IBM KELOMPOK GURU BAHASA INGGRIS SD DI KECAMATAN SUKASADA

dokumen-dokumen yang mirip
PELATIHAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN PERMAINAN BOARD GAMES BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BULELENG

PELATIHAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS LAGU KREASI

PELATIHAN DAN BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN MEDIA AJAR INOVATIF BERBASIS INTERNET BAGI GURU-GURU BAHASA INGGRIS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PENGEMBANGAN MATERI AJAR BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU BAHASA INGGRIS SD DI KECAMATAN TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam metode yang diberikan oleh pendidik. Pendidik berperan

PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PENERAPAN IPTEKS

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SILABUS WRITING AND DICTATION FOR ELEMENTARY SCHOOL. Winti Ananthia, S.Pd., M.Ed. NIP/NIDN /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

PELATIHAN PENGGUNAAN BAHASA KELAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SUKASADA

Experiential Learning pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

RIDA BAKTI PRATIWI K

PERKEMBANGAN PENGETAHUAN ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN KOMPUTER EDUKATIF (Studi Kasus TK Aisyiyah 3 Salatiga)

PROFIL ARTIKEL ILMIAH BUATAN GURU PADA PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU-GURU DI SMP LAB SCHOOL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MATA KULIAH: INTRODUCTION TO ENGLISH FOR CHILDREN

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

WHELLY YULIANA K

ARTIKEL ILMIAH. Kata Kunci: English Debate, SMKN 1 Singosari Malang, Pelatihan

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING

Pelatihan Penggunaan Bahasa Kelas (Classroom Language) Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Guru SMK Jakarta Pusat 1 Jakarta

PENINGKATAN PENGUASAAN VOCABULARY MENGGUNAKAN MEDIA E-DICTIONARY KELAS VI SD NEGERI 1 TELUK PURWOKERTO E-JOURNAL

PENGEMBANGAN SCHOOL MOBILE LEARNING PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DI SMK NEGERI 1 SUKASADA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

SILABUS & SAP. Nama Mata Kuliah : Bahasa Inggris Untuk Anak Usia Dini (UD 400) Program : S1 PGPAUD Semester : IV (Empat) Bobot SKS : 2 (Dua)

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

Program Pelatihan Guru-Guru Tentang Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 di TK Permata Bunda

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor pendukung, di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu keharusan, karena suka atau tidak suka arus TIK

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI PADA MATERI POKOK SIKLUS AIR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

ARTIKEL ILMIAH PROGRAM PPM

PEMAKAIAN MEDIA SCRABBLED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSAKATA KALIMAT DAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

PELATIHAN DESIGN GRAFIS CORELDRAW X4 SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN BAGI GURU PADA SMAN 1 SUNGAI TABUK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN SIPETE

PENGGUNAAN MEDIA VCD PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 4 BUMIREJO TAHUN 2013/2014

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

Implementasi Blended Learning Dr. Sentot Kusairi, M. Si. Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA UM Pendahuluan Dewasa ini perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERISTIWA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan tidak lepas dari masalah pembelajaran, karena

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

By Ni Made Yunia Ardianti, NIM Information Technology Education Department, Ganesha Education University ABTRACT

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

LINDA ROSETA RISTIYANI K

MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

Dedy Irawan, Dhi Bramasta PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Abstrak

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD BERBASIS EKSPERIMEN BAGI GURU GURU SD GUGUS VIII KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran ISSN PPs Universitas Pendidikan Ganesha

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS DI KELAS BILINGUAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS BERSTATUS RSBI DI BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

RADEN RARA VIVY KUSUMA ARDHANI

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

THE DEVELOPMENT OF ACCOUNTING LEARNING MEDIA USING LECTORA INSPIRE IN FINANCIAL STATEMENT TOPIC OF GRADE X AT SMK NEGERI 1 MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE LATIHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 009 AIR EMAS KECAMATAN UKUI

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SCIENTIFIC DENGAN PEMBELAJARAN KARAKTER TERINTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

APLIKASI MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS KONSEP OPENWORLD DALAM PENGENALAN DASAR KOSAKATA BAHASA MANDARIN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

JELI MEMANFAATKAN WEB DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

PENGGUNAAN CROSSWORD GAMES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN WRITING DI SEKOLAH DASAR

PENDAHULUAN. Andri Irawan

PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARDS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA

Transkripsi:

IBM KELOMPOK GURU BAHASA INGGRIS SD DI KECAMATAN SUKASADA Ni Made Ratminingsih 1, Luh Putu Putrini Mahadewi 2 1 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni 2 Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha, Jalan Udayana 11 Singaraja- Bali Email: made_ratmniningsih@yahoo.com.au Ringkasan Eksekutif Walaupun mata pelajaran Bahasa Inggris tidak menjadi mata pelajaran wajib pada kurikulum SD, namun di semua SD di Bali Bahasa Inggris masih diajarkan baik sebagai mata pelajaran muatan lokal atau mata pelajaran alternatif. Meskipun sudah masuk ke dalam kurikulum SD sejak dua dasa warsa, namun penanganannya belum maksimal, karena guru yang mengampu adalah guru kelas yang mayoritas tidak berlatar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Fakta ini menginspirasi penulis untuk secara terus menerus menyelenggarakan berbagai pelatihan dan pendampingan yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar. Metode pelaksanaan kegiatan P2M berupa Technology Transfer dan Pelatihan dan pendampingan. Dalam kegiatan IBM ini, para guru dari 2 gugus yaitu gugus IV dan gugus V diberikan pelatihan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan strategi inovatif berupa permainan interaktif berbasis ICT dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan interaktif berbasis ICT.. Adapun pelatihan yang dilakukan melibatkan 30 orang guru kelas dari perwakilan 18 SD si gugus 4 dan gugus 5 di Kecamatan Sukasada, Pada saat kegiatan pelatihan, para guru diberikan materi terkait dengan hakikat dan peranan media pembelajaran, hakikat ICT dan peranan ICT dalam pembelajaran, dan strategi pembelajaran dengan permainan, serta contoh RPP yang menggunakan permainan interaktif berbasis ICT yang dapat digunakan sebagai model oleh guru dalam membuat RPP. Para guru juga diberikan contoh pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan interaktif berbasis ICT. Selanjutnya mereka dibagi dalam 4 kelompok untuk menyusun RPP sesuai dengan tema-tema yang telah ditentukan sesuai dengan permainan interaktif berbasis ICT yang diinstruksikan. Hasil kegiatan pelatihan yang dijaring melalui kuesioner membuktikan terdapat peningkatan kompetensi guru dilihat dari peningkatan pengetahuan terhadap hakikat dan peranan media pembelajaran, hakikat dan peranan media ICT, dan strategi pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan permainan. Para guru juga menyatakan meningkat keterampilannya baik dalam membuat RPP dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media permainan interaktif berbasis ICT dalam kegiatan peer teaching. Kata kunci: media permainan berbasis ICT, pelatihan Executive Summary Despite English has not become a compulsory subject in elementary school curriculum, all of the elementary schools in Bali are still teaching English as a local content subject or alternative subject. Though the English subject has been entering the elementary school curriculum for two decades, its handling has not yet reached its maximum which is due to 127

the majority of teachers in charge are classroom teachers who do not have background knowledge in English education. This fact inspires the writer to continuously hold various trainings and school-based tutoring to help teachers improve the quality of English instruction. The method of this social service was in the form of technology transfer and inservice teacher training program continued with school-based tutorials to 3 elementary schools in cluster IV and 3 others in cluster V. In this IBM social service activity, the teachers in two groups, Cluster IV and Cluster V in Sukasada District have been given in service training in designing lesson plans and in implementing ICT-based interactive games. The training involved 30 teachers who teach English representing 17elementary schools in cluster IV and cluster V in Sukasada District. In time of training, the participants were given a number of knowledge concerning with the nature of media and its advantages, the nature of ICT based instruction and its advantages, the nature of using games for teaching English to young learners. As well, the participants were also givena sample of lesson plan and example of how to conduct teaching utilizing ICT-based interactive game which could be used as a model. Furthermore, they were divided into 4 groups to work together to design their own lesson plan based on the instructed theme which was related to the ICT-based interactive game assigned. The result of training measured from the questionnaires proves there is an improvement of teachers competence seen from their increasing knowledge in terms of the nature and advantages of using media, the nature and advantages of using ICT media, and strategy of teaching English utilizing games. They also conveyed that they could improve their skills in designing the lesson plan which integrates ICT-based interactive games and in implementing them in peer teaching. Keywords: ICT-based interactive game, training A.PENDAHULUAN Kecamatan Sukasada merupakan salah satu dari 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Sesuai dengan data Kantor UPP Kecamatan Sukasada pada tahun 2015 terdapat 62 SD di Kecamatan Sukasada, yang dikelompokkan menjadi 8 gugus. Dari 8 gugus yang ada, dua gugus, yakni gugus 4 dan gugus 5berada di sentra pariwisata di Kecamatan Sukasada. Berdasarkan hasil observasi kelas dan wawancara, kedua mitra sangat membutuhkan bantuan dalam peningkatan kualitas pembelajaran, yakni dalam hal persiapan dan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris yang inovatif berbasis PAKEM (produktif, aktif, kreatif, efektif dan efisien, dan menyenangkan), sehingga dapat memberikan kecakapan hidup (life skill) bagi peserta didik, terutama menggunakan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi oral mulai pada tingkat dasar. Kebijakan pengenalan Bahasa Inggris sejak dini diakui sangat penting di Bali, karena Bali adalah salah satu pusat destinasi pariwisata internasional di Indonesia. Untuk itu layanan pembelajaran Bahasa Inggris sudah semestinya diberikan secara optimal, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Namun fakta di 128

lapangan membuktikan bahwa berbagai permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Inggris telah terjadi sejak Bahasa Inggris diperkenalkan pada tahun 1994 sebagai muatan lokal, seperti masalah kompetensi SDM, metode atau strategi pembelajaran, dan media pembelajaran (Ratminingsih, 2010; Ratminingsih, 2012; Ratminingsih & Budasi, 2014a; Ratminingsih, 2014b). Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menyukseskan pembelajaran untuk anakanak di sekolah dasar adalah melalui pemanfaatan strategi pembelajaran dan media yang bervariasi terutama yang dapat menghadirkan kegiatan belajar sambil bermain dan menantang (Ratminingsih & Budasi, 2014).Naz dan Akbar (2008) menekankan bahwa media bermanfaat baik bagi guru maupun bagi peserta didik, antara lain yaitu mengefisiensikan waktu, meningkatkan ketertarikan dan perhatian, menjelaskan ide, memperkuat konsep, dan membantu ingatan mereka.salah satu media yang saat ini sedang banyak diwacanakan dalam pembelajaran adalah media elektronik (e-media). Menurut Newby, dkk. (2006), media elektronik adalah merupakan aplikasi peralatan teknologi yang dapat digunakan sebagai alternatif strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan proses belajar. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelas yang dilaksanakan dalam 2 hari, yaitu tanggal 6 dan 7 April 2015 yang melibatkan 4 orang guru pengampu Bahasa Inggris sebagai perwakilan dari gugus 4 dan gugus 5 didapatkan sejumlah fakta yang menjadi permasalahan pembelajaran Bahasa Inggris di SD, yaitu: (1) semua guru menyatakan tidak pernah membuat RPP sebelum melaksanakan pembelajaran, (2) mereka hanya memanfaatkan buku teks atau lembar kerja siswa (LKS), (3) konsepkonsep bahasa yang disampaikan hanya mengikuti apa yang ada di buku teks atau LKS saja, tidak ada pengembangan dari guru, sehingga pembelajaran bahasa Inggris bersifat textbook oriented (gambar 1.1),(4) strategi pembelajaran yang diimplementasikan guru juga masih berupa strategi pembelajaran langsung dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab seperlunya sehingga lebih bersifat teacher-centered, (5) semua guru menggunakan papan tulis dalam menuliskan dan menjelaskan pelajaran, sehingga semua anak biasamencatat penjelasan guru. Berikut adalah gambar hasil observasi kelas kegiatan siswa dalam mencatat pelajaran yang dijelaskan oleh guru (gambar 1.2),(6) semua guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, seperti visual, audio, audio visual atau elektronik. Satu-satunya media yang digunakan adalah media cetak, yaitu buku teks atau lembar kerja yang disediakan dengan dana BOS, seperti buku Rainbow dan Grow with English, atau LKS Cerdas. Kalaupun menggunakan media visual, hanya terbatas pada gambar-gambar yang ada di buku teks atau lembar kerja. 129

Gambar 01. Siswa mencatat materi dari guru Gambar 02.Guru Menjelaskan sambil mencatat materi di papan tulis Mengacu pada dua gambar di atas, jelas terlihat bahwa semua siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, mereka hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi di papan tulis, dan jarang terjadi interaksi dalam pembelajaran, kecuali ketika guru sesekali bertanya, (7) semua guru menyatakan bahwa sekolah memiliki alatalat elektronik seperti komputer, Laptop, dan LCD yang merupakan pengadaan dari pemerintah sejak 5 tahun terakhir, tetapi semua alat tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, dengan alasan tidak mempunyai media pembelajaran yang bisa ditayangkan dengan fasilitas tersebut, sehingga komputer, laptop, dan LCD tersebut tersimpan di ruang Kepala Sekolah atau ruang tata usaha dan lebih banyak digunakan sebagai word processing, yaitu untuk kepentingan administrasi sekolah semata, (8) semua guru menyatakan bisa mengoperasikan komputer atau laptop, tetapi tidak menggunakan alat tersebut untuk mengajar Bahasa Inggris, dengan alasan tidak ada materi atau program perangkat lunak yang mendukung, (9) semua guru mengaku tidak memiliki kompetensi untuk mengembangkan media pembelajaran sendiri dalam memvariasikan pembelajaran. Hal ini menunjukkan kekurangkreatifan guru dalam membuat media, walaupun media sederhana yang dapat diambil dari foto, gambar, grafik, audio atau audio visual (video) yang dapat diambil dari sumber internet, (10) semua guru juga menyatakan belum pernah menggunakan media berbasis ICT dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena media tersebut tidak tersedia di sekolah, walaupun fasilitas untuk mengoperasikannya tersedia seperti laptop, komputer, dan LCD. Berdasarkan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris masih bersifat konvensional, monoton, dan berpusat pada guru. Guru menjadi figur dominan, yang menjelaskan pelajaran, dan siswa tidak partisipatif dan 130

aktif terlibat dalam pembelajaran. Kondisi pembelajaran Bahasa Inggris seperti ini dapat dengan mudah menimbulkan kebosanan siswa yang notabene masih terkategori anak-anak, yang cenderung mempunyai sifat ingin tahu yang besar. Kondisi ini diperparah dengan ketidakmampuan guru dalam memvariasikan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inovatif dan media yang dapat merangsang dan memotivasi mereka belajar, sehingga berdampak pada masalah ke-11, yaitu rendahnya hasil belajar siswa, yakni dibuktikan dari data nilai rerata Mata Pelajaran Bahasa Inggris dari siswa di gugus 4 (SDN 1 Sukasada dan SDN 5 Sukasada dan gugus 5 (SDN 3 Sambangan dan SDN 1 Panji dalam 3 tahun terakhir sebagai berikut. Tabel 01. Nilai Rerata Siswa dalam 3 Tahun Terakhir KELAS GUGUS 4 GUGUS 5 2012/2013 2013/2014 2014/2015 2012/2013 2013/2014 2014/2015 4 63 69 70 50,44 52,61 54,74 5 69 68 68 55,25 58,45 50,40 6 63 69 69 55,52 59,46 61,05 Total rerata 65 68,67 69 53,74 56,84 55,39 Catatan: Konversi Nilai yan digunakan: 8,6 10 (sangat baik); 7,1 8,5 (baik); 5,6 7,0 (cukup); 4,0 5,5 (kurang); dan 0,0 3,9 (sangat kurang) Data di atas menunjukkan bahwa dalam 3 tahun nilai rerata Bahasa Inggris siswa di gugus 4 terkategori cukup, sedangkan di gugus 5 pada tahun akademik 2012/2013 capaian nilai rerata 50,40 dan tahun 2014/2015 capaian nilai rerata 55,39 terkategori kurang.jadi, dalam 3 tahun tidak ada perkembangan yang signifikan pada hasil belajar siswa di dua gugus tersebut. Gugus 4 menunjukkan kondisi nilai yang stagnan pada kategori cukup, sedangkan gugus 5 pada posisi kurang pada tahun pertama (53,74) dan satu tahun terakhir (55,39). Fakta ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa mendesak untuk ditangani. Sesungguhnya peserta didik anakanak dengan karakteristik yang penuh dengan rasa ingin tahu dapat dirangsang dan distimulasi dengan menggunakan media secara efektif, baik itu bekerja secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini ditegaskan oleh Naz dan Akbar (2008) bahwa media memegang peranan penting bagi peserta didik khususnya anak-anak yang dapat meningkatkan proses pembelajaran.ramendra dan Ratminingsih (2007) dalam hasil penelitiannya membuktikan bahwa para guru di 16 SD di Kota Singaraja mayoritas menggunakan media visual dalam melaksanakan pembelajaran, sedangkan media audio visual sama sekali tidak dipergunakan. Berdasarkan fakta tersebut, maka dalam P2M ini dikembangkan media pembelajaran audio visual berbantuan teknologi untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kemajuan jaman. Disamping itu dengan mengggunakan teknologi dalam 131

pembelajaran dapat membuat pembelajaran efektif dan efisien, menarik, menantang, merangsang daya kreativitas (Pambudi, 2013), memotivasi dan membangun sikap positif anak-anak dalam pembelajaran Bahasa Inggris, menciptakan konteks aktivitas yang bermakna dan komunikatif, dan pemanfaatan kombinasi teks, gambar dan suara dengan bantuan teknologi dapat meningkatkan kompetensi bahasa reseptif dan produktif (Gordon, 2007). Berdasarkan semua permasalahan yang telah diuraikan di atas, terdapat 6 permasalahan pokok dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SD di gugus 4 dan gugus 5, yaitu (1) rendahnya kompetensi guru dalam mempersiapkan pembelajaran, yaitu menyusun RPP bermuatan strategi pembelajaran inovatif berbasis PAKEM, (2) rendahnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas 4, 5, dan 6 yang menggunakan strategi pembelajaran inovatif berbasis PAKEM, (3) belum tersedianya media berbasis ICT untuk memanfaatkan alat-alat elektronik yang tersedia di sekolah dalam usaha memvariasikan sumber belajar yang lebih inovatif berbasis PAKEM, (4) belum adanya panduan cara mengoperasikan mediaberbasis ICT dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris, (5) kurangnya kompetensi dalam mengoperasikan media berbasis ICT dalam pembelajaran, dan (6) rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. B. SUMBER INSPIRASI Walaupun secara eksplisit mata pelajaran bahasa Inggris tidak menjadi mata pelajaran wajib dalam kurikulum sekolah dasar, namun bahasa Inggris tetap diajarkan baik sebagai mata pelajaran muatan lokal atau pelajaran alternative di sekolah dasar di Bali khususnya di SD di Kecamatan Sukasada.Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara dengan 9 kepala SD di Kabupaten Buleleng bahwa mereka masih memberikan 2 jam pelajaran untuk pembelajaran bahasa Inggris dari kelas 4 sampai dengan kelas 6 (Ratminingsih & Budasi, 2015). Hasil wawancara Ratminingsih dan Budasi (2012; 2014) membuktikan bahwa guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran inovatif, mereka hanya mengandalkan buku teks dengan visualisasi gambar yang ada di dalamnya. Mereka mengakui walaupun ada komputer dan LCD di sekolah, fasilitas tersebut belum digunakan karena belum tersedia CD pembelajaran. Dari hasil wawancara 9 guru bahasa Inggris di 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng (Ratminingsih & Budasi, 2014), para guru menegaskan bahwa mereka sangat memerlukan media pembelajaran untuk memaksimalkan pembelajaran dan membuat pelajaran lebih menarik dan memotivasi peserta didik. Selanjutnya, hasil wawancara dengan 4 guru di Kecamatan Sukasada (Ratminingsih & Mahadewi, 2016) juga menegaskan bahwa semua guru tidak pernah menyusun RPP sebelum melaksanakan pembelajaran. Mereka juga menyatakan hanya menggunakan buku teks atau LKS 132

dalam mengajar dan bahkan tidak pernah menggunakan fasilitas computer dan LCD yang ada di sekolah. Alasannya adalah karena tidak ada materi atau perangkat lunak yang mendukung. Berdasarkan semua permasalahan di atas, dan atas dasar kesepakatan dengan ketua gugus IV dan gugus V di Kecamatan Sukasada, dan berdasarkan hasil wawancara dengan para guru (Ratminingsih & Mahadewi, 2016), maka kegiatan IBM ini diupayakan memecahkan semua permasalahan di atas. Namun dalam artikel ini, upaya pemecahan masalah difokuskan pada peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran yang menggunakan media permainan interaktif berbasis ICT melalui kegiatan pelatihan yang sudah diselenggarakan, yang kemudian efektivitas pelatihan dijaring dengan kuesioner untuk mengetahui pendapat para guru yang menjadi partisipan terkait dengan kegiatan pelatihan tersebut. C. METODE Metode pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah berupa technology transfer dan pelatihan dan pendampingan. Pertama, metode Technology Transfer, yaitu metode untuk memperkenalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam pembelajaran Bahasa Inggris kepada guru dengan memanfaatkan peralatan teknologi seperti komputer, laptop, dan LCD yang sudah tersedia di sekolah. Peralatan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, apabila para guru disediakan dengan perangkat lunak (software) berupa media berbasis ICT yang berbentuk slideshow interaktif. Slideshow interaktif dibuat dengan memanfaatkan program powerpoint pada komputer yang mengintegrasikan gambar, foto, suara yang diambil dari sumber internet atau kreasi dari tim pengusul, yang kemudian diimport ke dalam slideshow. Selain penyediaan perangkat lunak (software), para guru juga dilengkapi dengan panduan cara mengoperasikan mediaberbasis ICT tersebut, sehingga dapat mempermudah guru dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran yang berbasis ICT. Kedua, metode Pelatihan dan Pendampingan, yaitu dua metode yang digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mempersiapkan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang inovatif berbasis PAKEM. Dalam pelatihan, para guru di gugus 4 dan gugus 5 diberikan (1) pengetahuan berupa informasi terkait hakikat media pembelajaran, hakikat media ICT dan peranannya dan hakikat dan peranan permainan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, (2) contoh RPP yang menggunakan media permainan slideshow interaktif berbasis ICT, dan (3) contoh cara menggunakan media permaianan slideshow interaktif berbasis ICT. Setelah diberikan materi, para guru kemudian (4) berlatih membuat RPP yang menggunakan strategi pembelajaran inovatif berbasis PAKEM yang memanfaatkan media berbasis ICT berbentuk slideshow 133

interaktif, dan (5) berlatih melaksanakan pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran inovatif berbasis PAKEM yang memanfaatkan media berbasis ICT berbentuk slideshow interaktif. D. KARYA UTAMA Terdapat dua kegiatan utama dalam kegiatan P2M ini, (1) pelatihan yang dilakukan dengan memberikan materi berupa sejumlah pengetahuan penting terkait dengan pengemasan pembelajaran yang lebih inovatif yaitu pengenalan hakikat dan peranan penggunan media, hakikat dan peranan penggunaan media ICT interaktif, dan hakikat dan peranan penggunaan permainan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Disamping materi pelatihan tersebut, para peserta pelatihan juga diberikan contoh RPP yang dapat dijadikan model pembuatan persiapan mengajar dengan memanfaatkan media slideshow interaktif berbasis ICT. Para guru juga diberikan contoh bagaimana mengoperasikan dan memanfaatkan media tersebut dalam mengajar peserta didik.selanjutnya guru yang berjumlah 30 orang dibagi menjadi 4 kelompok. Mereka bekerja bersama anggota kelompok untuk mempersiapkan RPP yang mengintegrasikan media slideshow interaktif berbasis ICT tersebut ke dalam RPP dengan 4 tema ICT yang telah ditentukan oleh tim. Setiap kelompok menunjuk salah satu perwakilan guru untuk mensimulasikan pembelajaran dalam kegiatan peer teaching dengan menggunakan media ICT yang telah disiapkan oleh tim yang dipandu oleh RPP yang telah mereka buat. Di bawah ini adalah foto-foto bukti kegiatan pelatihan dan peer teaching: Gambar 03 dan 04: Penyemaian Pengetahuan Hakikat Media dan Peranannya 134

Gambar 05 sd 07: Sesi Kerja Kelompok Penyusunan RPP Berbasis Media ICT yang Difasilitasi oleh Panitia Pelaksana Gambar 08 sd 10: Sesi Simulasi Pembelajaran dalam Peer Teaching yang Mengimplementasikan Media Berbasis ICT Pada akhir sesi pelatihan dan peer teaching, kuesioner disebarkan kepada guru untuk menjaring pendapat mereka terkait dengan kegiatan pelatihan. Terdapat 15 item yang ditanyakan pada kuesioner tersebut (lembar kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1). Dari 15 item tersebut, 5 item untuk menjaring peningkatan pengetahuan dalam menggunakan media pembelajaran, 5 item untuk menjaring peningkatan keterampilan dalam merancang pembelajaran (menyusun RPP) dengan menggunakan media berbasis ICT, dan 5 item terakhir untuk menjaring peningkatan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media bebrasis ICT. Berikut adalah tabel hasil kuesioner tersebut: Tabel 02. Hasil Kuesioner Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Diseminasi dan Pelatihan ITEM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total RESP 1 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 72 2 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 72 3 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 65 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 69 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 68 6 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 70 135

7 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 64 8 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 62 9 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 69 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 11 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 68 12 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 63 13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 15 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 71 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 17 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 69 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 19 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 73 20 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 74 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 23 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65 24 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 67 25 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 64 26 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 67 27 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 69 28 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 73 29 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 69 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 Jml 147 134 139 146 138 136 137 134 142 145 135 135 137 140 144 2089 Keterangan: (Nilai total / nilai maksimal) x 100% = (2089/2250) x 100% = 93% Tabel 03. Kriteria Penilaian Efektivitas NO PERSENTASE EFEKTIVITAS 1 85-100 SANGAT BAIK 2 70-84 BAIK 3 55-69 CUKUP 4 40-54 KURANG 5 0-39 SANGAT KURANG Dari tabel 0.2dan mengacu pada kriteria penilaian Efektivitas tabel 0.3di atas, dapat dilihat bahwa para guru memiliki pendapat yang sangat positif terkait dengan kegiatan pelatihan. Hasil analisis menunjukkan bahwa efektivitas pelatihan adalah 93% yang berarti bahwa kegiatan pelatihan dinilai sangat baik dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan media permainan interaktif berbasis ICT dalam pembelajaran. Secara lebih detail dapat dilaporkan bahwa dalam hal adanya 136

peningkatan pengetahuan dalam menggunakan media pembelajaran berbasis ICT, hasil kuesioner item nomor 1 s.d nomor 5 membuktikan bahwa para guru menilai kegiatan pelatihan sangat efektif meningkatkan pengetahuan mereka dalam menggunakan media pembelajaran berbasis ICT sebanyak 94%. Di bawah ini adalah tabel hasil kuesioner terkait dengan efektivitas pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan guru dalam menggunakan media berbasis ICT. Tabel 0.4Hasil Kuisioner Efektivitas Kegiatan Pelatihan dalam Peningkatan Pengetahuan ITEM 1 2 3 4 5 Total RESP 1 5 4 5 5 4 23 2 5 4 5 5 4 23 3 5 4 5 4 5 23 4 5 4 4 5 5 23 5 5 5 4 5 4 23 6 4 4 5 5 4 22 7 4 4 4 4 4 20 8 5 4 4 5 4 22 9 5 4 5 5 5 24 10 5 5 5 5 5 25 11 5 5 5 5 5 25 12 5 5 4 4 4 22 13 5 5 5 5 5 25 14 5 5 5 5 5 25 15 5 4 5 5 4 23 16 5 5 5 5 5 25 17 5 5 4 5 4 23 18 5 5 5 5 5 25 19 5 4 4 5 5 23 20 4 4 4 5 4 21 21 5 5 5 5 5 25 22 5 5 5 5 5 25 23 5 5 5 5 4 24 24 5 4 4 5 5 23 25 5 4 4 4 4 21 26 5 4 4 5 5 23 27 5 4 5 5 5 24 28 5 4 5 5 5 24 29 5 5 5 5 5 25 30 5 5 5 5 5 25 Jml 147 134 139 146 138 704 Keterangan : (Nilai total / nilai maksimal) x 100% = (704/750) x 100% = 94 % Selanjutnya, dalam hal peningkatan keterampilan yang dibagi menjadi dua bagian, yakni dalam merancang pembelajaran (menyusun RPP) dan melaksanakan pembelajaran, hasil kuesioner dengan item no 6 s.d 10 membuktikan bahwa para guru menilai efektivitas pelatihan dalam meningkatkan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran (menyusun RPP) adalah 93%, yang berarti sangat baik. Hasil kuisioner secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah. Tabel 0.5Hasil Kuisioner Efektivitas Kegiatan Pelatihan dalam Peningkatan Kompetensi Guru dalam Merancang Pembelajaran (Menyusun RPP) Berbasis ICT 137

ITEM 6 7 8 9 10 Total RESP 1 4 5 5 5 5 24 2 4 5 5 5 5 24 3 4 4 4 4 5 21 4 4 5 5 5 5 24 5 5 4 4 5 5 23 6 4 5 5 5 5 24 7 4 4 4 5 5 22 8 4 4 4 4 4 20 9 5 4 5 4 5 23 10 5 5 5 5 5 25 11 5 5 4 4 4 22 12 4 4 4 4 4 20 13 5 5 5 5 5 25 14 5 5 5 5 5 25 15 5 5 4 5 5 24 16 5 5 5 5 5 25 17 4 5 4 5 5 23 18 5 5 5 5 5 25 19 5 5 5 5 5 25 20 4 4 4 4 4 20 21 5 5 5 5 5 25 22 5 5 5 5 5 25 23 5 4 4 4 4 21 24 4 4 4 5 5 22 25 4 4 4 5 5 22 26 4 4 4 5 5 22 27 5 4 4 4 5 22 28 5 5 4 5 5 24 29 4 4 4 5 5 22 30 5 5 5 5 5 25 Jml 136 137 134 142 145 694 Keterangan : (Nilai total / nilai maksimal) x 100% = (694/750) x 100% = 93 % Dalam hal penilaian efektivitas kegiatan dalam melaksanakan pembelajaran, para guru menilai bahwa kegiatan yang dilaksanakan sangat baik dalam meningkatkan kompetensi mereka melaksanakan pembelajaran yang dijaring dengan item no. 11 s.d 15 dengan capaian 92%. Hasil kuisioner secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah. Tabel 5.5 Hasil Kuesioner Efektivitas Kegiatan Pelatihan dalam Peningkatan Kompetensi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran ITEM 11 12 13 14 15 Total RESP 1 5 5 5 5 5 25 2 5 5 5 5 5 25 3 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 5 5 22 5 5 4 4 5 4 22 6 5 5 5 4 5 24 7 5 4 4 4 5 22 8 3 4 4 5 4 20 9 5 4 4 4 5 22 10 5 5 5 5 5 25 11 4 4 4 4 5 21 12 4 4 4 4 5 21 13 5 5 5 5 5 25 14 5 5 5 5 5 25 15 4 5 5 5 5 24 16 5 5 5 5 5 25 17 4 5 5 4 5 23 18 5 5 5 5 5 25 19 5 5 5 5 5 25 20 4 4 4 4 4 20 21 4 5 5 5 5 24 22 5 5 5 5 5 25 23 4 4 4 4 4 20 24 4 4 4 5 5 22 25 4 4 4 5 4 21 26 4 4 4 5 5 22 27 5 4 5 4 5 23 28 5 5 5 5 5 25 29 4 4 5 5 4 22 30 5 5 5 5 5 25 Jml 135 135 137 140 144 691 138

Keterangan : (Nilai total / nilai maksimal) x 100% = (691/750) x 100% = 92% E. ULASAN KARYA Hasil kuesioner membuktikan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran dengan slideshow interaktif berbasis ICT. Temuan ini dapat dibuktikan dari hasil kuesioner bahwa para guru yang berjumlah 30 orang menilai kualitas pelatihan 93% yang terkategori sangat baik. Secara lebih rinci, peningkatan pengetahuan tentang pembelajaran dengan memanfaatkan media berbasis ICT dinilai oleh para guru sebanyak 94%, sedangkan dalam hal menyiapkan pembelajaran (menyusun RPP) berbasis ICT sebanyak 93% dan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis ICT sebanyak 92%. Temuan di atas mengindikasikan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan dengan langkah-langkah seperti penyemaian informasi tentang hakikat dan peranan media, hakikat dan peranan media ICT dalam pembelajaran, hakikat pemanfaatan permainan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, pemberian contoh RPP dan contoh pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media permainan slideshow interaktif berbasis ICT dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran.media pembelajaran memang benar dapat dibuktikan memiliki peran sentral dalam menyukseskan pembelajaran. Yassaei (2012) dan Arsyad (2011) mengakui bahwa media pembelajaran merupakan cara ampuh dalam menciptakan konteks yang bermakna yang dapat meningkatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.scott & Ytreberg (2000) menekankan bahwa makna dapat disampaikan dengan baik melalui dunia fisik, yakni berupa bantuan media. Kemp (dalam Ramendra & Ratminingsih, 2007) Shin (2006), dan Ratminingsih & Budasi (2014) menegaskan bahwa bantuan media yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan peserta didik lebih cepat dan mudah memahami pelajaran dan lebih produktif dalam mencapai tujuan yang ditargetkan. Secara spesifik, pemanfaatan media dapat membantu guru dalam mengajar dengan lebih efisien dan membantu peserta didik dalam meningkatkan ketertarikan dan perhatian terhadap pelajaran sehingga pelajaran lebih mudah dimengerti dan diingat (Naz & Akbar, 2008). Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat belakangan ini, para guru juga wajib menghadirkannya dalam pembelajaran terutama bila peralatan memungkinkan, seperti adanya computer, laptop dan LCD. Media berbasis ICT yang dikembangkan oleh tim pelaksana dengan tegas dinyatakan oleh guru dapat meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini mendukung pendapat Newby, dkk. (2006) 139

bahwa media elektronik dapat membantu memaksimalkan kegiatan belajar mengajar. Pambudi (2013) dan Gordon (2007) menambahkan bahwa dengan mengggunakan teknologi dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran efektif dan efisien, menarik, menantang, merangsang daya kreativitas, memotivasi dan membangun sikap positif anak-anak dalam pembelajaran Bahasa Inggris, menciptakan konteks aktivitas yang bermakna dan komunikatif, dan pemanfaatan kombinasi teks, gambar dan suara dengan bantuan teknologi dapat meningkatkan kompetensi bahasa reseptif dan produktif. Permainan slideshow interaktif berbasis ICT merupakan salah satu strategi inovatif yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran bagi anakanak. Disamping membuat anak-anak belajar sambil bermain, permainan tersebut dapat menampilkan fitur-fitur kebahasaan yang sangat penting seperti kosakata, kalimat, gramatika, dan ejaan.banyak pakar telah membuktikan berbagai peranan teknik permainan dalam pembelajaran secara umum dan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing secara khusus. Waller dan Swann (dalam Feez, 2010) mengemukakan bahwa permainan merupakan fondasi dari semua pembelajaran pada anak-anak. Bailey, dkk.(2004) menambahkan bahwa permainan adalah bagian integral dari kurikulum yang seimbang, yang berkontribusi terhadap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor anakanak. Paul (2003) menyatakan bahwa permainanadalah salah satu cara terbaik untuk membuat anak-anak terlibat secara mendalam dalam pembelajaran. Paul menekankan bahwa permainan memegang peranan sentral dalam pembelajaran yang berpusat pada anak dan memungkinkan anak-anak untuk terlibat penuh dalam pembelajaran. Wright, dkk. (2006) menjelaskan bahwapermainan dapat membantu dan mendorong pebelajar khususnya anakanak untuk mempertahankan ketertarikan dan aktivitas belajarnya. Permainan dapat membantu guru untuk menciptakan konteks kebahasaan yang membuat bahasa tersebut berguna dan bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran dengan permainan, pebelajar dapat berpartisipasi aktif, dan untuk itu mereka harus mampu memahami apa yang dikatakan orang lain dan apa yang ditulis oleh orang lain. Mereka juga harus berbicara dan menulis agar dapat mengekspresikan pandangan dan memberikan informasi.permainan dapat menjadi sarana yang membantu mereka mengalami bahasa dan tidak sekadar mempelajari tentang bahasa. Halliwell (2007) menjelaskan bahwa permainan tidak hanya sekadar tambahan kesenangan. Permainan memberikan kesempatan penggunaan dan pemrosesan bahasa ketika pikiran difokuskan pada kegiatan bermain. Permainan merupakan tugas riil. Permainan merupakan bagian sentral dari prosess mendapatkan bahasa. Hal ini sangat cocok karena anak-anak memiliki rasa bermain dan kesenangan yang sangat kuat. Brewster, dkk (2007) 140

memerinci sepuluh keuntungan dari penggunaan permainan, yaitu (1) dapat menambah variasi dalam berbagai situasi pembelajaran, (2) dapat mengubah langkah pelajaran dan membantu mempertahankan motivasi, (3) dapat meringankan pembelajaran yang formal dan membantu memperbaharui energi siswa, (4) dapat menyediakan latihan pola-pola bahasa khusus, kosakata, dan lafal secara tersembunyi, (5) dapat meningkatkan perhatian, konsentrasi, ingatan, keterampilan mendengarkan dan membaca, (6) dapat mendorong anakanak untuk berpartisipasi khususnya anak-anak yang pemalu dapat dimotivasi untuk berbicara, (7) dapat meningkatkan komunikasi antar siswa yang dapat melatih kelancaran berbicara dan mempersedikit dominasi kelas oleh guru, (8) dapat menciptakan atmosfir belajar yang menyenangkan dan memperkecil jarak antara guru dan siswa, (9) dapat memperlihatkan area kelemahan dan kebutuhan untuk bahasa selanjutnya, dan (10) dapat membantu memotivasi dan meningkatkan keterampilan menulis melalui penyediaan konteks dan tujuan yang riil. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor utama yang menjadi kekuatan pemanfaatan permainan khususnya permainan berbasis ICT dalam pembelajaran, yaitu (1) faktor kognitif, yakni permainan memberikan input kebahasaan yaitu berupa kosakata, kalima, gramatika, dan ejaan baik yang bersifat reseptif dan produktif, dan (2) faktor non kognitif yakni berupa rilaksasi, kesenangan dan motivasi belajar. Dengan strategi mengajar yang dapat mempertimbangkan kedua faktor tersebut, maka pembelajaran Bahasa Inggris akan menjadi lebih berkualitas yang dapat menghantarkan peserta didik untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya. F. KESIMPULAN Berdasarkan uraian temuan di atas, ada dua hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan pelatihan penggunaan media permainan slideshow interaktif berbasis ICT, yaitu: (1) Adanya peningkatan pengetahuan guru tentang hakikat dan peranan media pembelajaran, hakikat dan peranan media ICT dalam pembelajaran, dan hakikat pemanfaatan permainan dalam pembelajarran Bahasa Inggris untuk anak-anak, yang efektivitasnya dinilai oleh guru yaitu 94% yang terkategori sangat baik. (2) Adanya peningkatan keterampilan guru dalam menyusun RPP yang menggunakan media pembelajaran permainan interaktif berbasis ICT, yang efektivitasnya dinilai oleh guru yaitu 93% dengan kategori sangat baik. (3) Adanya peningkatan keterampilan guru daqlam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran permainan interaktif berbasis ICT,yang efektivitasnya dinilai oleh guru 141

yaitu 92% yang terkaategori sangat baik. G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dampak dan manfaat dari kegiatan pelatihan adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran inovatif dengan menggunakan media permainan slideshow interaktif berbasis ICT. Dengan peningkatan yang dialami oleh guru tersebut baik dalam menyusun RPP dan dalam melaksanakan pembelajaran, jika diupayakan secara terus menerus di dalam kelas, maka tujuan utama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris dapat tercapai. Dengan demikian, menjadi kewajiban semua pihak, khususnya guru yang terlibat langsung dengan peserta didik untuk secara berkesinambungan mengupayakan semua hasil yang telah didapatkan selama pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga dapat membantu para peserta didiknya mencapai target pembelajaran yang diharapkan. H. DAFTAR PUSTAKA Bailey, R., Doherty, J. & Jago, R. 2004. Physical Development and Physical Education, Learning in the Early Years: A Guide for Teachers of Children 3-7, ed. Jeny Riley. London: Paul Chapman Publishing, A SAGE PublicationCompany. Brewster, J., Ellis, G.& Girard,D. 2007. The Primary English Teacher s Guide. Essex, England: Pearson Education Limited. Feez, S.2010.Montessori and Early Childhood. London: SAGE Publications Ltd. Gordon, T. 2007. Teaching Young Children a Second Language. Westport: Praeger Publisher. Halliwell, S. 2007. Teaching English in the Primary Classroom. New York: Longman Group UK, Ltd. LPM Undiksha. 2014. Deskripsi Statistik Pelaksanaan P2M. Diakses dari http://lpm.undiksha.ac.id/ Naz, A.A. & Akbar, R.A. 2008. Use of Media for Effective Instruction Its Importance: Some Considerations. Journal of Elementary Education, 18: 35-40. Newby, T.J., Stepich, D.A., Lehman, J.D., Russell, J. D. 2006. Educational Technology for Teaching and Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc. Pambudi, M.N. 2013. Model Pembelajaran Berbasis ICT. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Paul, D. 2003.Teaching English to Children in Asia. Hong Kong: Pearson Education AsiaLtd. Ramendra, D.P. & Ratminingsih, N.M. 2007. Pemanfaatan Audio Visual Aids (AVA) dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 1(2):78-95. Ratminingsih, N.M. & Mahadewi, L.P.P. 2016. IBM Kelompok Guru 142

Bahasa Inggris SD di Kecamatan Sukasada. Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Ratminingsih, N.M. & Budasi, I G. 2014. Pengembangan Media Audio Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Lagu Kresi di Kelas Lima Sekolah Dasar. Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Ratminingsih, N.M. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Induktif Berbasis Lagu Kreasi. Jurnal Ilmu Pendidikan, 20 (1): 47-58. Ratminingsih, N.M. 2012. Teaching Techniques, Types of Personality, and English Listening Skill. Jurnal Ilmu Pendidikan, 18 (2): 23-29. Ratminingsih, N.M. 2010. Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Tipe Kepribadian terhadap Keterampilan Mendengarkan Bahasa Inggris: Studi Eksperimen pada Siswa SD LAB Undiskha Singaraja. Disertasi Doktor (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Wright, A., Betteridge, D. &Buckby, M. 2006.Games for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press. I. PESANTUNAN Ucapan Terima kasih disampaikan kepada DIKTI yang telah menyalurkan dana hibah IBM serta Rektor Undiksha melalui ketua LPPM yang telah memfasilitasi tim pelaksana dalam menyelenggarakan kegiatan P2M ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, KUPP Kecamatan Sukasada atas kerjasamanya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para guru SD pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris di gugus IV dan V Kecamatan Sukasada yang menjadi peserta kegiatan dan panitia yang telah membantu terselenggaranya kegiatan dengan lancar. 143