2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar, orang tuanya juga semakin memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

Dinamika Pelanggaran Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi sosial yang dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik khususnya dalam mengembangkan pendidikan moral pada masyarakat. Oleh sebab itu, lembaga sekolah berperan sebagai sarana penunjang sosialisasi pendidikan bagi masyarakat dalam mencapai tujuannya. Sebagai salah satu pranata sosial, sekolah menjadi bagian dari masyarakat yang tidak bisa terpisahkan terutama dalam fungsi utamanya sebagai sarana pendidikan dan sosialisasi pengembangan intelektual, kepribadian, dan moral anak bangsa sebelum terjun langsung menjadi bagian organisasi kehidupan masyarakat. Untuk permasalahan yang terjadi didalam pendidikan, baik formal, informal maupun nonformal dapat dikaji secara mendalam oleh ilmu sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan dapat mengkaji dan menganalisis masalah-masalah pendidikan secara lebih mendalam sehingga dapat memberikan analisis dan solusi untuk setiap permasalahan yang terjadi dalam sistem pendidikan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, melalui kajian ilmu sosiologi pendidikan, diharapkan dapat membahas pola-pola interaksi dan proses sosial antara siswa, guru, staff karyawan dan kepala sekolah serta diharapkan dapat berdampak positif dalam proses pembelajaran di sekolah maupun diluar sekolah. Setiap pranata sosial pasti terdapat norma-norma yang mengatur perilaku anggotanya, begitupun dengan sekolah sebagai salah satu lembaga sosial yang ada di masyarakat. Aturan-aturan tersebut meliputi segala perbuatan yang diperbolehkan, dilarang atau diperintahkan untuk para anggota masyarakatnya sehingga norma memiliki peranan sangat penting dalam setiap kehidupan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan. Sebab norma dibentuk melalui proses pelembagaan yang tidak sebentar dengan tujuan supaya hubungan antar individu

2 di dalam suatu masyarakat dapat terlaksana dengan teratur sebagaimana yang diharapkan bersama oleh masyarakat tersebut. Dengan demikian, berarti manusia dituntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan secara berdisiplin sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya. Norma selalu ada dan dibentuk dalam setiap lembaga-lembaga sosial dari mulai cakupan kecil sampai cakupan besar, seperti keluarga, kelompok-kelompok sosial, organisasi, institusi dan lembaga pendidikan, termasuk sekolah dan perguruan tinggi. Sekolah sebagai salah satu lembaga sosial memiliki norma tersendiri yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua warga sekolah. Norma-norma yang berlaku di sekolah diantaranya adalah tata tertib. Tata tertib merupakan peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi oleh seluruh warga sekolah sebagai pedoman berperilaku yang sesuai dengan kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan ketertiban sekolah. Tata tertib sekolah akan membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, memiliki kepribadian yang disiplin serta berperilaku sesuai dengan aturan sekolah. Aturan-aturan yang tertulis dalam tata tertib sudah selayaknya di taati dengan baik oleh siswa. Supaya hal tersebut dapat berjalan dibutuhkan sebuah kesadaran diri pada siswa dalam mentaati norma atau aturan yang berlaku sehingga dapat menciptakan suasana sekolah yang kondusif. Sebab, kesadaran siswa dalam mengatur diri dan mentaati peraturan atau norma yang berlaku disebut dengan disiplin (Yusuf, 1989, hlm. 28). Oleh sebab itu, diperlukan juga kesadaran diri siswa dalam menanamkan dan menerapkan nilai-nilai kedisiplinan, baik di sekolah maupun dilingkungan masyarakat pada umumnya. Norma tata tertib sekolah sangat erat kaitannya dengan nilai kedisiplinan, karena kedisiplinan merupakan faktor penting dalam penegakan tata tertib sekolah bagi siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Handayani (2014, hlm. 13-14) mengemukakan bahwa nilai disiplin sangat penting untuk diterapkan pada siswa di sekolah sebagai cara pendidik untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan anak, baik di luar maupun di dalam sekolah berkaitan dengan rendahnya nilai disiplin, moral dan karakter. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah penerapan kedisiplinan di sekolah agar siswa dapat dibiasakan melaksanakan

3 kehidupan yang tertib sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut, nilai-nilai kedisiplinan terhadap tata tertib sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan perilaku siswa agar sesuai dengan yang dicita-citakan oleh sekolah. Kemudian dengan adanya penerapan dan penekanan kedisiplinan siswa dapat membentuk dan menciptakan sikap dan perilaku baik siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, disiplin disini diartikan sebagai bentuk tindakan individu siswa yang menunjukkan pada perilaku patuh pada peraturan atau norma tata tertib yang ada di sekolah. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga dapat menciptakan kepribadian siswa yang sangat teratur dan bermoral. Nilai kedisiplinan dalam lingkup sekolah merupakan locus educationis yang sangat penting, sebab setiap individu dalam lembaga pendidikan belajar hidup bersama untuk mengasah kepekaannya mengenai moral yang dimiliki individu masing-masing (Koesoema, 2007, hlm. 240). Untuk mewujudkan itu diperlukan penanaman nilai kedisiplinan sejak dini di setiap jenjang lembaga pendidikan. Kemudian menurut Yusuf (1989, hlm. 44) mengungkapkan bahwa dengan disiplin anak dapat memahami batas-batas norma dan mampu berperilaku sesuai dengan batasan norma tersebut, dengan kata lain anak dapat mengendalikan diri dari perilaku yang menyimpang. Dengan demikian, kedisiplinan yang berlaku di sekolah sangat diperlukan bagi semua siswa, karena kedisiplinan berguna sebagai tolak ukur mampu tidaknya seseorang dalam mentaati peraturan yang sangat diperlukan dalam kehidupannya di lingkungan masyarakat. Penerapan nilai disiplin pada siswa bertujuan supaya tidak ada lagi penyimpangan dan pelanggaran norma sekolah. Menurut Tilaar (2001, hlm. 44-46) mengungkapkan bahwa disiplin mempunyai tujuan untuk mendidik, membina, dan menjamin kesejahteraan individu atau masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya kedisiplinan yang menjadi perhatian kita, tetapi juga norma. Dengan demikian, antara disiplin dan norma mempunyai hubungan untuk membentuk karakter seseorang. Apabila disiplin itu telah terbentuk maka akan terwujudlah disiplin siswa yang kuat, yang setelah dewasa akan diwujudkan pula

4 dalam setiap aspek kehidupan sosialnya. Kepatuhan dan kesadaran siswa terhadap penegakan norma tidak dapat terjadi begitu saja tanpa adanya pengaruh dari faktor-faktor lain, baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar. Seperti yang dikemukakan oleh Unaradjan (2003, hlm. 22) bahwa terbentuknya disiplin sebagai tingkah laku dipengaruhi oleh dua faktor, berikut faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku disiplin tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Sebab sekolah merupakan salah satu faktor utama dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa, terutama dengan adanya peran guru. Menurut Purwantoro (2014, hlm. 9) mengemukakan bahwa dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa, guru sebagai pendidik harus bertanggungjawab untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi tauladan, sabar dan penuh pengertian. Selain sekolah, faktor lingkungan sangat kuat dalam mempengaruhi pembentukan tingkah laku siswa. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan sosialisasi dari pihak sekolah mengenai norma tata tertib. Seperti yang ungkapkan oleh Sanderi (2013, hlm. 220-221) bahwa kedisiplinan sangat penting disosialisasikan kepada seluruh siswa. Hal ini dimaksudkan supaya siswa dapat memahami disiplin tersebut, hingga akhirnya dapat dilaksanakan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Sebagaimana halnya dengan proses sosialisasi pada umumnya, pendidikan sekolah mempunyai dua aspek penting yaitu aspek individual dan sosial. Pendidikan sekolah bertugas untuk membina dan membentuk perkembangan kedisiplinan siswa secara optimal dengan melaksanakan tata tertib sekolah. Untuk mendukung hal itu, setiap pihak-pihak yang terkait seperti guru dan kepala sekolah harus membuat peraturan sekolah dengan rinci dan jelas, agar siswa dapat dengan benar-benar patuh terhadap tata tertib sekolah dan bagi siswa yang melanggar harus diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Dewasa ini, krisis moral merupakan salah satu masalah yang besar dalam masyarakat. Lembaga pendidikan yang harusnya berperan besar dalam

5 memperbaiki moral masyarakat pada kenyataannya tidak dapat memberikan bukti yang nyata, karena kriminalitas yang disebabkan krisis moralitas terjadi lebih banyak dilakukan oleh siswa yang beranjak usia remaja dan masih sekolah seperti halnya seks bebas, pencabulan/pemerkosaan, pembunuhan, tawuran antar pelajar, narkotika bahkan kasus prostitusi. Semua permasalahan tersebut merupakan akibat rusaknya moral masyarakat yang cenderung dilakukan oleh generasi muda. Demikian halnya yang terjadi di sekolah, siswa belum sepenuhnya melaksanakan kewajiban mereka sebagai peserta didik, terutama dalam mentaati tata tertib yang berlaku di sekolah. Permasalahan utama yang selalu kita temukan di sekolah adalah masalah pelanggaran norma tata tertib yang dilakukan oleh siswa. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa sangat bermacam-macam, seperti datang terlambat, membolos, mencontek, merokok, memakai pakaian yang tidak sesuai aturan, tawuran, pergaulan bebas, penggunaan narkoba dan pelanggaran lainnya. Jika masalah ini terus ada dikhawatirkan pelanggaran terhadap norma-norma sekolah yang dilakukan oleh siswa ini akan berdampak buruk secara nilai moral untuk dirinya sendiri, orang tua, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Tentu saja hal ini sangat berlawanan dengan harapan dan tujuan sekolah dalam pemberlakuan tata tertib sekolah. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan terjadi kekacauan dalam keberlangsungan kehidupan sosial dan merosotnya moralitas sosial masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah penenaman moral dalam sebuah program pendidikan moral dikalangan remaja dengan mendisiplinkan siswa selama di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti di SMA Pasundan 2 Bandung ditemukan beberapa fenomena pelanggaran norma tata tertib sekolah, seperti penampilan berpakaian siswa yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah (memakai celana pensil dan pakaian yang tidak lengkap), sering datang terlambat ke sekolah, sering bolos sekolah, bermain handphone saat pembelajaran di kelas, pergi ke kantin saat jam pelajaran, kurang sopan santun dan pelanggaran lainnya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan perilaku yang melanggar ketentuan norma tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah. Selain itu peniliti melihat salah satu masalah yang menjadi akar dari permasalahan adalah karena masih lemahnya

6 penegakan disiplin dan implementasi nilai kedisiplinan siswa oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, perlu ditanamkan dan diterapkan kembali nilai-nilai kedisiplinan dalam diri siswa di sekolah maupun diluar sekolah dalam meningkatkan kepatuhan siswa terhadap norma-norma sekolah. Berdasarkan dari hasil temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2006, hlm. 65) di SMAN 1 Kota Bima menunjukan bahwa aspek-aspek kedisiplinan yang tergolong tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%), dan penampilan (71%). Begitu pula dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Puspita (dalam Fajarria, 2012, hlm. 4) pada siswa kelas XI di salah satu SMA di Tasikmalaya menunjukan bahwa siswa yang kesiangan atau terlambat datang ke sekolah memiliki presentasi pelanggaran norma tertinggi. Dari berbagai hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa secara umum siswa belum mampu mematuhi peraturan tata tertib sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dimasing-masing sekolah. Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, menggambarkan bahwa masih banyaknya siswa yang kurang disiplin dalam mematuhi norma-norma tata tertib di sekolah. Jika kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada tindakan yang tepat dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan lainnya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi masalah kedisiplinan siswa di sekolah tersebut perlu adanya sebuah kajian analisis sosiologi pendidikan yang khusus membahas mengenai upaya dan kendala dalam proses sosialisasi dan penegakan nilai-nilai kedisiplinan siswa di SMA Pasundan 2 Bandung dan mencari solusi yang tepat dalam menerapkan kedisiplinan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut secara mendalam mengenai penerapan nilai-nilai kedisiplinan siswa di sekolah dengan melakukan penelitian tentang IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: Bagaimana implementasi nilai-nilai

7 kedisiplinan siswa dalam mematuhi norma tata tertib sekolah di SMA Pasundan 2 Bandung? Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana pelanggaran terhadap norma tata tertib sekolah yang dilakukan siswa SMA Pasundan 2 Bandung? 1.2.2 Bagaimana upaya dan kendala yang dihadapi sekolah dalam mensosialisasikan dan menerapkan nilai-nilai kedisiplinan siswa? 1.2.3 Bagaimana solusi yang dapat dilakuan oleh pihak sekolah dalam menerapkan nilai-nilai kedisiplinan siswa? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan mengenai implementasi nilai-nilai kedisiplinan siswa dalam mematuhi norma tata tertib sekolah. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a) Mendeskripsikan pelanggaran terhadap norma tata tertib sekolah yang dilakukan siswa SMA Pasundan 2 Bandung. b) Menganalisis upaya dan kendala yang dihadapi sekolah dalam mensosialisasikan dan menerapkan nilai-nilai kedisiplinan siswa. c) Menganalisis solusi yang dapat dilakuan oleh pihak sekolah dalam menerapkan nilai-nilai kedisiplinan siswa. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama mengenai Implementasi Nilai-nilai Kedisiplinan Siswa dalam Mematuhi Norma Tata Tertib Sekolah. 1.4.2 Manfaat Praktis

8 a) Bagi peneliti, melalui penelitian yang mengangkat permasalahan mengenai penerapan nilai kedisiplinan di sekolah, diharapkan dapat memperkaya dan memperluas ilmu yang dimiliki peneliti, khususnya dalam mendalami ilmu Sosiologi sehingga dapat mengkaji bagaimana menerapkan dan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada siswa dalam mematuhi norma tata tertib sekolah. b) Bagi sekolah, melalui penelitian ini semoga dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangsih pemecahan masalah mengenai permasalahan pelanggaran norma tata tertib yang dilatarbelakangi ketidakmampuan siswa dalam menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dalam kehidupan seharihari. c) Bagi masyarakat, melalui penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dalam mematuhi norma tata tertib sekolah. Dengan demikian, masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak sekolah dalam menerapkan dan melaksanakan nilai-nilai kedisiplinan pada siswa di luar sekolah. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi didalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II : Kajian pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis. BAB III: Metode penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan desain dan metode penelitian, partisipan dan tempat penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, serta waktu dan tahapan penelitian yang digunakan selama dalam penelitian.

9 BAB IV: Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis menganalisis dan mengidentifikasi hasil temuan dilapangan mengenai implementasi nilainilai kedisiplinan siswa dalam mematuhi norma tata tertib sekolah. BAB V : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini penulis berusaha memberikan simpulan, dan implikasi sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi. Serta memberikan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.