BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA KONSEP. adalah tentang kanker payudara. Sebagai berikut :

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III KERANGKA KONSEP. Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

BAB III KERANGKA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. kader terhadap motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA KONSEP. tujuan penelitian, maka hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti dapat

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. sectional (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran khususnya bidang ilmu biologi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008).

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

METODOLOGI PENELITIAN

deskriptif korelation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan penelitian retrospektif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi )

Transkripsi:

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55). Dari skema berikut ini, kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sebagai berikut: Variabel Independen Pengetahuan ibu Variabel Dependen Sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur Skema 1. Kerangka Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur. B. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipoteis alternatif (Ha) yaitu, ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

C. ` Definisi Operasional No Variabel 1 Pengetahuan Ibu Definisi operasional Segala hal yang diketahui ibu terhadap perawatan bayi prematur. Cara ukur Pengisian kuesioner Alat Ukur Hasil Ukur Skala kuesioner 1. Baik bila responden mendapatkan skor 6-10 2. tidak baik bila responden mendapatkan skor 0-5 Nominal 2 Sikap ibu Sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur Pengisian kuesioner Kuesioner 1. Baik bila responden mendapatkan skor 26-40 2. Tidak baik bila responden mendapatkan skor 10-25. Nominal

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional study, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006, hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifiksi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008, hlm. 89). Populasi dalam penelitian ini ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Periode September s/d Nopember 2010 dan telah dirawat di rumah sebanyak 30 orang.

2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007, hlm.79). Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RS. Pirngadi Medan dan telah di rawat dirumah, yaitu sebanyak 30 orang. Penelitian ini adalah menggunakan total sampling, yaitu keseluruhan jumlah populasi dijadikan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan telah dirawat di rumah. C. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah dirawat dirumah. D. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai September 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survei awal, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, sidang akhir. E. Etika penelitian Penelitian ini dilakukan setelah penelitian mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat

beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden di jamin oleh peneliti ( Nursalam, 2001, hlm.119). F. Alat Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner tertutup. Di mana pada bagian awal instrumen berisi data demografi responden yang berisi umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Data demografi hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden. Bagian pertama instrument berisi pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur, bagian ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan Benar atau Salah. Jawaban yang benar di beri nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0. Untuk mendapatkan kreteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil Nilai terbesar : 10 Nilai terkecil : 0 b. Menentukan nilai rentang (R) Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil = 10 0 = 10 c. Menentukan nilai panjang kelas (i) Panjang Kelas (i) = ren tan g banyakkelas 10 = = 5 2 d. Menentukan Kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai Baik = Jika responden mendapatkan skor 6-10 Tidak baik = Jika responden memdapatkan skor 0-5 Bagian instrumen ketiga berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap responden terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Di mana terdapat 10 pertanyaan tentang tindakan ibu yang terdiri dari pertanyaan yang mendukung (Favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS) diberi nilai dua (skor 2), dan sangat tidak setuju (STS) diberi

nilai satu (skor 1). Sebaliknya pertanyaan yang tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2), tidak setuju (TS) diberi nilai 3 (skor 3), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4 (skor 4). Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Hidayat, 2007, hlm. 102). Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut : e. Menentukan nilai terbesar dan terkecil Nilai terbesar : 40 Nilai terkecil : 10 f. Menentukan nilai rentang (R) Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil = 40 10 = 30 g. Menentukan nilai panjang kelas (i) Panjang Kelas (i) = ren tan g banyakkelas 30 = = 15 2 h. Menentukan Kategori sikap berdasarkan perolehan nilai Baik = Jika responden mendapatkan skor 26-40 Tidak baik = Jika responden mendapatkan skor 10-25

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu di lakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah isi (content validity) dimana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan teori dan pendapat para ahli, dalam hal ini uji validitas telah dilakukan oleh ahli kebidanan yaitu Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG (K) dan didapatkan nilai validitas 0.80, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item pertanyaan/pernyataan. Sedangkan untuk uji reabilitas, data dianalisis dengan uji cronbach s alfa dan instrumen diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6 maka instrumen dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk pertanyaan pengetahuan didapat nilai alpha cronbach 0.676. Sedangkan pernyataan sikap didapat nilai alpha cronbach 0.829. H. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada pendidikan (Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan USU). Mengirim surat ijin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian (Pimpinan RSUD. Dr. Pirngadi Medan).

Setelah mendapat persetujuan dari pimpinan RSUD. Dr. Pirngadi Medan, dan setelah peneliti mengetahui alamat ibu yang memiliki bayi prematur yang diperoleh dari rekam medis, peneliti langsung datang kerumah ibu yang memiliki bayi prematur lalu menjelaskan tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data di mulai. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner demografi, pengetahuan, dan sikap. I. Analisis Data 1. Pengolahan Data Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan memeriksa semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entri). Setelah data dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving). 2. Analisis Data Analisis data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi. Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Statistik Univariat Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel yang diteliti. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen yaitu pengetahuan ibu dan variabel dependen yaitu sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. b. Statistik Bivariat Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hlm.271). Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square ( X 2 ), dengan nilai kemaknaan (α = 0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : Apabila nilai X 2 hitung > X 2 tabel atau nilai probalitas (p) < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan apabila nilai X 2 hitung < X 2 tabel atau nilai probalitas (p) > 0.05 maka hopotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Fisher exact digunakan bila: 1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20. 2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan antara 20 dan 40. 3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari satu. (Wahyuni, 2008, hlm.95)

Sedangkan untuk chi square digunakan bila: 1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis 0 benar 2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5. (Sastroasmoro, 2008, hlm.293)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada 30 responden tahun 2011. A. Hasil penelitian Sesuai dengan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini akan diuraikan gambaran data demografi responden yang terdiri atas umur, paritas, pendidikan, pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011. 1. Karakteristik responden Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur < 20 tahun 8 26.7 21-29 tahun 14 46.6 > 30 tahun 8 26.7

Sambungan Tabel 5.1. Paritas Primi Multi Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 12 18 6 5 11 8 40.0 60.0 20.0 16.7 36.6 26.7 Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur adalah berumur < 20 tahun sebanyak 8 orang (26.7%), berumur antara 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%), berumur > 30 tahun sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini berarti sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%). Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan paritas adalah primi sebanyak 12 orang (40.0%), multi sebanyak 18 orang (60.0%). Hal ini berarti sebagian besar paritas responden multi sebanyak 18 orang (60.0%). Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah SD sebanyak 6 orang (20.0%), SMP sebanyak 5 orang (16.7%), SMA sebanyak 11 orang (36.7%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini berarti sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%). 2. Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur sebagian besar menjawab benar adalah pertanyaan tentang bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus, yaitu 26 orang (86.7%), sedangkan sebagian besar menjawab Salah adalah pertanyaan tentang

cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering yaitu 12 orang (40%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan No Pertanyaan 1. Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan ibu 9 bulan. 2. Bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus. 3. Apabila secara tiba-tiba tubuh bayi panas dan adanya rintihan pada bayi prematur itu merupakan hal yang harus diwaspadai. 4. Apabila bayi prematur pipis atau buang air besar tanpa pemberian ASI (Air Susu Ibu) itu merupakan hal yang wajar. 5. Mencuci tangan sebelum memegang bayi prematur bertujuan agar bayi tidak terinfeksi. 6. Cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering. 7. Pemeriksaaan kehamilan secara teratur adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur. 8. Bayi prematur tidak mudah terserang infeksi. 9. Pada awalnya bayi prematur biasanya akan mudah lelah dan menyusu dengan lemah. 10. Nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan akan dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Jawaban Responden Benar Salah Jumlah n % n % n % 25 83.3 5 16.7 30 100 26 86.7 4 13.3 30 100 21 70 9 30 30 100 24 80 6 20 30 100 24 80 6 20 30 100 18 60 12 40 30 100 23 76.7 7 23.3 30 100 21 70 9 30 30 100 23 76.7 7 23.3 30 100 21 70 9 30 30 100

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner pengetahuan Kategori N Persentase (%) Baik 20 66.7 Tidak baik 10 33.3 Total 30 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan lanjutan bayi prematur berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (66.7%), dan berpengetahuan tidak baik sebanyak 10 orang (33.3%). Hal ini berarti sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%). 3. Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuesioner sikap terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari 30 responden sebagian besar responden menjawab sangat setuju adalah pernyataan tentang hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih yaitu 14 orang (46.7%), yang menjawab setuju pada pernyataan sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering yaitu sebanyak 13 orang (43.3%) sedangkan tidak setuju pada pernyataan jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke dokter yaitu sebanyak 10 orang (33.3%). Sedangkan menjawab sangat tidak setuju adalah pernyataan untuk merangsang indra penglihatan bayi prematur ibu dapat

menunjukkan mainan berwarna cerah, yaitu 16 orang (53.3%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Sikap No Pernyataan 1 Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering. 2 Hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih. 3 Untuk merangsang indra penglihatan bayi prematur ibu dapat menunjukkan mainan berwarna cerah. 4 Sebelum memengang bayi prematur, hendaknya ibu mencuci SS S TS STS n % n % n % n % 10 33.3 13 43.3 3 10 4 13.3 14 46.7 11 36.7 1 3.3 4 13.3 6 20 3 10 5 16.7 16 53.3 12 40 10 33.3 4 13.3 4 13.3 tangan terlebih dahulu. 5 Kalau ada anggota keluarga yang sakit sebaiknya jauh-jauh dari si kecil. 6 Jika produksi ASI pada ibu tidak cukup, ibu perlu memberikan susu 11 36.7 9 30 6 20 4 13.3 12 40 9 30 3 10 6 20 bantuan yang khusus untuk bayi prematur. 7. Jika bayi tidak dapat menghisap puting susu ibu dengan baik, 13 43.3 6 20 7 23.3 4 13.3 hendaknya ibu dapat memberikan ASI yang diperas menggunakan

cangkir dan sendok. Sambungan Tabel 5.4. 8 Agar alat-alat yang digunakan dalam pemberian makan pada bayi itu bersih ibu hendaknya mencuci atau merebus alat-alat tersebut sebelum digunakan. 9 Jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke dokter 10 Cara menyusukan bayi yang baik, hendaknya ibu menempelkan mulut bayi pada puting susu dan membiarkan bayi menyusu secara perlahan. 13 43.3 10 33.3 2 6.67 5 16.7 3 10 6 20 10 33.3 11 36.7 8 26.7 11 36.7 5 16.6 6 20 Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, sikap responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.5 Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Sikap Kategori N Persentase (%) Baik 19 63.3 Tidak baik 11 36.7 Total 30 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur memiliki sikap baik sebanyak 19 orang (63.3%), dan tidak baik sebanyak 11

orang (36.7%). Hal ini menunjukkan sebagian besar sikap responden baik yaitu 19 orang (63.3%). 4. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.6 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 Sikap Total Pengetahuan Baik Tidak Baik P N % n % n % Baik 19 63.3 1 3.3 20 66.7 0.01 Tidak Baik 0 0 10 33.3 10 33.3 Jumlah 19 63.3 11 36.6 30 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 responden, ada 19 orang (63.3%) yang yang berpengetahuan baik memiliki sikap baik, dan yang berpengetahuan tidak baik ada 10 orang (33.3%) memiliki sikap yang tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik memiliki sikap yang baik yaitu 19 orang (63.3%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Fisher exact test p = 0.01 < dari p 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

B. Pembahasan Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. 1. Karakteristik Responden Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 30 responden, diketahui sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap kehidupannya. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden multi sebanyak 18 orang (60.0%). Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007) bahwa paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Seseorang memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada keadaan sebelumnya tentang pengalamannya. Semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengetahuan orang tersebut. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana paritas ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan pemahaman terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden SMA sebanyak berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%). Hal ini Sesuai pendapat Notoadmodjo (2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan

kenyataan di mana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Jika dilihat secara rinci dari kuesioner pengetahuan sebagian besar responden menjawab benar pada pertanyaan yaitu tentang bayi prematur tidak mememerlukan perawatan yang intensif sebanyak 26 orang (86.7%). Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu mengetahui bahwa bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Sedangkan sebagian besar menjawab salah pada pertanyaan yaitu tentang cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering sebanyak 12 orang (40%). Hal ini kemungkinan masih kurangnya ibu mendapatkan sumber informasi tentang bagaimana cara menyusui yang baik, karena sumber informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan baik yaitu 20 orang (66.7%). Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Pendidikan juga mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal ini bertujuan melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki ibu, maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang bagaimana perawatan lanjutan bayi prematur. Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga.

Peneliti berasumsi pengetahuan yang baik bisa diperoleh ibu dari pengalaman dan berdasarkan tingkat pendidikan. 3. Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Jika dilihat secara rinci dari kuesioner sikap, sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pernyataan hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi prematur tetap bersih, sebanyak 14 orang (46.7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Gupte (2004) bahwa untuk melakukan perawatan lanjutan dirumah, ibu harus yakin bahwa dia terlatih untuk memberi makan pada bayinya, menjaga lingkungan sekitarnya dalam keadaan aseptik dan mampu mempersiapkan perlengkapan untuk menjaga bayi agar tetap hangat. Berdasarkan hasil Penelitian dari 30 responden menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap baik yaitu 19 orang (63.3%). Ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu-ibu sudah memiliki sikap yang baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Menurut Syaifrudin & Fratidhina (2009) sikap adalah merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu. Reaksi evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus (Azwar, 2005). Aspek yang tercakup dalam sikap adalah menerima orang (subjek) dan mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) (Notoadmodjo,2007). Sikap juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau yang terdapat di dalam diri sendiri sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar (Maulana, 2009, hlm 196).

Peneliti berasumsi sikap yang baik diperoleh karena ibu mampu menerima keadaan bayinya dan rasa tanggung jawab yang besar terhadap perwatan lanjutan bayi prematur karena menyadari bahwa bayi prematur rentan terhadap infeksi. 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Jika dilihat secara rinci jawaban responden pada kuesioner pengetahuan sebagian besar menjawab benar yaitu tentang bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus sebanyak 26 orang (86.7%), dan pada kuesioner sikap sebagian besar responden menjawab sangat setuju yaitu tentang hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih yaitu sebanyak 14 orang (46.7%). Dari jawaban responden dapat di simpulkan ibu-ibu sudah mengetahui bahwa bayi prematur ini memerlukan perawatan yang khusus di karenakan bayi prematur ini mudah terserang infeksi, serta juga memiliki sikap yang baik yaitu ibu-ibu sangat setuju untuk menjaga lingkungan bayi tetap bersih. Sebagian besar menjawab salah pada kuesioner pengetahuan yaitu tentang cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur jangan terlalu banyak tapi sering sebanyak 12 orang (40%). Hal ini kemungkinan masih kurangnya ibu mendapatkan sumber informasi tentang bagaimana cara menyusui yang baik, karena sumber informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sedangkan pada kuesioner sikap sebagian besar menjawab sangat tidak setuju yaitu pada pernyataan untuk merangsang indra penglihatan bayi prematur ibu dapat menunjukkan mainan berwarna cerah sebanyak 16 orang (53.3%). Padahal dengan menunjukkan mainan berwarna cerah pada bayi prematur akan dapat membantu merangsang indra penglihatan dengan bagus, hal ini terjadi karena ibu dipengaruhi oleh tingkat kesadaran ibu sendiri yang masih kurang, orang lain, lingkungan, serta kebudayaan yang dimiliki oleh ibu.

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap dimana berdasarkan hasil Fisher exact test p = 0.01 < dari 0.05. Dari hasil penelitian, responden yang berpengetahuan baik memiliki sikap baik yaitu sebanyak 19 orang (63.3%) dan bersikap tidak baik 1 orang (3.3%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik dengan sikap tidak baik sebanyak 10 orang (33.3%). Pengetahuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan sikap seseorang. Akan tetapi sikap tidak hanya di pengaruhi oleh pengetahuan saja. Ada faktor internal dan faktor eksternal lain yang mempengaruhinya seperti kesadaran dan juga kondisi lingkungan (Purwanto.1999. hlm 63). Dengan demikian, seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi terhadap perawatan lanjutan bayi prematur akan membentuk sikap yang baik pula terhadap penerimaannya. Berarti ibu-ibu sudah memahami bagaimana perawatan lanjutan bayi prematur ini, dan menyadari bahwa bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif dibandingkan dengan bayi yang tidak prematur, karena bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi. Dengan kata lain sikap tidak baik akan lebih sedikit ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik dibandingkan dengan pengetahuan baik, sehingga individu akan membentuk sikap yang baik terhadap hal-hal yang dirasakannya dan bersikap tidak baik terhadap hal-hal yang akan merugikan dirinya.

C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian secara optimal, namun berbagai kendala tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini antara lain yaitu, dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden. Sehingga timbul keengganan responden dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga perlu di jelaskan kepada responden bahwa penelitian dilakukan untuk pengembangan ilmu, segala rahasia tentang diri responden dijaga.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan yang dimiliki ibu menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 20 responden (66.7%) memiliki pengetahuan baik dan 10 responden (33.3%) memiliki pengetahuan tidak baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. 2. Sikap yang dimiliki ibu menunjukan bahwa dari 30 responden terdapat 19 responden (63.3%) memiliki sikap yang baik dan 11 responden lainnya (36.7%) memiliki sikap yang tidak baik terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. 3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2011, karena dari 30 responden yang memiliki pengetahuan baik, 19 responden (63.3%) diantaranya bersikap baik dan 1 orang (3.3%) tidak baik. Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tidak baik dengan sikap tidak baik sebanyak 10 responden (33.3%).

B. Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Peneliti Diharapkan akan menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta sebagai masukan akan pengetahuan tentang perawatan lanjutan bayi prematur. 2. Bagi Pelayanan Kebidanan Diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan, diharapkan bidan mampu memberikan informasi dan pemahaman dalam perawatan lanjutan bayi prematur, sehingga meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 3. Bagi Masyarakat Agar lebih meningkatkan pengetahuan khususnya tentang perawatan lanjutan bayi prematur. Sehingga bayi prematur mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui penelitian yang lebih mendalam tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat memakai karya tulis ilmiah ini sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.