BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka bidang pendidikan. seharusnya bergerak lebih agresif dan inovatif dalam menggali dan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak anak, dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Mutu pendidikan indonesia akhir akhir ini menjadi perhatian dari seluruh rakyat indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi pendidikan, pakar pendidikan penyelenggara pendidikan, dan pemerintah sebagai penyelenggara negara. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia secara kualitatif diperlihatkan Human Development Report (HDR), Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa atau The United Nations Organization for Education, Science and Culture (UNESCO) menempatkan Indonesia (berada diperingkat ke-121) sebagai negara yang memiliki peringkat medium dalam hal pengembangan sumber daya manusia di tahun 2013 lewat laporannya yang bertajuk Human Development Report (2013), Lagi-lagi Indonesia masih dibawah bayang-bayang Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Standart Nasional Pendidikan bertujuan bukan hanya untuk memeratakan standar mutu pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi juga 1

untuk memenuhi tuntutan perubahan lokal, nasional dan global. Dikarenakan mutu pendidikan di Indonesia telah jauh tertinggal dari negara ASEAN yang lain, maka peningkatan peningkatan di segi pendidikan akan terus terjadi. Sehingga mutu pendidikan di Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkup belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Paradigma lama tentang proses pembelajaran beranggapan bahwa dalam pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya seperti kurang tepat lagi digunakan oleh pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar. Rendahnya mutu pendidkan di Indonesia tercermin dari rendahnya rata rata prestasi belajar siswa, masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia banyak di perbincangkan adalah bahwa strategi dalam bidang pembelajaran masih terlalu didominasi oleh peran guru, guru lebih bamyak menempatkan siswa sebgai objek bukan sebagai subjek didik. Pendidikan di Indonesia kurang memberikan

kesempatan kepada siswa dalm berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kretif, logis, dan ojektif. Salah satu tolak ukur kualitas SMK adalah daya saing lulusannya dalam pasar kerja. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang mampu memenagkan persaingan pasar kerja, sekurang kurangnya di tingkat lokal, SMKN 1 Lubuk Pakam menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan. Di antara faktor faktor lain, guru sebagai penggerak proses belajar mengajar di sekolah SMKN 1 Lubuk Pakam, memainkan peranan yang sangat besar. Tingkat keterlibatan siswa serta interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar sangatlah tergantung pada guru. Menurut Gagne (1994: 149) ada tiga fungsi yang dapat diperankan oleh guru dalam mengajar yakni sebagai perancang, pengelola, dan evaluasi pengajaran. Dalam rangka meningkatkan keberhasilan belajar siswa yang merupakan bagian dari usaha meningkatkan mutu pengajaran dan pendidikan, perlu segera ada upaya nyata untuk menigkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika. Berdasarkan hasil pengamatan selama ini, dalam pelaksanaan pengajaran mata pelajaran fisika di SMKN 1 Lubuk Pakam, pemberian pendekatan starategi pembelajaran kontekstual jarang di praktekkan oleh guru. Menurut Johnson yang dikutip oleh Rusman (2011: 187) Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyususn pola pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Johnson mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah

usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebap siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan dunia nyata. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang dipilih hendaknya sesuai dengan metode, media dan sumber belajar lainya yang dianggap relevan dalam menyampaikan informasi, dan membimbing siswa agar terlibat secara optimal, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuh kembangkan kemampuanya, seperti : mental, emosional, dan sosial serta keterampilan atau kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan mendorong timbulnya aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tertentu. Setiap satuan pendidikan berhak mempergunakan strategi pembelajaran yang sengaja dipilh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Strategi pembelajaran yang dipergunakan selama ini yaitu strategi pembelajaran konvensial/ekspositori yaitu pendekatan pembelajaran yang beriorintasi kepada guru berupa metode metode ceramah dimana siswa mendengarkan, dan menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.kondisi seperti ini membuat siswa banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi- materi ilmu fisika yang diajarkan oleh guru. Dampak yang sangat dominan dari pembelajaran dengan pendekatan seperti ini adalah pada hasil belajar siswa pada akhir semester. Pemerintah dan pihak swasta yang perduli terhadap pendidikan terus mengupayakan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan

sekolah menengah. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun pelaksanaannya masih jauh dari yang diharapkan. Dalam berbagai forum diskusi yang diselenggarakan oleh berbagai pihak dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan Indonesia masih rendah. Salah satu indikatornya adalah rendahnya mutu pendidikan Fisika yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar Fisika yang diperoleh siswa. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat dan juga guru yang kurang memperhatikan karakteristik kepribadian siswa. Adapun indikator keberhasilan belajar dari siswa merupakan nilai akhir sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintah setiap semester sebagai evaluasi guru terhadap kualitas peserta didik secara global. Namun pada penelitian ini peneliti mengambil acuan pada data hasil belajar siswa yakni nilai rata-rata siswa ujian semester yang dilaksanakan seperti Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Rata-Rata Hasil Ujian Fisika Siswa SMKN 1 Lubuk pakam Semester Ganjil Tahun 2009 s/d 2012 Tahun Nilai Nilai Rata-Rata Klasifikasi Ajaran Tertinggi Terendah 2009 2010 8,20 3,00 5,60 C 2010 2011 8,00 3,42 5,71 C 2011 2012 8,00 2,60 5,30 C 2012 2013 7,80 2,58 5,20 C Sumber :Arsip Daftar Nilai SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. Dari Tabel 1.1 hasil ujian fisika di atas, perolehan nilai siswa tidak menunjukkan prestasi yang baik, karena setiap tahun perolehan semakin menurun sementara KKM yang ditetapkan 6,5 untuk bidang studi fisika, Berdasarkan fenomena di atas, strategi pembelajaran dianggap penyebab rendahnya hasil

belajar siswa. Strategi pembelajaran ekspositori sebagai strategi pembelajaran yang selama ini dipergunakan oleh guru di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam menjadi pemicu perolehan nilai rata-rata semester yang rendah. Sehingga diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang lebih efektif yang dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan namun lebih efektif dalam memberikan keberhasilan pembelajaran di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan demikian dibutuhkan guru yang kreatif, inovatif yang selalu berorientasi untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dalam mengatasi persoalan. Dalam hubungan di atas, strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan strategi pembelajaran yang paling cocok untuk menanggapi hal tersebut. Hal ini karena melibatkan seluruh peserta didik untuk aktif dan mengasah ketekunannya dalam mendapatkan hasil dari sebuah pembelajaran. Strategi pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Artinya belajar akan bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Bukan sekedar mengetahui pembelajaran tidak sekedar mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa menfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh kesadaran.

Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Dengan dmeikian siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan lebih mendorong ke arah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Sanjaya (2006: 264) Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu sebagai berikut : (a) Konstruktivisme, (b) Menemukan (Inquiry), (c) Bertanya (Questioning), (d) Masyarakat Belajar (Learning Community), (e) Pemodelan (Modeling), (f) Refleksi (Reflection), (g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Dipilihnya pembelajaran kontekstual sebagai pembelajaran yang dianggap mampu menciptakan siswa yang produktif dan inovatif adalah dengan alasan sebagai berikut : (1) sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

(2) melalui landasan filosofi konstruktivisme, Kontekstual di promosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi belajar Kontekstual, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghapal Kepribadian juga terlibat dalam mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa pada setiap bidang studi, termasuk bidang studi Fisika. Tipe kepribadian siswa harus mendapat perhatian sebelum memulai pembelajaran agar guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswa. Ketepatan strategi pembelajaran diharapkan dapat menciptakan hasil belajar yang memuaskan. Menurut Jung yang dikutip Suryabrata (1982: 162) Dalam hal kepribadian, anak yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert, proses pengembangan diri akan berjalan apabila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang memiliki tipe kepribadian introvert, peran guru sebagai pengarah dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugas yang hendak diteliti. Selanjutnya kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu ditumbuh kembangkan termasuk dalam proses belajar mengajar disekolah. Ilmu yang mempelajari gejala alam disebut sains. Sains berasal dari kata latin yang berarti mengetahui. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah Fisika. Apakah yang dipelajari dalam Fisika? Fisika mempelajari gejala-gejala alam seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi, listrik dan magnet. Semua ini adalah bentuk dari energi. Karena itu dapatlah kita katakan bahwa Fisika adalah ilmu yang terutama mempelajari hubungan antara materi dan energi.

Perubahan global yang berlangsung cukup cepat menempatkan Fisika sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan tulang punggung teknologi terutama teknologi manufaktur dan teknologi modern.teknologi modern seperti teknologi informasi, elektronika, komunikasi dan teknologi transportasi memerlukan penguasaan Fisika yang cukup mendalam. Fisika diawali dengan mengamati gejala alam, tetapi hanya duduk dan menyaksikan gejala alam tidaklah cukup. Pengamatan gejala alam haruslah disertai dengan data yang kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran. Begitu seseorang mulai melakukan pengukuran kuantitatif, maka ia memerlukan suatu sistem satuan untuk memungkinkan anda berkomunikasi dengan orang lain dan juga untuk membandingkan hasil-hasil pengukuran anda. Sistem yang digunakan dalam keseluruhan penelitian ini adalah sistem SI, yang memiliki tujuh besaran pokok. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan penelitian eksperimen tentang Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Tipe Kepribadian Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Smkn 1 Lubuk Pakam" B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan diantaranya adalah (1) faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa? (2) apakah penggunaan strategi pembelajaran yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar fisika? (3) bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan dapat berlangsung dengan efektif dan optimal sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang lebih

menarik bagi siswa? (4) bagaimana perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan strategi pembelajaran ekspositori? (5) apakah penilaian hasil belajar yang digunakan oleh guru sudah sesuai? (6) mengapa kepribadian mempengaruhi hasil belajar siswa? (7) adakah perbedaan hasil belajar siswa atas perbedaan kepribadian masingmasing? (8) bagaimana penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dilakukan guru dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert? (9) mengapa dikatakan penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert? (10) apakah terjadi interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan tipe kepribadian terhadap hasil belajar siswa? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar lebih terarah, efektif dan efisien maka masalah penelitian ini dibatasi pada masalah : (1) hasil belajar, dibatasi pada ranah : kognitif, dan psikomotorik, (2) strategi pembelajaran, yang dibatasi pada strategi pembelajaran kontekstual dan strategi pembelajaran ekspositori, (3) untuk tipe kepribadian siswa dibatasi pada kepribadian tipe ekstrovert dan tipe kepribadian introvert. Hasil belajar yang akan dinilai adalah hasil belajar Fisika siswa kelas X SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, penelitian ini juga membatasi pada ruang lingkup penelitian dan waktu penelitian, Berkaitan dengan itu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013 2014 pada materi Besaran dan Satuan.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah kelompok siswa yang diajar dengan meggunakan strategi pembelajaran kontekstual memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori? 2. Apakah kelompok siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert akan memiliki hasil belajar fisika lebih tinggi daripada tipe kepribadian introvert? 3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan tipe kepribadian yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar fisika? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Perbedaan kemampuan kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan kemampuan siswa yang diajar dengan menggumakan strategi pembelajaran ekspositori. 2. Perbedaan kemampuan kelompok siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dibanding kelompok siswa yang memiliki tipe kepribadian introvert.

3. Interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dan tipe kepribadian yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar fisika. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dalam perancangan pembelajaran. Di samping itu dapat diidentifikasi strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk kelompok siswa yang memiliki tipe kepribadian tertentu. 2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan landasan empirik atau kerangka acuan bagi peneliti berikutnya, baik untuk meneliti struktur materi bidang studi yang sama atau yang berbeda maupun kerakteristik individual yang sama atau lainya.