BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris semakin sering dipelajari dan digunakan di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. lain di Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, China dan Jerman

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

KESALAHAN SINTAKSIS PADA SURAT LAMARAN KERJA BERBAHASA INGGRIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

menjadi tolak ukur terhadap isi dari karya ilmiah tersebut. Pembaca akan tertarik atau tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS. Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

Jurnal Sastra Indonesia

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE.

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bahasa Inggris semakin sering dipelajari dan digunakan di Indonesia. Dikutip dari Abercombrie bahwa (Abercrombie, 1956:16) orang-orang mempelajari beberapa bahasa karena berbagai macam alasan-perdagangan, sosial, keilmuan, pendidikan dan pada dasarnya sederhana dibandingkan merancang sebuah mata pelajaran untuk pemula yang mengerti apa yang dia inginkan dengan bahasa, dan mengerti apa yang tidak relevan dengan tujuannya.bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat di Indonesia. Sebagian masyarakat di Indonesia percaya bahwa bahasa Inggris akan membantu mempermudah hidup mereka dalam mencari pekerjaan. Umumnya pembelajar bahasa Inggris ialah masyarakat dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pelajaran atau mata kuliah bahasa Inggris tidak lepas dari pengaruh bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Inggris karena bagaimanapun juga pembelajar bahasa Inggris di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Inggris juga tidak mudah, mengingat adanya perbedaan rumpun pada kedua bahasa tersebut. Pembelajar bahasa Inggris pada prakteknya paling tidak harus memiliki 4 kemampauan dasar berdasarkan aku-english.blogspot.co.id, yaitu berbicara

2 (speaking), membaca (reading), menulis (writing), dan mendengarkan (listening). Keempat kemampuan bahasa Inggris tersebut ialah disebutmacro skills, sementara micro skills terdiri dari tata bahasa (grammar), kosa kata (vocabulary), dan pengucapan (pronunciation). Macro dan microskills saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Contohnya ialah dalam menulis karangan bahasa Inggris, pembelajar bahasa Inggris tidak bisa lepas dari kemampuannya dalam menerapkan tata bahasa dan pengetahuan kosa kata pada karangannya. Pembelajar suatu bahasa pada umumnya tidak dapat lepas dari kaidah kala. Verhaar(2010:126) menyebutkan bahwa kala menyangkut waktu atau saat dalam hubungannya dengan saat (dalam hubungannya dengan saat penuturan) adanya atau terjadinya atau dilakukannya apa yang diartikan oleh verba.sementara itu, di dalam bahasa Indonesia memang terdapat kala, tetapi tidak begitu tampak seperti halnya dalam bahasa Inggris. Dikatakan oleh Abdul Chaer bahwa, bahasa Indonesia tidak menandai kala secara morfemis, melainkan secara leksikal. Antara lain dengan kata sudah untuk kala lampau, sedang untuk kala kini, dan akan untuk kala nanti (Chaer, 1994:261). Kala dalam bahasa Inggris menjadi masalah bagi beberapa pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. Perbedaan rumpun bahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris juga menjadi alasan mengapa permasalahan kala muncul. Berbeda halnya ketika mempelajari bahasa yang mirip dengan bahasa ibu. Dikatakan oleh Windford bahwa, ketika strukturnya agak mirip pada kedua bahasa, akan mudah

3 dipelajari, dan cenderung dikuasai lebih awal(windford, 2003:215). Hingga saat ini, tidak sedikit mahasiswa yang masih mengalami kebingungan mengenai aturan kala dalam bahasa Inggris, presenttense dan pasttense. Kedua kala dalam bahasa Inggris tersebut umumnya dikenal membingungkan oleh para pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. Selain itu, kedua kala tersebut sering kali menimbulkan kesalahpahaman pada mahasiswa dalam menggunakan bahasa Inggris, baik di dalam tulisan maupun lisan. Pada tulisan ini, penulis menulis mengenai kesalahan penggunaan kalapresent dan past pada tulisan berbahasa Inggris oleh pembelajar bahasa Inggris. Adanya kesulitandalam mempelajari bahasa Inggris tidak menutup bangsa Indonesia umumnya mempelajarinya lebih lanjut, Chaer berpendapat dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarkat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang(chaer, 1994:65). Ilmu bahasamemiliki beberapa cabang yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Wijana (2011) menyebutkan bahwa terdapat dua elemen dalam ilmu bahasa yaitu internal dan eksternal. Elemen eksternal bahasa diantaranya ialah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa, morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari penggabungan satuan-satuan

4 lingual yang berupa kata menjadi satuan yang lebih besar, seperti frase, klausa, dan kalimat. Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk makna satuan kebahasaan (Wijana, 2011:14-16). Permasalahan bahasa yang penulis teliti terkait dengan sintaksis karena berkaitan dengan penulisan kalimat oleh mahasiswa dalam bahasa Inggris. Seperti yang dikatakan oleh Hawkins bahwa, sintaksis suatu bahasa merupakan kesatuan aturan yang menentukan konstruksi kalimat suatu bahasa(hawkins, 2001:2). Maka kalimat yang menyimpang atau tidak mengikuti tata aturan disebut kalimat yang tidak gramatikal. Dalam buku yang sama, Hawkins menyebutkan bahwa, jika suatu kalimat dibentuk menurut aturan-aturan yang ada maka kalimat tersebut terformulasi dengan benar atau gramatikal. Jika suatu kalimat dibentuk menyimpang dari unsur-unsur maka kalimat tersebut salah atau tidak gramatikal(hawkins, 2001:2). Lebih fokus terhadap permasalahan pembelajaran bahasa Inggris terkait dengan sintaksis, analisis kesalahan berbahasa menjadi permasalahan utama. Ini mengingat adanya kesalahan berbahasa karena melibatkan dua bahasa yang memiliki perbedaan rumpun. Ditegaskan oleh Nadar bahwakesalahan hendaknya dianggap sebagai bagian dari pembelajaran bahasa asing. Pembelajar yang memiliki struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa yang mereka pelajari hampir dipastikan membuat kesalahan(nadar, 1994:10). adalah, Sementara itu, David Crystal berpendapat bahwa analisis kesalahan berbahasa

5 Dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, analisis kesalahan bahasa merupakan teknik untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menginterpretasikan secara sistematis bentuk-bentuk yang tak dapat diterima dihasilkan oleh seseorang yang mempelajari suatu bahasa asing, menggunakan prinsip dan prosedur yang disediakan oleh LINGUISTIK. Kesalahan diasumsikan untuk merefleksi, dengan cara yang sistematis, tingkatan KEMAMPUAN yang diraih seorang pembelajar,; dikontraskan dengan kekeliruan, yang merupakan batasan presentasi yang dapat dibenarkan oleh pembelajar. Kridalaksana (2008:14) menyatakan bahwa, analisis kesilapan (error analysis) pengajaran bahasa merupakan teknik untuk mengukur kemajuan belajar bahasa dengan mencatat dan mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seseorang atau kelompok. Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa analisis kesalahan bahasa dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang biasa dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing. Objek penelitian ini ialah pembelajar bahasa Inggris di Sekolah Vokasi UGM semester pertama tahun 2013-2014.Kesalahan-kesalahan berbahasa Inggris tampak dalam membuat karangan yang mereka tulis. Kesalahan utamanya yakni pada penggunaanpresenttense dan pasttense. Kesalahan yang sering dilakukan dalam penerapan present tense dan past tense ialah dalam penggunaan verba yang masih kurang tepat, serta pemahaman mereka kurang terhadap kala tersebutditandai dengan keterangan waktu. Kesalahan yang terjadi pada tataran verba dalam presenttense dan past tense ialah penggunaan verba yang sering salah, seperti contoh di bawah ini, (1) *At 9.30 pm she go to sleep. (41-a)

6 (Pada pukul 9.30 petang dia beranjak tidur) (2)*At 09.00 she studying until 11.00.(79-a) (Jam 09.00 dia belajar hingga pukul 11.00) Sementara itu, pada kalimat (1) penggunaan verba dianggap salah karena penggunaan verba infinitif ketika sebuah kalimat tersebut memiliki subjek orang ketiga tunggal wanita. Ketika sebuah kalimat memiliki subjek orang ketiga tunggal, maka akan diikuti oleh verba infinitif yang ditambah satau es.pada kalimat nomor (2) memiliki kesalahan penggunaan kata kerja ingpada verba study. Penggunaan ingdalam bahasa Inggris yaitu untuk menunjukkan gerund atau menunjukkan kalimat yang bersifat progresif baik present atau past. Berikut merupakan kalimat (1) hingga (2) yang telah mengikuti kaidah simple present tense, (1) At 9.30 pm she goes to sleep. (2)At 09.00 she studies until 11.00. Ketika seseorang mempelajari bahasa yang baru, terlebih bahasatersebut memiliki aturan yang sedikit berbeda dengan bahasa ibu yang ia gunakan, maka kesalahan-kesalahan terlihat baik sedikit atau pun banyak dalam proses penggunaannya. Ini juga dialami oleh para mahasiswa Sekolah Vokasi UGM pada tingkat pertama. Gejala ini dalam analisis kesalahan disebut interferensi bahasa (Primantari, 2012:5). Adapun kesalahan dalam penggunaan pasttense antara lain:

7 (3)*So I shut down my laptop and tried to sleep but I could not so I keep prayed until I sleeped.(6-a) (Jadi saya menutup laptop dan mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa jadi saya terus berdoa sampai saya tidur) (4)*I can took my box tomorrow in here again.(12-a) (Saya dapat mengambil kotak saya besok di sini lagi.) Kalimat (3) verba keep prayed tidak tepat karena pada kalimat tersebut menggunakan simple past tense sehingga verba keep akan lebih tepat menjadi bentuk past yaitu kept diikuti gerundpraying, karena sesuai dengan kaidah gerund pada sub bab 2.4.1. bagian (iii) bahwa verba keep termasuk verba yang diikuti oleh gerund. Selanjutnya pada verba sleep akan lebih tepat menjadi slept pada bentuk simple past dalam kalimat ini. Namun, oleh pembelajar verba sleep diubah menjadi sleeped karena pembelajar mengira bahwa verba sleep merupakan verba teratur( regular), sementara verba sleep merupakan verba tidak teratur (irregular) sehingga perubahan bentuk dari bentuk simple present ke dalam simple past bukan dengan menambahkan ed pada akhir verba, melainkan dengan mengubahnya menjadi slept. Kalimat (4) menggunakan verba modal. Kesalahan pada kalimat (4) terletak pada verba can yang tidak mengalami infleksi padahal kalimat tersebut merupakan kalimat dengan simple past tense karena menceritakan kegiatan masa yang lampau. Selanjutnya ialah verba take setelah modal can, justru mengalami infleksi ke dalam bentuk simple past menjadi took. Kedua verba akan lebih tepat apabila modal can mengalami infleksi menjadi bentuk simple past yaitu could

8 sementara verba take tetap dalam bentuk infinitif. Berikut ini kalimat (3) dan (4) setelah disempurnakan (3)So I shut down my laptop and tried to sleep but I could not so I kept praying until I slept. (4)I could take my box tomorrow in here again. Kurang tepatnya penggunaan bahasa Inggris dalam tataran tata bahasa menyebabkan timbulnya permasalahandalam pembelajaran bahasa, terutama menulis. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain pesan penulis karangan yang tidak sampai pada pembaca tulisan, tulisan yang sulit dipahami, serta beberapa kesulitan bagi penutur asli untuk memahami pesan yang disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, Sekolah Vokasi UGM Prodi Bahasa Inggris mewajibkan mahasiswa untuk menempuh mata kuliah wajib Menulis 1 dengan tujuan memberi bekal dasar mengenai tata aturan menulis dengan menggunakan bahasa Inggris dengan benar pada mahasiswa tingkat awal. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena untuk melihat kesalahan para mahasiswa dalam penggunaan kala dalam bahasa Inggris, sehingga dapat diketahui sejauh mana mahasiswa memahami bahasa tersebut pada tahap awal. Seiring dengan minat mahasiswa dalam bahasa Inggris yang semakin meningkat namun beragamnya kesalahan yang mereka tulis terkait dengan penggunaan kala, penelitian ini sekiranya dapat membantu mahasiswa dalam memahami aturan-aturan present tense dan past tensedalam bahasa Inggris. 1.2.Rumusan Masalah

9 Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan dalam dalam penggunaan simple present tense dan simple past tense yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGMtahun ajaran 2013-2014? b. Apa penyebab kesalahan pada kedua kala tersebut oleh mahasiswaprodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGM? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: a. Mendeskrispikan bentuk-bentuk kesalahan dalam penggunaan simple present tense dan simple past tenseyang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGM. b. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya kesalahan pada kedua kala tersebut yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGM. 1.4.Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan dalam analisis kesalahan penggunaan kala dalam bahasa Inggris terutama present tense dan past tense yang diterapkan dalam tulisan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan

10 dapat membantu pengajaran mata kuliah Menulis 1 Sekolah Vokasi UGM Prodi Bahasa Inggris sehingga kesulitan mahasiswa selama ini dalam memahami kala dalam penulisan menggunakan bahasa Inggris dapat diatasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan tentang kala, terutama present tense dan past tense, serta analisis kesalahan bagi penelitian-penelitian bidang terjemahan di masa yang akan datang. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pengajar mata kuliah Menulis pada program bahasa Inggris. Khususnya dalam memberikan pemahaman mengenai penggunaan kala dalam penulisan menggunakan bahasa Inggris terutama yang berkaitan dengan present tense dan past tense. 1.5.Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian sebelumnya mengenai analisis kesalahan diantaranya, pada tahun 1994,penelitian oleh Nadar dengan judul Foreign Students Errors in Elementary Written Indonesian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh pelajar dapat dikelompokkan, diantaranya additional related error, omission error, substitution error, dan ordering related error. Berikutnya yang dilakukan oleh Tanipu pada tahun 2010 dengan judul penelitian Analisis Kesalahan Penerjemahan Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia: Studi Kasus di Pusat Pelatihan Bahasa dan Penyiapan Studi Luar Negeri Gorontalo.

11 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesalahan referensial dan kesalahan linguistik dalam penerjemahan. Adapun penyebab kesalahan yang lain diantaranya kebudayaan, pengetahuan, dan pemahaman penerjemah. Tahun 1995, Wijana dengan judul Error Analysis of Monash University Graduate Students Essay Writing. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berkaitan dengan perbedaan-perbedaam dalam linguistik, beberapa kesalahan yang dilakukan oleh pelajar pascasarjana dari Indonesia dipengaruhi oleh struktur bahasa ibu mereka yang lebih mereka kuasai. Pengaruh tersebut tampak pada ejaan dan kesalahan gramatikal dalam penggunaan konjungsi, kata kerja bantu, predikat non-verbal, angka, objek preposisi, preposisi, artikel, susunan kata, dan pemilihan kata. Penelitian dilakukan oleh Chow Po Ki (2006) dengan judul Tense and Aspect in Interlanguage: Error Analysis in the English of Cantonese-speaking Secondary School Student. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelajar membuat kesalahan bukan hanya karena pengaruh bahasa ibu, namun juga beberapa faktor. Faktor-faktor seperti pengaruh antarbahasa, perbedaan antara bahasa Kanton dan bahasa Inggris dan pengaruh intralingual juga penting sekali. Penelitian lain, Primantari (2012) dengan judul Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia pada Tataran Sintaksis oleh Pembelajar BIPA dari Korea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajar BIPA dari Korea melakukan kesalahan dalam tataran sintaksis, yaitu pada tataran frasa dan klausa.

12 Serta kesalahan terjadi umumnya karena kurang pahamnya pembelajar mengenai pembentukan frasa dan klausa dalam bahasa Indonesia. Putri (2014) dengan judul Analisis Kesalahan Pembentukan Kata Kerja dalam Karangan Berbahasa Indonesia Mahasiswa Amerika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola kesalahan pembentukan kata kerja dalam karangan berbahasa Indonesia mahasiswa Amerika diklasifikasikan menjadi lima macam serta penyebab kesalahan pembentukan kata dibagi menjadi dua macam, yaitu intralingual dan ekstralingual. Wulandari (2015) dengan judul Analisis Kesalahan Gramatikal pada Karangan Bahasa Inggris Mahasiswa Tahun Pertama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada ranah morfologi, kesalahan paling banyak muncul yaitu berupa penghilangan penanda jamak, sedangkan kesalahan dalam ranah sintaksis yang frekuensi kemunculannya paling tinggi yaitu kesalahan yang berupa konjugasi atau perubahan bentuk verba berdasarkan subjek dan kala. Adapun penelitian oleh Sapanti (2015) dengan judul Analisis Kesalahan Struktur Sintaksis Karangan Berbahasa Indonesia oleh Pembelajar Tiongkok. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pembelajar Tiongkok melakukan kesalahan dalam tataran sintaksis, yaitu pada tataran frasa dan tataran klausa. Penelitian ini berfokus pada analisis kesalahan penulisan karangan menggunakan bahasa Inggris oleh mahasiswa semester 1 Tahun Ajaran 2013-2014

13 Program Studi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM pada tataran gramatikal, khususnya dalam penggunaan kalapresent dan kala past. Sistem gramatikal dalam bahasa Inggris akan diikutsertakan demi memperjelas ketidakpahaman para mahasiswa dalam menggunakan kala yang tertuang dalam karangan. Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan sehingga mahasiswa semester 1 Program Studi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk memahami kesalahan-kesalahan sebelumnya yang terkait dengan penggunaan kala. 1.6.Landasan Teori 1.6.1. Pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing Pengertian bahasa asing ialah bahasa yang dikuasai oleh seseorang sesudah yang bersangkutan menguasai bahasa pertama dan bahasa keduanya. Gaas dan Selingker (2008) menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa asing umumnya dibedakan dengan pemerolehan bahasa kedua, bahasa asing mengacu pada pembelajaran bahasa normatif di lingkungan bahasa asli seseorang (misalnya, orang Perancis belajar bahasa Inggris di kelas yang terdiri dari siswa Perancis). Pembelajaran bahasa Inggris di kelas-kelas di Indonesia merupakan salah satu contoh pembelajaran bahasa asing, karena terdiri dari mahasiswa Indonesia dengan guru dari Indonesia.

14 Berdasarkan pengamatan penulis, Bahasa Inggris dijadikan oleh beberapa instansi pendidikan sebagai bahasa asing yang dipelajari oleh siswa selain bahasa asing lainnya, seperti bahasa Arab, bahasa Perancis, dan bahasa Cina. Umumnya, kini bahasa Inggris mulai diperkenalkan di sekolah dasar, dan bahasa Inggris dipilih sebagai bahasa asing karena merupakan salah satu bahasa internasional yang banyak digunakan di dunia. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing menimbulkan banyak kesalahan pada pembelajar terkait dengan perbedaan kaidah yang terdapat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tata bahasa Inggris memiliki kaidah yang dianggap rumit oleh sebagian besar pembelajar di Indonesia. Adapun pendapat Selingker dan Gaas (2008) mengenai input bahasa asing ialah (1) pengajar, (2) materi ajar,dan (3) pembelajar lainnya. 1.6.2. Interlanguage Interlanguage (IL) menurut Selingker merupakan hasil pemrosesan pengetahuan tentang bahasa sasaran yang terbentuk oleh si pembelajar, merupakan sistem linguistik yang dinamik serta terus menerus berkembang. IL terletak diantara bahasa ibu dan bahasa sasaran (Brown, 2001:215). Interlanguage erat kaitannya dengan istilah fossilization atau pembentukan fosil. IL biasanya merupakan faktor yang menghambat dalam mempelajari bahasa asing. Selingker (1972) menyamakan

15 struktur yang memfosil itu dengan kesalahan. Kesalahan pada IL muncul serta terus menerus baik dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis. 1.7.Analisis Kesalahan Berbahasa 1.7.1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan berbahasa merupakan salah satu kajian linguistik terapaan. Crystal (1980) yang dikutip oleh Ruru dan Ruru (1985) pada Pateda (1989) menyatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik (Pateda:1989:32). Analisis kesalahan dalam berbahasa dapat diawali dengan perkenalan dengan bahasa kedua yang belum begitu dikenal dan dipahami dengan baik. Ditambahkan oleh Nadar (1994) yang dikutip dari Brown (1980:173-174) bahwa kesalahan dapat terjadi karena paling tidak tiga alasan. Yaitu, interlingual transfertransfer dari bahasa ibu pembelajar, intralingual transfergeneralisasi yang kurang tepat aturan-aturan di dalam bahasa sasarancontext learningberkaitan dengan situasi kelas atau situasi sosial termasuk materi yang digunakan(nadar, 1994:12). 1.7.2. Klasifikasi Tipe Kesalahan Dulay (1982:146-189) menyebutkan bahwa terdapat dua sistem klaifikasi yang digunakan untuk memprediksi kesalahan berbahasa.

16 (1) Taksonomi kategori linguistik Taksonomi kategori linguistik ini mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen bahasa dan konstituen bahasa. Kesalahan pada tataran komponen bahasa meliputi: kesalahan fonologi atau pelafalan, kesalahan sintaksis dan morfologi atau gramatikal, kesalahan semantik dan leksikon atau arti dan kosa kata, serta kesalahan wacana atau gaya. Sementara itu, konstituen bahasa memprediksi unsur-unsur yang terdapat dalam komponen bahasa misalnya frasa dan klausa dalam sintaksis. (2) Taksonomi kategori strategi lahir Dalam menganalisis kesalahan dari perspektif strategi lahir lebih memberikan tuntutan pada peneliti untuk mempertimbangkan proses kognitif yang terjadi saat pembelajar mengkonstruksi bahasa asing yang dipelajarinya. Terdapat empat kesalahan pada taksonomi kategori strategi lahir, diantaranya: (a) Omission atau penanggalan, yaitu penghilangan satu atau lebih unsur bahasa yang terdapat pada frase atau kalimat. (b) Addition atau penambahan, yakni penambahan satu atau lebih unsur bahasa pada kalimat atau frase. Penambahan ini merupakan kesalahan karena penambahan ini tidak diperlukan dalam kalimat atau frase. (c) Misformationatau kesalahbentukan, yaitu kesalahan dalam membentuk konstruksi suatu kalimat dalam tuturan.

17 (d) Misordering atau kesalahurutan, merupakan kesalahan dalam pengurutan dalam suatu konstruksi kalimat atau tidak sesuai dengan kaidah gramatikal. 1.7.3. Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa Terdapat berbagai penyebab kesalahan dalam mempelajari suatu bahasa, Davies menyebutkan bahwa, penelitian mengenai pemerolehan bahasa kedua mulai dari suatu langkah yang linguistik terapan yang sangat sederhana dengan penginvestigasian masalah kesalahan-kesalahan pembelajar. Semua pengajar bahasa (dan mungkin semua pembelajar bahasa) sadar akan fakta kesalahan: suatu kesalahan merupakan suatu jurang (terpenuhi atau pun tidak) di dalam pengetahuan pembelajar bahasa target(davies, 1999:83). Ditambahkan oleh Parera bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan pula satu tindakan dan studi secara formal dan sistematik untuk mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan, hambatan-hambatan, dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran bahasa yang berbeda latar belakang kebahasaan (Parera, 1997:98). Sejalan dengan pernyataan Parera, Brown (1981:113) menyebutkan bahwa terdapat empat sumber kesalahan berbahasa yaitu: (i) Transfer Interlingual Penyebab transfer interlingual ialah interferensi bahasa pertama. Kesalahan umumnya terjadi pada tahap awal pembelajaran bahasa ketika para pembelajar belum terbiasa dengan tata bahasa baru. Satu-satunya tata bahasa yang mereka miliki ialah

18 tata bahasa pertama sehingga tata bahasa tersebut yang mereka gunakan untuk menggunakan bahasa kedua dan bahasa yang baru mereka kenal. (ii) Transfer Intralingual Transfer intralingual disebabkan oleh bahasa target yang sedang dipelajari oleh para pembelajar bahasa tersebut. Pada umumnya kesalahan ini terjadi juga pada tahap awal pembelajaran bahasa. Kesalahan ini menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa target mengalami perkembangan dalam proses pembelajarannya. (iii) Konteks Pembelajaran Konteks pembelajaran merupakan jenis kesalahan diakibatkan ketiadaan tutor atau pengajar dalam pembelajaran bahasa. Tidak ada yang membantu para pembelajar dalam menafsirkan dan mengarahkan, sehingga pembelajar menafsirkan sendiri apa yang mereka pelajari. Hal ini berbahaya dan sering menimbulkan salah penafsiran dan terjadinya kesalahan-kesalahan. (iv)strategi Komunikasi Pembelajar terkadang menyampaikan gagasan menggunakan cara yang berbeda-beda. Cara ini terkadang bisa diterima, kadang juga tidak dapat diterima oleh penerima pesan, ini yang disebut miskomunikasi. 1.8.Tata Bahasa 1.8.1. Definisi Tata Bahasa

19 Setiap bahasa memiliki kekhasan dan aturan masing-masing. Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh suatu bahasa ialah tata bahasanya. Dardjowidjojo (1988:14) berpendapat bahwa bahasa baku mendukung empat fungsi. Tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif. Masing-masing diberi nama (1) fungsi pemersatu; (2) fungsi pemberi kekhasan; (3) fungsi pembawa kewibawaan; (4) fungsi sebagai kerangka acuan. Dalam bahasa Inggris, tata bahasa juga digunakan sebagai kerangka acuan para pembelajar untuk menggunakan bahasa tersebut agar dapat menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar. Sementara itu, Chomsky pada Parera (2009:97) menyatakan bahwa, gramatika ialah keseluruhan kaidah-kaidah yang ada pada jiwa pemakai bahasa yang mengatur serta berfungsi untuk melayani pemakai bahasa. Dari kedua pendapat mengenai tata bahasa, dapat disimpulkan bahwa tata bahasa berkaitan erat dengan aturan-aturan yang dimiliki oleh suatu bahasa serta memiliki keterikatan dengan pengguna bahasa tersebut. Sementara itu, pengguna bahasa dibagi menjadi dua yaitu pengguna bahasa yang memang sudah sejak lahir ia peroleh bahasa tersebut dan pembelajar bahasa, yaitu seseorang yang mempelajari bahasa tersebut sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Terkait dengan pembelajaran suatu bahasa tentu tidak lepas dari kesalahan tata bahasa yang dipoerolehnya. 1.8.2. Kesalahan-kesalahan Gramatikal

20 (i) Morfologi Morfologi menurut Wijana (2011:55) merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk beluk kata. Sementara itu, Robins (1971:181) menyebutkan bahwa morfologi merupakan pengkajian struktur gramatikal mengenai kata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa morfologi berkaitan dengan kata dan strukturnya. Dalam membahas kalimat, tentu tak lepas dari pembahasan kaidah yang mengatur kalimat tersebut yang berupa tata bahasa. Sementara itu, tata bahasa tidak lepas dari kata yang diatur oleh morfologi serta, kaidah susunan kalimat yang disebut dengan sintaksis. Dalam sebuah kajian morfologi, Parker (1946:69) menyebut bahwa morfem terbagi dalam beberapa bidang, yaitu morfem leksikal dan gramatikal, morfem bebas dan morfem terikat, serta infleksi dan derivasi. Dalam penelitian ini, infleksi dan derivasi akan dibahas lebih lanjut. (a) Infleksi dan Derivasi Dalam bahasa Inggris terdapat delapan afiks infleksi, yaitu (1) PenandaBentuk Jamak (Plural) Semua kata benda bentuk jamak dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+jamak, tanpa memperhatikan bagaimana morfem bentuk jamak dieja ataupun dilafalkan. Contohnya,

21 boys={boy}+{plu}, men={men}+{plu}, dan bahkan bentuk jamak sheep( pada Those sheep have big noses)={sheep}+{plu} (2) Penanda Kepemilikan (Possessive) Semua kata benda penanda kepemilikan dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{poss}.contohnya, boy s={boy}+{poss}, dan man s= {man}+{poss}. (3) Komparatif dan Superlatif Semua kata sifat komparatif dan superlatif dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari {akar}+{comp} atau {SUP}. Contohnya, happier={happy}+{comp}, dan happiest={happy}+{sup}. Perhatian, bahkan good, better, dan best dapat direpresentasikan dengan cara seperti ini: good={good}, better={good}+{comp}, dan best={good}+{sup}. Di sisi lain, tidak jelas bagaimana cara terbaik menghadapi bentuk seperti most beautiful. Untuk beberapa situasi mungkin masuk akal apabila menganggapnya sebagai sebuah akar ditambahkan afiks(contohnya, mostbeautiful={beautiful}+{sup}), dalam analogi dengan kasus regular seperti prettiest={pretty}+{sup}. Namun, most pada mostbeautiful jelas tidak sama dengan sebuah afiks, sebagaimana est pada prettiest; sebaliknya, hal itu merupakan morfem gramatikal bebas. (4) Present Semua verba present tense dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{pres}. Contohnya, loves (pada John

22 lovesmary)={love}+{pres}. Perhatian, namun, bahwa hanya pada saat permukaan s ini( yakni diperjelas) hanya ketika terdapat subjek orang ketiga tunggal (yaitu, he, she, atau it atau frasa nomina yang dapat menggantikan contohnya, John, Mary, the dog). Dengan subjek lainnya (misalnya, I, you, we, they, John and Mary, dan lainnya), verba presenttense tidak memiliki afiks permukaan. Namun, verba love(pada John and Mary love each other) dapat direpresentasikan sebagai{love}+{pres}. (5) Past Semua verba past tense dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar +{PAST}. Contohnya, walked (pada John walked on hot coals)={walk}+{past}. Sehingga berbagai verba past tense, tanpa memperhatikan pengejaannya, dapat direpresentasikan dengan cara seperti ini. Contohnya, drove={drive}+{past}. Perhatian, terlebih lagi, dalam bahasa Inggris (sebagaimana pada bahasa-bahasa rumpun Jermanik), pertama dan hanya bentuk verba pertama dalam kalimat sederhana yang diinfleksi untuk kala (yaitu, {PRES} atau {PAST}); tidak ada verba yang mengikuti yang pertama diinfleksikan untuk kala. Jadi, contohnya, dalam kalimat I think, think diinfleksikan untuk kala ({think+{pres}); dalam I have thought, have diinfleksi untuk kala ({have}+{pres}); dalam kalimat I am thinking, am diinfleksi untuk kala ({be}+{pres}); dan seterusnya. (6) Past Participle Semua past participle dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{past PART}. Contohnya, driven (dalam John has drivenhis mother crazy)={drive}+{past PART}. Satu masalah yang potensial dalam mengidentifikasi

23 past participle berasal dari fakta bahwa tidak ada banyak variasi pada pengejaannya. Contohnya, gone={go}+{past PART}, come (pada They ve comehome)={come}+{past PART}, hit (pada He s hit three home runs)={hit}+{past PART}, dan walked (pada He s walked three mules for that Camel)={walk}+{PAST PART}. Namun, ada metode yang sangat sederhana dalam mengidentifikasi kalimat past participle dalam kalimat yang aktif: sebuah past participle selalu mengikuti verba auxiliary have. Sehingga, dalam kalimat They have walked home, walked merupakan past participle karena secara spontan mengikuti bentuk have. Namun, dalam kalimat They walked home, walked bukan merupakan past participle karena tidak mengikuti bentuk have. (7) Present Participle Semua present participle dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{pres PART}. Contohnya, drinking={drink}+{pres PART}. Tidak seperti bentuk verba lainnya dsalam bahasa Inggris, present participle selalu muncul dalam bentuk yang konstan (yaitu dengan sufiks ing). Selain itu, presentparticiple dalam kalimat aktif sederhana dapat diidentiikasikan sebagai bentuk verba auxiliary to be, pada They were laughing. Afiks derivasi tidak sama dengan afiks infleksi. Terdapat delapan afiks infleksi, sementara jumlah afiks derivasi tidak terhingga, diantaranya (1) Sufiks {ize} Sufiks jenis ini bergabung dengan kata benda dan membentuk kata kerja, seperti criticize, simonize, ruuberize, vulcanize, pasteurize, mesmerize, dan lainnya. Sufiks ini juga

24 dapat ditambahkan pada kata sifat, seperti normalize, realize, finalize, vitalize, solemnize, dan lainnya. (2) Sufiks {ful} Sufiks jenis ini digabung dengan kata benda dan membentuk kata sifat, misalnya helpful, playful, thoughtful, careful, wishful, dan lainnya. (3) Sufiks {ly} Sufiks ini bergabung dengan kata sifat akan menghasilkan kata keterangan, misalnya quickly, carefully, swiftly, mightily, dan lainnya. Perhatian bahwa, sufiks ini juga terdapat bentuk lyyang diikuti oleh kata benda dan mengubahnya ke dalam kata sifat, misalnya friendly, manly, neighborly, dan lainnya. Adapun beberapa bentuk prefiks derivasi, diantaranya ialah prefiks {un}, prefiks jenis ini terdapat pada kata unhappy, unwary, unassuming,dan unforgettable. Lalu prefiks {dis}, prefiks ini muncul pada kata disproportionate, dislike, distrust. Adapun prefiks {a} pada kata asymmetrical, asexual, atheist, dan atypical. Juga terdapat prefiks {anti} seperti anti- America, anti-castro, dan anti-aircraft. (ii) Sintaksis Sintaksis menurut Parker (1946: 47) merupakan pengkajian tentang bangunan frasa, klausa, dan kalimat, yaitu mengenai cara semuanya tersusun. Sementara Robins (1971:181) menyebutkan bahwa sintaksis merupakan pengkajian tentang struktur gramatikal kalimat sebagai kata-kata yang telah berkembang.wijana (2011:77) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari perihal penggabungan atau penataan

25 satuan-satuan lingual yang berupa kata untuk membentuk satuan yang lebih besar, seperti frase, klausa, dan kalimat. Dari ketiga definisi sintaksis oleh para ahli diatas sintaksis melingkupi frasa, klausa, dan kalimat. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai cakupan sintaksis yang telah disebutkan dijelaskan secara rinci. (a) Kalimat Quirk dan Greenbaum (1973) berpendapat bahwa kalimat dapat mengandung lima unit yang disebut struktur elemen kalimat, yaitu subjek, verba, komplemen, objek, dan kata keterangan. Kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat inti yang disebut dengan Pola Kalimat Dasar Inti (PKDI) dan kalimat perluasan menurut Parera (2009:28). Berikut penjelasan Parera (2009) mengenai PKDI dalam bahasa Inggris: 1. NP + VP Birds sing 2. NP + VP + NP John bought abook 3. NP + VP + NP + NP John gave Mary a book NP

26 4. NP + VP + Adj John became a doctor The rose smells sweet 5. NP + VbP + NP Ad Pa Paul is a student Mary is pretty Jim is here Thebook is on the table PDKI dapat diperluas, misalnya, 6. NP + VP The brave soldier ran quickly 7. NP + VP VP + NP The man in the gray overcoat drove the car

27 Sedangkan untuk perluasan klausa pada PDKI, akan terdapat PDKI baru yang masih menggantung pada salah satu unsur pokok PDKI, misalnya, 8. np + vp + np + NP + VP before he finished the lesson the bell rang Dengan adanya before, maka PDKI he finished the lesson merupakan klausa tergantung (dependent clause) dari PDKI the bell rang. Selain pada kalimat inti, PDKI tersebut dapat diturunkan pada kalimat turunan yang terdapat pada pernyataan ingkar, yaitu 9. NP + VP NP + do + not + Vinf They happened They did not happen. They arrived safely They did not arrive safely. Perlu diperhatikan bahwa dalam bahasa Inggris ini ialah bentuk do not yang mengalami perubahan morfofonemik sesuai dengan bentuk yang dilekatinya dan bentuk morfologis yang diambil-alihnya. 10. NP + VP + NP NP + do (dalam segala bentuk morfologi dan morfofonemik) + not + Vinf. + NP They bought a new car They did not buy a new car. 11. Hubungan yang sistematik pun dapat dinyatakan antara tipe pernyataan positif dan bentuk lanjutan pertanyaan.

28 NP + VP do (dalam segala bentuk morfologis dan morfofonemik) + NP + Vpinf. (dan ciri prosodi pertanyaan bahasa Inggris) They happen did they happen? They arrived safely did they arrive safely? 12. NP + VP + NP do + NP + Vinf. + NP? They bought a car did they buy a car? Dalam bentuk PDKI dengan be ada caranya sendiri. 13. NP1 + be + NP2 be + NP1 + NP2? They were rich men were they rich men? (b) Klausa Klausa memiliki peranan penting dalam pembentukan kalimat. Klausa memiliki sifat predikatif, yakni terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berdasarkan pada tulisan Wijana (2011:91). Dalam aturan tata bahasa, klausa tidak dapat berdiri sendiri. Berdasarkan potensinya menjadi kalimat, klausa dibedakan menjadi dua, klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas merupakan klausa yang berpotensi menjadi kalimat inti, sedangkan klausa terikat ialah klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat dalam tesis Wulandari (2014). (c) Frase Frase dalam Wijana (2011:77) merupakan gabungan kata yang memenuhi syarat tertentu, yakni gabungan kata yang tidak melewati batas fungsi. Adapun

29 beberapa kategori frase ialah, frase nomina, frase verba, frase adjektiva, frase numeralia, frase preposisional, dan frase keterangan. 1.9.Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penerapan penelitian kualitatif dalam penelitian ini berdasar pada dua pertimbangan. Pertama, pengembangan konsep didasarkan atas data yang ada. Kedua, penelitian ini bersifat deskriptif, artinya penelitian ini berusaha membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Dengan demikian, pemilihan ancangan deskriptif disadarkan pertimbangan bahwa penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada gejala yang sudah terjadi, dilaksanakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena kebahasaan sebagaimana adanya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kesalahan penerapan present tense dan past tense dalam karangan mahasiswa berbahasa Inggris mahasiswa Sekolah Vokasi UGM. Metode penelitian dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:57). 1.9.1.Metode Pengumpulan Data

30 Metode dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak sebagai teknik dasar dan catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak dalam hal ini teknik simak bebas libat cakap yang digunakan dengan menyimak penggunaan present tense dan past tense dalam karangan. Teknik lanjutan yang dipilih dalam penelitian ini yakni teknik catat yaitu mencatat data, yaitu kalimat-kalimat yang menggunakan present tense dan past tense. Pengamatan dilakukan pada pembelajar bahasa Inggris Program Studi bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM tahun ajaran 2013 dan 2014 para pembelajar tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Data dalam penelitian ini diperoleh dari karangan mahasiswa pada mata kuliah Menulis 1 dengan jumlah karangan sebanyak 99 kalimat dari 37 karangan oleh 18 mahasiswa pada semester pertama. Kemampuan tiap mahasiswa beragam, mereka rata-rata mendapatkan mata pelajaran bahasa Inggris sejak sekolah menengah pertama. Jenis data yang dikumpulkan dari karangan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM menunjukkan bahwa penelitian ini mengarah pada penelitian pustaka atau penelitian data sekunder. Data sekunder akan dikumpulkan dari hasil tugas menulis di kelas. Dalam pengumpulannya, data akan dikumpulkan berdasarkan dua tahapan. Pertama mengumpulkan hasil tugas menulis mahasiswa Sekolah Vokasi UGM. Kedua, mencatat dan mengidentifikasi temuan data berdasarkan kesalahan pada tataran morfologi dan sintaksis pada karangan yang megandung present tense dan past tense.

31 1.9.2.Metode Analisis Data Pada tahap analisis data, data dalam penelitian ini dianalisis dengan metode agih. Metode agih diterapkan dengan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik dasarnya. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai unsur langsung yang membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Penggunaan teknik dasar ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan kalimat yang mengandung present tense dan past tense pada tataran morfologi dan sintaksis pada karangan berbahasa Inggris mahasiswa Sekolah Vokasi UGM 2013-2014.Pada penelitian ini, mahasiswa diminta menuliskan mengenai,my Daily Activities, dan My Partner s Daily Activities, dan Past Experience. 1.9.3. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data dapat menggunakan metode penyajian formal dan metode penyajian informal (Mahsun, 2006:255). Hasil penelitian ini akan disajikan secara formal dan informal. Secara informal hasil penelitian akan dibahas secara deskriptif menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sedangkan secara formal hasil penelitian ini akan dikemukakan dengan tabel. 1.10. Sistematika Penyajian Laporan penelitian ini akan disusun sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat mengikuti alur penelitian ini secara runtut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi

32 latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan pada tataran sintaksis dan morfologipada karangan yang menggunakan simple present tenseyang dilakukan oleh para pembelajar bahasa Inggris. Bab III mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan pada tataran sintaksis dan morfologipada karangan yang menggunakan simple past tenseyang dilakukan oleh para pembelajar bahasa Inggris. Bab IV menjelaskan penyebab-penyebab terjadinya kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa semester 1 Sekolah Vokasi UGM Prodi Bahasa Inggris. Bab V akan berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini.