Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi tinggi. (Sudarisman, 1996). Pramono (2002)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al.,

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil. 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manfaat bagi proses metabolisme tubuh karena mengandung berbagai

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan.

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

PENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik mutu daging

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I. PENDAHULUAN. (uniseluler) (Kusnadi dan Aditawati, 2003). Setiap sel tunggal mikroba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking pada umumnya bersifat intensif dengan penambahan kolam dangkal di dalam kandang (Murtidjo, 1996). Itik Peking memiliki karakteristik antara lain bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat dan bulu berwarna putih. Itik Peking memiliki kemampuan pertambahan bobot badan yang lebih baik dibanding dengan itik jenis lain. Srigandono (2000) menyatakan bahwa itik Peking merupakan sumber daging yang baik nomor dua setelah ayam. Itik pedaging adalah itik yang mampu mengkonversi pakan dengan baik untuk diubah menjadi pertambahan bobot badan untuk menghasilkan daging. Kunci sukses dalam memelihara itik pedaging terletak pada jumlah dan kualitas pakan (Ranto dan Maloedyn, 2005). Dalam meningkatkan produktivitas itik Peking, kandungan nutrisi dalam ransum harus sesuai dengan fase pertumbuhannya. Kandungan nutrisi dalam ransum itik Peking merupakan hal penting yang berguna untuk meningkatkan produktivitasnya. Komposisi nutrisi dalam pakan itik Peking berumur 0 2 minggu (fase starter) meliputi energi metabolis 2900 kkal/kg, protein 22%, metionin 0,40%, lisin 0,90%, kalsium (Ca) 0,65%, fosfor (P) tersedia 0,40% sedangkan pada umur 2 7 minggu (fase grower) meliputi energi metabolis 3000 kkal EM/kg, protein 16%, metionin 0,30%, lisin 0,65%, kalsium (Ca) 0,60%, fosfor (P) tersedia 0,30% (National Research Council, 1994). 2.2. Nilai Gizi Daging Itik Peking Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung 4

dalam suatu produk makanan atau minuman, meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral Daging unggas merupakan sumber protein hewani yang baik, karena mengandung asam amino yang lengkap dengan perbandingan jumlah yang baik. Struktur daging pada hewan unggas dan mamalia pada umumnya adalah sama, yang membedakan pada daging unggas serat dagingnya pendek dan lunak serta jaringan ikatnya bersifat lebih tipis sehingga mudah dicerna. Daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti protein lemak, karbohidrat, mineral dan air. Komposisi daging tersebut akan tergantung pada macam otot atau daging, jenis kelamin, umur dan spesies (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Menurut Mountney (1976), kelebihan daging unggas dibanding dengan daging yang berasal dari ruminansia adalah kadar protein yang lebih tinggi dan kadar lemak yang lebih rendah. Lemak tersebut sebagian besar lemak subkutan dan tidak banyak didistribusikan pada jaringan seperti pada ruminansia. Daging itik memiliki tekstur, warna, dan bau yang agak berbeda dibandingkan dengan daging ayam yakni bau amis/anyir. Daging itik memiliki kandungan protein tinggi dan tidak berbeda jauh dengan ayam. Hal ini didukung oleh Jun et al. (1996) dan Kim et al. (1997) menyatakan bahwa kadar protein daging itik berkisar antara 18,6% - 20,1% dan kandungan lemak berkisar 2,7% 6,8%. Komposisi daging itik yaitu kadar air 68,8%, kadar protein 21,4%, dan kadar lemak 8,2% (Srigandono, 1998). Dua hal tersebutlah yang dapat menyebabkan penurunan minat konsumsi daging itik tersebut. Komposisi kimia daging dari beberapa unggas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Daging Itik dan Daging Ternak Lainnya Daging dari ternak Kadar (%) Nilai Energi/ 100 Air Protein Lemak Abu gr (Kkal) Angsa 68,3 22,3 7,1 1,1 159 Ayam 73,4 20,8 4,8 1,1 126 Itik 68,8 21,4 8,2 2,1 153 Sapi (Gemuk) 63,0 18,7 17,0 0,9 228 Domba (Gemuk) 59,8 16,7 22,4 0,8 268 Babi (Gemuk) 52,0 14,8 32,0 0,8 347 Sumber : Srigandono (1998). 5

Komposisi kimia daging dada, daging paha dan kulit itik umur dua belas minggu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat dari Daging Dada, Paha dan Kulit Itik yang Berumur 12 Minggu Lokasi Otot Air (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Dada 73,97 19,11 0,50 1,11 Paha 73,91 20,19 1,72 1,09 Kulit 60,19 13,63 22,0 0,54 Sumber : Triyantini et al., (1997) Kadar Air Daging Itik Daging yang masih segar akan terasa basah yang disebabkan oleh kandungan air dalam daging. Kadar air merupakan salah satu karateristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena kadar air mampu mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri atau kapang untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Tabrany (2004) memyatakan bahwa komposisi kimia daging itik terdiri atas air 56-72%, protein 15-22%, lemak 5-34%, dan substansi bukan protein terlarut 3,5% yang meliputi karbohidrat, garam organik, substansi nitrogen terlarut, mineral dan vitamin. Kadar Protein Daging Itik Protein daging dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok besar yaitu myofibril, stroma dan sarkoplasma. Protein miofibril yang terpentnig dalam serabut otot adalah aktin dan miosin. Protein stroma terdiri dari kolagen, elastin dan retikulum. Kolagen merupakan faktor utama yang mempengaruhi keempukan daging pada suhu tertentu kolagen akan berubah menjadi gelatin yang bersifat empuk. Elastin dapat ditemukan pada dinding sistem sirkulasi dan jaringan ikat. 6

Elastin berwarna kekuningan dan tidak larut bila dipanaskan. Sarkoplasma terdiri dari pigmen hemoglobin, mioglobin dan beraneka ragam enzim yang ditemukan dalam daging (Bahar, 2003). Kadar protein bahan pangan umumnya dipakai salah satu cara untuk mengukur mutu bahan pangan, karena protein adalah suatu zat yang penting bagi kehidupan manusia (Sudarmadji et al.,1997). Protein berfungsi pula untuk keperluan fungsional tubuh maupun struktural (Khotimah, 2002). Kandungan protein daging itik sekitar 16-22% (Bahar, 2003). Kadar Lemak Daging Itik Lemak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat (Buckle et al.,1997). Lemak dapat dibagi menjadi dua golongan trigliserida sederhana atau lemak netral yang terdapat dibawah kulit dan rongga tubuh yang merupakan sumber penyimpanan energi. Golongan kedua ialah lemak majemuk seperti phospolipid yang merupakan bagian penting untuk tubuh dalam proses metabolisme (Mucthadi dan Sugiyono, 1992). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan kandungan lemak daging dada dan paha itik Peking yaitu 3,84% dan 8,47% umur 8 minggu (Damayanti, 2003). 2.3. Bakteri Asam Laktat Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri gram positif berbentuk batang, tidak membentuk spora, bersifat anaerob, pada umumnya tidak motil, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat, dan suhu optimum ± 40. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat yaitu mampu tumbuh pada kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, juga mampu memfermentasikan monosakarida dan disakarida (Adams and Maurice, 2008). Menurut Suardana, (2007) BAL dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan hasil fermentasinya, yaitu: 7

1. Bakteri homofermentatif, dimana glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai satu-satunya produk. Contohnya yaitu Streptococus, Pediococcus, dan beberapa Lactobacillus. 2. Bakteri heterofermentatif, dimana glukosa difermentasikan selain menghasilkan asam laktat juga memproduksi senyawa-senyawa lainnya yaitu etanol, asam asetat dan CO 2. Contohnya yaitu Leuconostoc, dan beberapa spesies Lactobacillus. Menurut Suardana, (2007) Lactobacillus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus delbrueckii adalah bakteri berbentuk batang, gram positif dan sering berbentuk pasangan dan rantai dari sel-selnya. Jenis ini umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dan lebih banyak terdapat pada sayuran. Klasifikasi BAL menurut Holt et al. (2000) adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Divisi : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Lactobacillales Family : Lactobacillaceae Genus : Lactobacillus 2.3.1. Lactobacillus fermentum Lactobacillus fermentum termasuk heterofermentatif lactobacilli yang memiliki pertumbuhan optimum pada 41-42 dan relatif toleran terhadap oksigen dibandingkan dengan spesies lainnya. Pertumbuhannya sudah melambat dibawah suhu 40, dan kebanyakan spesies tidak tumbuh lagi pada suhu 15 (Bergey et al., 1923). Manin (2010) menyatakan bahwa pada waktu inkubasi 0 jam dengan ph 2 jumlah koloni L. fermentum sebesar 7 x10 6 cfu/ml, kemudian meningkat pada waktu inkubasi 10 jam menjadi 3,3 x 10 11 cfu/ml. Pada ph 3 dengan waktu 8

inkubasi 0 jam berjumlah 1. 1 x 10 6 cfu/ml yang kemudian meningkat pada waktu inkubasi 10 jam menjadi 9. 0 x 10 9 cfu/ml. 2.3.2. Lactobacillus plantarum Bakteri Lactobacillus plantarum adalah bakteri asam laktat dari famili Lactobacilliceae dan genus Lactobacillus. Bakteri ini bersifat Gram positif, non motil, dan berukuran 0,6-0,8 μm x 1,2-6,0 μm. Bakteri ini memiliki sifat antagonis terhadap mikroorganisme penyebab kerusakan makanan seperti Staphylococcus aureus, Salmonella, dan Gram negative. Lactobacillus plantarum bersifat toleran terhadap garam, memproduksi asam dengan cepat dan memiliki ph ultimat 5,3 hingga 5,6 (Buckle et al., 1987). Lactobacillus plantarum merupakan salah satu jenis BAL homofermentatif dengan temperatur pertumbuhan optimal lebih rendah dari 37 (Frazier dan Westhoff, 1978). Lactobacillus plantarum berbentuk batang (0,5-1,5 s/d 1,0-10 μm) dan tidak bergerak (non motil). Bakteri tersebut memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Dalam media agar, L. plantarum membentuk koloni berukuran 2-3 mm, berwarna putih opaque, conveks, dandikenal sebagai bakteri pembentuk asam laktat (Kuswanto dan Sudarmadji, 1988). Lactobacillus plantarum mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat. Menurut Buckle et al. (1987), asam laktat dapat menghasilkan ph yang rendah pada substrat sehingga menimbulkan suasana asam. Dalam keadaan asam, Lactobacillus plantarum memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen dan bakteri pembusuk (Delgado et al., 2001). Lactobacillus plantarum juga mempunyaikemampuan untuk menghasilkan bakteriosin yang berfungsi sebagai zat antibiotik (Jenie dan Rini, 1998). 9

2.3.3. Pediococcus pentoseceus Pediococcus pentosaceus adalah bakteri asam laktat gram positif, fakultatif anaerob, non motil dan tidak berspora. Bersifat toleran terhadap asam, tidak dapat mensintesis porpirin dan memiliki asam laktat sebagai produk akhir fermentasi (Axelsson, 1998). Bakteri asam laktat yang potensial adalah Pediococcus pentosaceus. Bakteri ini merupakan salah satu bakteri yang baik sekali tumbuh di media air dan tepung serta salah satu genus bakteri asam laktat yangmenghasilkan senyawa peptida (Nettles dan Barefoot, 1993). Pediococcus pentosaceus diketahui menghasilkan enzim proteolitik, aktivitas enzim proteolitik dapat menyebabkan perubahan dalam struktur sarkomer daging dan berpengaruh dalam pengempukan daging. Pada penelitian sebelumnya disebutkan enzim protease bakteri Pediococcus pentosaceus terbukti mampu mengempukkan daging dengan konsentrasi tanpa pengenceran selama 60 menit (Siswaty, 2013). Shafiq et al (2013) menyatakan bahwa Pediococcus pentosaceus menghasilkan bakteriosin yaitu agen antimikroba yang aktivitasnya mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Febrina (2012) menyatakan bahwa penambahan bakteri pediococcus pentosaceus mampu menurunkan kadar trigliserida pada unggas (itik pitalah). Pada penambahan 1 ml Pediococcus pentosaceus mampu menurunkan trigliserida sebesar 25,62 %, penambahan 2 ml pentosaceus mampu menurunkan kadar trigliserida sebesar 57,54%, dan penambahan 3 ml Pediococcus pentosaceus mampu menurunkan trigliserida sebesar 61,06 %. Penambahan bakteri Pediococcus pentosaceus dapat meningkatkan mikroflora dalam usus, dengan cara meningkatkan BAL. Pemberian 1 ml Pediococcus pentosaceus mampu meningkatkan 91,9% BAL dalam usus, penambahan 2 ml mampu meningkatkan BAL sebesar 92,8%, dan penambahan 3 ml mampu meningkatkan BAL sebesar 95,9% (Febrina, 2012). 10