HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN PERSEPSI KETAATAN TERHADAP ATURAN LALU LINTAS PADA SUPIR BUS JURUSAN PURWODADI-SOLO SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. sektor dan Wilayah (Undang-undang Lalu Lintas No. 14 Tahun 1992). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

berada dibawah tuntutan tugas yang harus dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA

BAB II LANDASAN TEORI. Supir (pengemudi) atau bahasa Inggrisnya driver adalah orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu pada negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.pembangunan kesehatan harus mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua, roda empat

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

KANTOR PELAYANAN TERPADU SAMSAT DAN SATLANTAS POLTABES SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB VI PENUTUP. terkait langsung dengan sistem transportasi. Evaluasi dari manajemen sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang cukup signifikan. Oleh karena itu perubahan peranan birokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak ditunjang dengan tenaga kerja yang cakap maka kemungkinan besar sasaran

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa. bantuan orang lain dan terjadi ketergantungan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan dalam berlalu lintas menjadi hal yang karena menyangkut

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN PERSEPSI KETAATAN TERHADAP ATURAN LALU LINTAS PADA SUPIR BUS JURUSAN PURWODADI-SOLO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusun Oleh: Tyas Budi Utami F100 040 168 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan hukum atau penegakan aturan (law enforcement) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendekatan tiga E (Enginering, Education, Enforcement). Dengan pendekatan tersebut, penegakan hukum atau penegakan aturan sebaiknya dilakukan apabila pendekatan Enginering (rekayasa) dan Education (sosialisasi dan pendidikan) terhadap suatu aturan tertentu telah dilakukan. Dalam konteks penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, misalnya ketaatan terhadap tata cara berlalu lintas dapat dilakukan apabila penyediaan fasilitas pendukung yang memungkinkan masyarakat pengguna jalan berlalu lintas dengan baik telah disediakan dan sosialisasi tentang tata cara berlalu lintas telah dilakukan (Thohir, 2005). Persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas adalah proses seseorang dalam aktifitas mengindera, menginterpretasi dan memberi penilaian terhadap proses dilakukanya upaya untuk tegaknya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam berlalu lintas (Thohir, 2005). Mendukung pendapat dan ulasan diatas, Rahmat (2003), menyatakan bahwa persepsi menunjukan adanya aktifitas mengindera, menginterpretasi dan memberi penilaian terhadap objek-objek fisik serta stimulus sosial yang ada di lingkungan sosial. Ketataan terhadap aturan adalah proses dilakukanya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam berlalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 1

2 Roberto (1999) mengatakan bahwa pemahaman hukum tidak bisa bebas dari konteksnya. Hukum bekerja bukan di ruang hampa melainkan bekerja dalam realitas yang tidak netral dari pengaruk lain, dan nilai yang ada di belakangnya adalah subjektif. Hukum atau aturan bukanlah sesuatu yang terjadi secara alamiah, melainkan dikonstruksi secara sosial. Karena itu penggunaan hukum yang hanya bersifat formal akan gagal untuk mengatasi problem kemasyarakatan. Dalam kaitanya dengan penegakan aturan lalu lintas, supir seringkali menjadi sasaran tudingan sebagai sumber penyebab kecelakaan lalu lintas. Meskipun tudingan ini tidak diungkap secara eksplisit, namun hal ini cukup jelas terlihat dalam berbagai pembicaraan dan analisa mengenai masalah lalu lintas. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas dengan bukti data-data dari Ditlantas Polri, yang mana ditunjukkan pula mengenai penyebab kecelakaan lalu lintas yang sebagian besarnya diakibatkan oleh faktor manusia (86,9 %), seperti yang diutarakan oleh Murniarti (1995). Maraknya supir bus mengoperasikan kendaraanya yang tidak sesuai dengan aturan disebabkan karena adanya faktor dari banyak sudut, misalnya seorang supir harus mencukupi kebutuhan bidang ekonomi, yaitu target setoran, pungutan-pungutan resmi maupun tak resmi dan juga memenuhi kebutuhan keluarga (Muniarti, 1995). Potret hukum atau potret aturan yang baik adalah hukum dapat membantu menjelaskan berbagai kepentingan publik dan peduli terhadap peningkatan keadilan subtantif. Hal ini dipertegas oleh pendapat Nonet dan Selznick (Absori, 2005), membuat kategori hukum pertama, hukum represif, yang hanya menjadi

3 laat legitimasi penguasa, kedua, hukum otonom, yang mempunyai kemampuan menjaga integritasnya dari pengaruh komunitas lain, dan ketiga, hukum responsif, yang mempunyai kepekaan terhadap kebutuhan dan sosial. Hampir semua orang dalam kehidupanya mengalami stress sehubungan dengan pekerjaan mereka. Umumnya pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai nilai stress psikososial tinggi adalah pekerjaan-pekarjaan yang langsung berhubungan dengan orang banyak (public sector). Lebih jauh lagi Davis & Newstorm (1992), mendefinisikan stress kerja sebagai suatu hal yang disebabkan oleh hampir semua kondisi kerja, tetapi timbul tidaknya stress kerja ini sangat tergantung dari persepsi dan reaksi individu terhadapnya. seorang supir dituntut untuk menjamin keselamatan banyak orang, namun dilain pihak imbalan yang diberikan baik dalam bentuk materiil (gaji, tunjangan, dsb) sangatlah tidak memadai. Supir harus menghidupi keluarganya sendiri, ke pemilik mobil, juga pada aparat yang harus ia setori sebagai pungutan-pungutan tak resmi, kepada preman dan timer, hal itu hanya dari segi setoran, namun dari segi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya juga sangat berat. Tuntutan kerja dapat menimbulkan stress dalam dua cara. Pertama, pekerjaan itu mungkin terlalu tinggi beban kerjanya, orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan untuk mengerjakanya. Kedua, jenis pekerjaan itu sendiri lebih stressful dari pada jenis pekerjaan lainya, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang langsung berhubungan dengan orang banyak, jenis pekerjaan yang harus menilai dan mempertanggungjawabkan pekerjaan seseorang adalah jenis pekerjaan dengan stress psikososial yang tinggi (Muluk.1995). Muatan kerja

4 dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan dan masalah-masalah kesehatan (Sarafino, 1990). Lebih jauh lagi Sarafino (1990) menegaskan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia adalah jenis-jenis dengan tingkat stress yang tinggi. Karena harus menghadapi situasi dimana ia berurusan dengan kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius. Supir kendaraan umum termasuk didalamnya. Sedangkan pendapat yang berbeda menurut Muluk (1995), supir dengan muatan stress yang tinggi disisi lain tidak begitu mengutamakan aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam menjalankan kendaraan. Para supir terdesak untuk mengejar target setoran yang cukup tinggi, sementara operasionalisasi di lapangan juga terdapat sejumlah hambatan seperti pungutan-pungutan tidak resmi dari berbagai pihak, dan banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi pada rute tertentu. Beban yang ditanggung berat sehingga mereka lebih mendahulukan bagaimana cara untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kebutuhan terlebih dahulu. Ketidakpatuhan mereka terhadap aturan lalu lintas adalah salah satu bentuk dari stress kerja yang dialami para supir. Beberapa diantaranya yang menunjukkan ketidakpatuhan supir dan rendahnya tanggung jawab adalah: mengebut, saling mendahului kendaraan umum lain dengan mengebut, mengemudikan kendaraan bukan dijalurnya, menginjak rem dengan mendadak, menjejalkan penumpang walaupun sudah penuh, seenaknya berhenti tanpa memperdulikan keadaan lalu lintas disekelilingnya. Yang menurut hasil survey, mereka mengaku melakukan

5 ini karena dikejar setoran dan pungutan-pungutan dari berbagai pihak yang dirasakan sangat menghimpit mereka. Senada dengan hal tersebut, Muluk (1995) juga berpendapat bahwa stress yang dialami oleh para supir lama kelamaan akan mengarah pada perasaan apatis, tidak perduli dan tidak bertanggungjawab karena mereka belajar dari pengalaman bahwa sistem tidak memihak pada mereka untuk berlaku benar, disiplin dan teratur. Disisi lain sistem sendiri justru menurut persepsi mereka terlalu mudah untuk dipermain-mainkan, dan instansi(pihak) yang paling mudah dikambinghitamkan adalah para supir. Jadi mereka mulai berpikir mengapa harus bersusah payah untuk melakukan hal yang benar. Supir Bis belajar dari lingkunganya bahwa tidak ada gunanya bagi individu untuk mentaati peraturan sementara jajaran penegak hukum dan birokrasi justru seolah-olah dibuat untuk mempersulit para supir. Persepsi yang terbentuk tersebut sudah merupakan sumber-sumber stress yang potensial bagi supir ditambah dengan kenyataan riil di lapangan. Seperti yang dikemukakan oleh Bell (1978) dalam berinteraksi dengan lingkunganya seseorang akan mempersepsikan apakah sumber-sumber stress atau stressor(objek fisik, individu, dan lingkungan lainya) masih dalam batas optimal. Kondisi lain dari pekerjaan supir ini adalah pada kondisi fisik lingkungan kerjanya. Para supir bekerja di jalan-jalan yang padat, panas, berpolusi udara. Terlebih lagi jika terdapat kondisi macet, makian dan cacian penumpang, dan juga ulah pemerasan oleh aparat Ulasan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Muluk (1995).

6 Pendapat yang berbeda dengan dikemukakan oleh Hikmanto (2006), bagi masyarakat Indonesia, lemah kuatnya penegakan hukum oleh aparat akan menentukan persepsi ada tidaknya hukum. Bila penegakan hukum oleh aparat lemah, masyarakat akan mempersepsikan hukum sebagai tidak ada dan seolah mereka berada dalam hutan rimba. Sebaliknya, bila penegakan hukum atau penegakan aturan oleh aparat kuat dan dilakukan secara konsisten, barulah masyarakat mempersiapkan hukum ada dan tunduk. Dengan berlatar belakang dari pernyataan tersebut di atas terdapat rumusan masalah yaitu, Apakah ada hubungan antara stress kerja dengan persepsi penegakan aturan lalu lintas?. Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Stress Kerja Dengan Persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas Pada Supir Bus Jurusan Purwodadi- Solo. B. Tujuan penelitian Adapun penelitian ini, dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara stress kerja dengan persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas pada supir bus jurusan Purwodadi-Solo 2. Untuk mengetahui peranan stress kerja terhadap persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas pada supir bus jurusan Purwodadi-Solo 3. Untuk mengetahui tingkat stress kerja dan tingkat persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas pada supir bus jurusan Purwodadi-Solo

7 C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:. 1. Bagi Pimpinan Perusahaan Bis PO Rela Purwodadi Bagi pimpinan perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang stress kerja dengan ketaatan aturan lalu lintas, sehingga pimpinan perusahaan dapat mengambil kebijakan yang positif sebagai upaya mengendalikan stres kerja pada supir bis serta semakin memahami pentinganya mentaati peraturan lalu lintas. 2. Bagi Sopir Bis Rela Jurusan Purwodadi-Solo Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang stress kerja dengan ketaatan aturan lalu lintas, sehingga subjek penelitian diharapkan dapat memahami pentingnya ketaatan lalu lintas dan semakin mematuhi peraturan lalu lintas. 3. Bagi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Purwodadi - Grobogan Hasil penelitian ini memberikan sumbangan informasi tentang stress kerja dengan ketaatan aturan lalu lintas sehingga Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan dapat mengambil kebijakan sebagai positif sebagai upaya meningkatkan ketertiban lalu lintas para pengguna jalan. 4. Bagi polisi sebagai petugas ketertiban di jalan Purwodadi - Grobogan Hasil penelitian ini memberikan sumbangan informasi tentang stress kerja dengan ketaatan aturan lalu lintas sehingga dapat melakukan penegakan kedisiplinan secara tegas pada semua pengendara

8 5. Bagi ilmuwan psikologi Hasil penelitian diharapkan dapat menambah perbendaharaan khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang psikologi sosial mengenai hubungan antara antara stress kerja dengan persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas 6. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini memberikan wacana pemikiran dan sumbangan informasi berupa data-data empirik tentang hubungan antara stress kerja dengan persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas, sehingga masyarakat dapat mengetahui pula sejauhmana hubungan stress kerja dengan persepsi terhadap ketaatan aturan lalu lintas