BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Kampoeng Batik Laweyan. keputusan. Hasil rangkuman pencarian data adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. oleh UNESCO 2 Oktober 2009 di Abu Dabi, tentu saja meningkatkan citra

PENGEMBANGAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN BERBASIS INDUSTRI KREATIF

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PUSAT PERCONTOHAN PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN BATIK DI SURAKARTA SEBAGAI SARANA PELESTARIAN BUDAYA ( KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

PERDA TENTANG KARAKTER KHAS BANGUNAN DAN KAWASAN DIKOTA SOLO oleh: Bimo Hernowo

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB III METODE PERANCANGAN

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

PUSAT BATIK SURAKARTA HADININGRAT DI LAWEYAN, SURAKARTA

STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF KINERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURAKARTA DALAM MENGEMBANGKAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

V. KONSEP PENGEMBANGAN

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

P E N D A H U L U A N

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PEREMPUAN LAWEYAN DALAM INDUSTRI BATIK DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laweyan merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984), keberadaan Kampung Laweyan Surakarta sudah ada sejak sebelum tahun 1500 Masehi. Pada masa itu Kampung Laweyan dengan Pasar Laweyan dan Bandar Kabanarannya merupakan pusat perdagangan dan penjualan bahan sandang (lawe) Kerajaan Pajang yang ramai dan strategis (Priyatmono, 2004) dalam Pratomo, et all (2006:93). Sejak diresmikan pada tahun 2004 oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan (KBL), KBL terus mengalami peningkatan intensitas kegiatan komersial seperti perdagangan dan pariwisata dengan daya tarik yang sangat besar (Disbudpar Kota Surakarta,2014). Daya tarik itu berupa kekayaan budaya baik yang tangible (bendawi) maupun intangible (non bendawi) serta industri perdagangan batik. Daya tarik tangible meliputi produk batik beserta segala peralatannya, bangunan bersejarah peninggalan budaya maupun rumah-rumah kuno bergaya Indis (Jawa-Eropa) milik para saudagar batik. Sedangkan daya tarik intagible meliputi kegiatan budaya, kegiatan membatik, dan kegiatan sosial masyarakat. a. Kampoeng Batik Laweyan (KBL) Laweyan terletak pada wilayah barat daya kota Surakarta memiliki keunikan dan nilai historis yang tinggi. Dimulai dengan adanya kerajaan Pajang, Kampung Laweyan menjadi pusat kekuasaan. Hal ini dapat terlihat dari adanya 1

peninggalan sejarah seperti Masjid Laweyan dan Makam Ki Ageng Henis di Kampung Laweyan. Semasa Kerajaan Pajang tahun 1546, Laweyan terkenal sebagai daerah penghasil tenun. Batik di Laweyan baru dikenal semasa Kerajaan Kasunanan Surakarta dan mengalami masa kejayaan di tahun 1960-an. Batik yang diproduksi di Laweyan adalah batik tulis (tradisional) dengan corak yang berbeda dengan batik yang dikembangkan di dalam tembok keraton. Kurang adanya proses regenerasi, sistem manajemen yang kurang bagus serta munculnya produk batik printing di tahun 70-an menyebabkan industri batik di Laweyan mengalami kemerosotan. Batik tradisional (tulis dan cap) tergusur oleh popularitas batik printing. Kondisi ini mengakibatkan industri batik di Laweyan banyak yang gulung tikar (profil FPKBL, 2015). Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik dalam era modern ini, Kampoeng Batik Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu dengan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 Ha. Pengelolaan Kampoeng Batik Laweyan diorientasikan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep rumahku adalah galeriku. Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi batik. b. Daya Tarik Wisata Selain batik, Kampoeng Batik Laweyan memiliki atraksi lainnya sebagai daya tarik wisata yaitu : 1) Arsitektural Ditinjau dari segi arsitektur rumah tinggal, hampir sebagian besar rumah tinggal saudagar batiknya bercirikan arsitektur tradisional khas Laweyan. Atap bangunannya kebanyakan menggunakan atap limasan bukan joglo. Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak 2

bangunan di Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indis (Jawa-Eropa) dan model gedong. Masyarakat laweyan itu bukan keturunan bangsawan sehingga bangunan rumah tinggalnya memiliki fasad sederhana berorientasi ke dalam, berpagar tinggi, lengkap dengan lantai bermotif karpet khas Timur Tengah (Wawancara dengan Alpha Fabela Priyatmono pada Mei 2015). Terdapat 80 bangunan berarsitektur Indis berhak milik pribadi para saudagar batik yang diwariskan secara turun temurun (Pratomo, et all, 2006:96). Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau beteng yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit menyerupai labirin yang menjadi ciri khas Laweyan. Terdapat enam situs bangunan kuno di kawasan KBL yang termasuk dalam Benda Cagar Budaya, sebagaimana yang tercantum dalam SK Walikota Surakarta Nomor 646/116/1/1997 tentang Penetapan Bangunan- Bangunan Dan Kawasan Kuno Bersejarah di Kota Surakarta yang dilindungi UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Situs dan bangunan cagar budaya tersebut antara lain : Masjid Laweyan, Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, makam Kyai Ageng Henis, bekas Pasar Laweyan, dan bekas Bandar Kabanaran. Usia bangunan di kawasan Kampoeng Batik Laweyan bervariasi, yaitu antara usia 1525 yang tertua sebanyak 1,25% dan usia 1955 yang termuda sebanyak 5%. Mayoritas bangunan di kawasan Kampung Laweyan memiliki usia antara 50 100 tahun (60%), kondisi ini menunjukkan bahwa bangunan di kawasan Kampung Laweyan termasuk dalam lingkup objek pelestarian (Pratomo, et all, 2006:95). 3

2) Spiritual/Budaya Daya tarik spiritual di kawasan Kampoeng Batik Laweyan adalah wisata ziarah ke makam Kyai Ageng Henis, makam Sutowijoyo (Panembahan Senopati), dan makam Jayengrana (Prajurit Untung Suropati). Karawitan dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. Di Kampoeng Batik Laweyan juga terdapat satu tradisi yang merupakan pertemuan rutin warga Laweyan yang biasanya disebut Selawenan. Acara yang diadakan setiap tanggal 25 ini merupakan ajang silaturahmi, diskusi dan promosi yang disertai pentas kesenian tradisional bagi warga. Dengan acara ini, diharapkan sesama warga Laweyan dapat bertemu dengan tokoh masyarakat dan para tamu sehingga dapat lebih mempererat jalinan komunikasi dan persahabatan antar sesamanya. Maksud dari diadakannya tradisi ini adalah agar warga dan para tamu dapat menambah wawasan dan mengetahui sosial budaya dari para narasumber atau tokoh yang berkompeten sekaligus sebagai media promosi KBL. Tidak hanya itu, terdapat juga dialog terbuka dan interaktif sehingga masyarakat yang hadir dapat saling bertukar pikiran untuk mencari solusi dari permasalahan yang timbul di sekitar kawasan KBL (Wawancara dengan Widhiarso pada Desember 2016). 3) Kuliner Kawasan KBL mempunyai kuliner yang dapat menjadi atraksi makanan ringan yang tersedia di warung-warung Laweyan seperti : ledre laweyan, kue leker, kue pronyes (kue yang biasanya disajikan saat hajatan pernikahan), wedang ronde, wedang angsle,dan serabi. 4

Di Kawasan ini juga terdapat produsen aneka makanan khas Solo yang dapat dijadikan sebagai buah tangan, seperti : abon, dendeng, ledre ketan, dan apem. 4) Tour de Laweyan Tour de Laweyan merupakan program yang diadakan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) berupa paket wisata by request untuk menjelajah Kampoeng Batik Laweyan (KBL). Kampung Laweyan telah lama menjadi ikon kampung batik di kota Solo. Dibalik nama besarnya sebagai kampung batik ternyata Laweyan juga menyimpan segudang sejarah yang tak kalah menarik untuk dijelajahi. Kampoeng Batik Laweyan telah menjadi saksi perjalanan sejarah lintas generasi sejak era kerajaan pajang, era Samanhudi pada zaman pergerakan nasional yang merupakan pendiri Serekat Dagang Islam (SDI), dan hingga kini tetap bertahan sebagai kampung batik. Masjid Laweyan yang telah eksis sejak tahun 1546 M merupakan saksi sejarah bahwa kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) pernah berdiri disana. Sungai Jenes juga menjadi saksi bahwa disana pernah menjadi Bandar Kabanaran, yaitu tempat terjadinya aktifitas perdagangan sandang. Keberadaan bunker di KBL pun menjadi daya tarik wisata tersendiri. Loji-loji tua nan megah menjadi saksi bahwa kampung ini pernah melahirkan saudagar-saudagar besar (Fendy-Komunitas Laku Lampah, 2015). Tour de Laweyan menawarkan jelajah kampung kepada wisatawan dengan berjalan kaki maupun menggunakan becak untuk melihat keindahan arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan berupa rumah-rumah berarsitektur Jawa-Eropa dan situs-situs bersejarah, berbelanja produk batik dan melihat bahkan mempraktikkan pembuatan batik dalam pilihan paket-paket wisata yang telah disediakan oleh FPKBL. 5

5) Persepsi Masyarakat terhadap Daya Tarik (Atraksi) Wisata Kampoeng Batik Laweyan Berdasarkan kondisi data tarik wisata yang telah dijelaskan diatas, diketahui bahwa daya tarik wisata Kampoeng Batik Laweyan tidak hanya batik. Dengan bantuan Google Form dilakukan proses uji coba awal untuk mengetahui persepsi masyarakat secara umum terhadap kawasan KBL sebagai salah satu tujuan wisata di Kota Surakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui posisi daya tarik arsitektural bangunan peninggalan budaya di kawasan tersebut terhadap daya tarik wisata lainnya, termasuk batik di dalamnya. Dari uji coba tersebut sebanyak 65 orang menjawab batik; sebanyak 9 orang menjawan sejarah dan budayanya; dan sebanyak 6 orang menjawab arsitekturalnya dari total 80 orang. Dari uji coba awal tersebut dapat diketahui bahwa daya tarik wisata arsitektural di KBL kurang dikenal dibandingkan daya tarik wisata batiknya. Oleh karena itu sangat diperlukan kajian atraksi arsitektural terkait potensi bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Pajang maupun rumah-rumah bergaya Indis milik para saudagar batik sebagai upaya untuk mendukung pelestarian kawasan serta arahan pengembangan yang akan dilakukan nantinya seperti yang menjadi wacana Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FKBL) bahwa Kampoeng Batik Laweyan segera diarah kembangkan sebagai living museum. Terdapat penelitian sejenis dengan fokus penilaian wisatawan mengenai kondisi eksisting produk arsitektural di Kawasan Kotagede untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan wisata arsitektural disamping wisata perak. Sedangkan penelitian dengan judul Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan difokuskan untuk mengetahui potensi-potensi arsitektural (bangunan 6

bergaya Indis, situs-situs bersejarah sebagai destinasi wisata arsitektural dalam sebuah paket wisata berdasarkan persepsi wisatawan. 1.2 Rumusan Masalah Kampoeng Batik Laweyan mempunyai daya tarik batik yang sangat melekat di ingatan masyarakat umum dibandingkan daya tarik lainnya. Akan tetapi, daya tarik selain batik yang salah satunya adalah daya tarik arsitektural kurang dikenal bahkan saat ini cenderung mengalami kerusakan, padahal merupakan bangunan peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi berstatus cagar budaya di kawasan ini dan berpotensi untuk dikembangkan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimana persepsi masyarakat umum terhadap daya tarik arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan? b. Potensi arsitektural apa saja yang dapat dikembangkan sebagai atraksi pariwisata? c. Bagaimana persepsi wisatawan mengenai pengembangan atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan sebagai destinasi wisata arsitektural? 1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian a. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1) Mengetahui persepsi masyarakat umum terhadap daya tarik arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan; 2) Mengidentifikasi potensi arsitektural apa saja yang dapat dikembangkan sebagai atraksi pariwisata; 7

3) Mengetahui persepsi wisatawan mengenai pengembangan atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan sebagai destinasi wisata arsitektural. b. Sasaran Penelitian Adapun sasaran penelitian, yaitu : 1) Mengidentifikasi persepsi masyarakat umum terhadap daya tarik arsitektural jika dibandingkan dengan daya tarik lainnya seperti batik, dan sejarah budaya di Kampoeng Batik Laweyan; 2) Mengidentifikasi potensi arsitektural dalam sebuah paket wisata yang disebut dengan Tour de Laweyan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi pariwisata; 3) Mengidentifikasi persepsi wisatawan mengenai pengembangan potensi atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan seperti situs bersejarah peninggalan Kerajaan Pajang dan rumah-rumah bergaya Indis milik para saudagar batik sebagai destinasi pariwisata (wisata arsitektural). 1.5 Manfaat Penelitian a. Secara akademis/keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi kajian destinasi wisata arsitektural dan bagaimana cara melihat persepsi wisatawan terhadap pengembangan pariwisata di lingkungannya serta mampu membantu bagi penilitian-penelitian selanjutnya. b. Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui potensi atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan sekaligus dapat diimplementasikan ke dalam strategi pengembangan kawasan sebagai upaya mendukung pelestarian kawasan bagi pemerintah daerah dan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). 8

No 1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Penelitian yang Telah Dilakukan Sebelumnya dan Penelitian yang Akan Dilakukan Nama Peneliti Judul Tahun Fokus Lokus 1 Alpha Fabela Priyatmono Studi Kecenderungan Perubahan Morfologi Kawasan Kampung Batik Laweyan 2004 Untuk mengetahui bentuk dan proses terbentuknya KBL dengan menekankan pada analisa evolusi perubahan pemukiman (tradisional) menjadi pemukiman baru Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta 2 Bobby Citra Octaviano 3 Yunisa Asrianie 4 Yusnita Aulia N Kualitas Produk Wisata Arsitektural di Kawasan Kotagede, Yogyakarta Potensi Pemukiman Rumah Tradisional Kotagede sebagai Objek Wisata Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan 2013 Penilaian wisatawan mengenai kondisi eksisting produk arsitektural di Kawasan Kotagede 2016 Mengidentifikasi potensi pemukiman rumah tradisional di Kotagede sebagai objek wisata berbasis masyarakat 2017 Mengkaji potensi atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan berdasarkan persepsi wisatawan sebagai destinasi wisata arsitektural Kotagede, Yogyakarta Kotagede, Yogyakarta Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta 9

LATAR BELAKANG Kesimpulan & Rekomendasi Anggapan masyarakat umum tentang kondisi daya tarik arsitektural di KBL Google form P1 Batik Keg. Sosial budaya masy. Kampoeng Batik Laweyan Kampung Batik Laweyan (KBL) merupakan kawasan yang unik, spesifik dan bersejarah. KBL tidak hanya memiliki daya tarik batik saja, tetapi juga memiliki banyak bangunan peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Akan tetapi daya tarik tersebut kurang dikenal dibandingkan daya tarik batik, bahkan cenderung mengalamik kerusakan Studi Iiteratur Arsitektural Tour de Laweyan Observasi Tour de Laweyan Observasi, wawancara Pengamatan potensipotensi arsitektural yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi pariwisata Observasi Wawancara mendalam P2 - Rute perjalanan saat tour (obyek apa saja) - Pengamatan amenitas & aksesibilitas - Pengamatan something to see, to do & to buy Identifikasi potensipotensi arsitektural yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi arsitektural Dikaitkan dengan prisipprinsip 3A sebagai sebuah destinasi wisata Tour Percobaan Persepsi wisatawan mengenai potensi atraksi arsitektural di KBL sebagai pengembangan destinasi wisata arsitektural P3 kuisioner Wisatawan Terencana umum Wisatawan terencana berlatar belakang arsitektur Kuisioner Batik; Spiritual, sejarah & budaya; Arsitektural 1.1 Skema Alur Pikir Penelitian 10