konsentrasi 1% dapat menghambat 100% pertumbuhan diameter koloni jamur C. capsici secara in vitro (Sutariati, 2008). Hasil penelitian Efri dan Aeny (2014) menyatakan bahwa penggunaan 1000 ppm ekstrak daun mimba dengan pelarut air efektif menekan pertumbuhan dan perkembangan C. capsici secara in vitro.