KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BERITA RESMISTATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

Transkripsi:

LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil MISI BANK INDONESIA Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999) 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank. Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017

KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih. Ternate, Februari 2011 BANK INDONESIA TERNATE Marlison Hakim Pemimpin i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH RINGKASAN EKSEKUTIF i ii iv v vii ix BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 12 BOKS 1 Sektor Unggulan Halmahera Timur dan Permasalahannya 24 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 32 2.1 Gambaran Umum 32 2.2 Inflasi Tahunan 33 2.3 Inflasi Triwulanan 34 2.4 Inflasi Bulanan 35 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 38 3.1 Gambaran Umum 38 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum 38 3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum 39 3.4 Penyaluran Kredit 40 3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 42 3.6 Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 43 3.7 Perkembangan Bank Syariah 45 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 47 4.1 Gambaran Umum 47 4.2 Pendapatan Daerah 48 4.3 Belanja Daerah 51 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 55 5.1 Transaksi Tunai 57 5.2 Transaksi Non Tunai 61 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 65 6.1 Kondisi Umum 65 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 67 6.3 Status Pekerjaan Utama 68 6.4 Kesejahteraan 69 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 71 ii

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 71 7.2 Prospek Inflasi Daerah 71 7.3 Prospek Perbankan 71 iii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya 2 Tabel 1.2 Konsumsi BBM Maluku Utara (Liter) 5 Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan 13 Kontribusinya Tabel 2.1 Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok pada Oktober 2010 35 Tabel 2.2 Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok pada November 2010 36 Tabel 2.3 Inflasi Bulanan dan Kontribusi Per Kelompok pada Desember 2010 37 Tabel 4.1 Perbandingan Pendapatan Kab/Kota di Maluku Utara 50 Tahun 2010 Tabel 4.2 Perbandingan Anggaran Belanja Provinsi di Sulampua 51 Tahun 2010 Tabel 4.3 Perbandingan Belanja Daerah Kab/Kota di malut 52 Tahun 2010 Tabel 4.4 Perkembangan Alokasi DAU di Maluku Utara 54 Tabel 4.5 Perkiraan Alokasi DBH Sumber Daya Alam Perikanan 54 Tahun Anggaran 2011 Tabel 5.1 Perkembangan Pemusnahan Uang Kertas Di bank 60 Indonesia Ternate (Juta Rp) Tabel 5.2 Perkembangan Kliring Perbankan 63 Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi (Ribu Jiwa) 67 Tabel 6.2 Perkembangan Penduduk Miskin di Maluku Utara 70 iv

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1 Gambar 1.2 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 3 Gambar 1.3 Volume Bongkar Komoditas Bahan Makanan (Ton/M 3 ) 4 Gambar 1.4 Volume Bongkar Komoditas Minuman Ringan 4 (Ton/M 3 ) Gambar 1.5 Volume Bongkar Motor Roda Dua (Ton/M 3 ) 5 Gambar 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Oleh Perbankan di Malut 5 Gambar 1.7 Perkembangan PMTB Maluku Utara 6 Gambar 1.8 Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Malut (Ton) 7 Gambar 1.9 Perkembangan Kredit Investasi Oleh Perbankan di Malut 7 Gambar 1.10 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8 Gambar 1.11 Perkembangan Ekspor Riil 10 Gambar 1.12 Ekspor Nickel Maluku Utara 10 Gambar 1.13 Volume Muat Barang Pelabuhan Ahmad Yani 11 (Ton/M 3 ) Gambar 1.14 Perkembangan Impor Maluku Utara 11 Gambar 1.15 Volume Bongkar Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M 3 ) 12 Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13 Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14 Gambar 1.18 Produksi Tambang PT NHM 15 Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 16 Gambar 1.20 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 17 Gambar 1.21 Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan PLN Maluku Utara (MWh) 18 Gambar 1.22 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 19 Gambar 1.23 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20 Gambar 1.24 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 21 Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 22 Perusahaan Gambar 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 23 v

Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Kota Ternate Terhadap Nasional 32 Gambar 2.2 Inflasi Tahunan Kota Ternate 33 Gambar 2.3 Pergerakan Inflasi Volatile Foods, Administered Prices dan Core 34 Gambar 2.4 Inflasi Triwulanan Kota Ternate 35 Gambar 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara 38 Gambar 3.2 Perkembangan DPK (Milyar Rp) 40 Gambar 3.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara 41 Gambar 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 43 Gambar 3.5 Perkembangan NPL s Perbankan Daerah 44 Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 48 Gambar 4.2 Perbandingan total pendapatan Provinsi di wilayah 49 Sulampua Tahun 2010 Gambar 4.3 Perkembangan APBD Kab/Kota di Maluku Utara 53 Gambar 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran di Maluku Utara 55 Gambar 5.2 Komposisi Sistem Pembayaran di Maluku Utara Tahun 2010 56 Gambar 5.3 Perkembangan Kegiatan Kas Bank Indonesia Ternate (Milyar Rupiah) 57 Gambar 5.4 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling BI Ternate 59 Gambar 5.5 Rata-rata Harian Transaksi Kliring 62 Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS Kota Ternate 64 Gambar 6.1 Perkembangan Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara 65 Gambar 6.2 Persebaran Penduduk Usia 15 tahun ke atas di Maluku Utara pada Agustus 2010 66 Gambar 6.3 Persebaran Penyerapan tenaga kerja di Maluku Utara, Agustus 2010 68 Gambar 6.4 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) 68 Gambar 6.5 Perkembangan NTP 70 vi

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI MALUKU UTARA I. Makro Ekonomi MAKRO INDIKATOR TAHUN 2009 TAHUN 2010 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 120,38 122,53 120,99 124,11 126,78 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3,88 4,43 3,40 4,69 5,32 PDRB - harga konstan (Juta Rp) 2.811.445,78 731.518,44 750.181,10 775.070,57 778.354,47 - Pertanian 995.698,21 253.068,08 261.459,08 267.404,21 267.035,12 - Pertambangan & Penggalian 117.186,04 31.157,99 31.509,41 31.810,69 31.904,55 - Industri Pengolahan 352.601,54 91.087,93 91.666,20 94.244,99 94.864,30 - Listrik, Gas & Air Bersih 13.163,75 3.388,23 3.479,23 3.598,54 3.663,66 - Bangunan 50.798,65 13.295,66 13.435,66 13.757,54 13.803,56 - Perdagangan, Hotel & Restoran 733.421,84 196.370,10 201.599,70 212.706,70 213.621,31 - Pengangkutan & Komunikasi 228.831,21 59.398,63 60.818,51 62.963,06 63.482,24 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 101.673,46 26.307,33 26.944,32 27.934,12 28.194,49 - Jasa 218.071,07 57.444,49 59.268,99 60.650,72 61.785,24 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,05 9,16% 8,26% 7,52% 6,99% Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 115,64 64,62 80,44 49,54 7,29 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3.221,16 1.649,46 1.782,94 969,87 76,49 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0,25 3,33 2,11 6,61 3,04 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 0,07 0,17 0,28 3,74 0,075 * Data ekspor-impor posisi november 2010 vii

II. Perbankan INDIKATOR TAHUN 2009 TAHUN 2010 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,08 3,17 3,46 3,43 DPK (Rp triliun) 2,67 2,69 2,74 2,86 2,75 - Tabungan 1,56 1,4 1,47 1,57 1,71 - Giro 0,51 0,68 0,66 0,65 0,41 - Deposito 0,6 0,62 0,61 0,64 0,63 Kredit (Rp triliun) 1,69 1,84 2,01 2,18 2,27 - Modal Kerja 0,55 0,58 0,62 0,71 0,80 - Konsumsi 0,98 1,08 1,21 1,30 1,29 - Investasi 0,16 0,18 0,17 0,17 0,17 LDR 63,11% 68,41% 73,31% 76,01% 82,57% Kredit UMKM (Rp triliun) Kredit Mikro (Rp triliun) 0,69 0,60 0,61 0,65 0,64 - Modal Kerja 0,06 0,05 0,06 0,06 0,08 - Konsumsi 0,62 0,53 0,55 0,57 0,55 - Investasi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 Kredit Kecil (Rp triliun) 0,54 0,72 0,83 0,95 0,98 - Modal Kerja 0,17 0,15 0,17 0,22 0,23 - Konsumsi 0,33 0,50 0,59 0,66 0,67 - Investasi 0,05 0,07 0,07 0,07 0,08 Kredit Menengah (Rp triliun) 0,38 0,41 0,46 0,50 0,53 - Modal Kerja 0,26 0,28 0,32 0,37 0,40 - Konsumsi 0,04 0,05 0,06 0,06 0,07 - Investasi 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07 Total Kredit MKM (Rp triliun) 1,61 1,73 1,91 2,10 2,15 NPL MKM gross (%) 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 NPL MKM net (%) 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 Keterangan: Klredit Mikro (< Rp50 juta) Klredit Kecil (Rp50 juta < X Rp500 juta) Klredit Mikro (Rp500 juta < X Rp5 miliar) viii

Ringkasan Eksekutif Pertumbuhan ekonomi Malut sebesar 6,99% (yoy) Inflasi sebesar 5,32% (yoy) GAMBARAN UMUM Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 778,35 milyar rupiah, tumbuh 6,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,52% (yoy). Tingkat inflasi di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada periode triwulan IV-2010 meningkat. Tercatat inflasi tahunan pada triwulan laporan sebesar 5,32% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tingkat inflasi sebesar 4,69% (yoy). Jika dihitung secara triwulanan, tingkat inflasi yang terjadi adalah 2,15% (qtq), dimana pada triwulan sebelumnya tingkat inflasi triwulanan sebesar 2,58% (qtq). Secara bulanan terjadi inflasi sebesar 1,15% (mtm), dimana pada bulan November tingkat inflasi sebesar 0,98%. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Konsumsi masyarakat masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2010. Peran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara telah meningkat sejak satu triwulan terakhir. Jika pada triwulan III-2010 konsumsi memberikan kontribusi sebesar 6,33%, maka pada triwulan IV-2010 kontribusinya adalah 6,86%. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga masih tinggi yaitu sebesar 9,23% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 9,28% (yoy). Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV-2010 Ringkasan Eksekutif ix

Sektor PHR dan pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. PMTB tercatat mengalami penurunan sebesar minus 1,01% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya PMTB tumbuh 2,47% (yoy). Pertumbuhan pengeluaran pemerintah masih melanjutkan trend perlambatan seperti pada triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan lalu pengeluaran pemerintah tumbuh 8,51% (yoy), maka pada triwulan ini pertumbuhannya sebesar 4,62% (yoy). Perkembangan ekspor bersih (selisih antara ekspor dan impor) pada triwulan IV- 2010 masih melanjutkan trend kontraksi. Pada triwulan laporan tercatat ekspor bersih mengalami kontraksi sebesar minus 44,44% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya kontraksi yang terjadi adalah minus 35,22%. Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-2010 masih menunjukan kinerja positif. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Disisi lain sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Inflasi terutama digerakkan oleh kelompok bahan makanan INFLASI REGIONAL Pada akhir tahun 2010 tercatat inflasi Kota Ternate sebesar 5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 4,69% (yoy). Inflasi pada periode ini terutama bersumber dari inflasi kelompok bahan makanan, dimana inflasinya mencapai 11,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,67% (yoy). Dibandingkan tiga bulan sebelumnya, pada triwulan IV- 2010 Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 2,15% (qtq). Kelompok bahan makanan menjadi penggerak utama inflasi pada periode ini, dengan angka inflasi sebesar 4,67% (qtq). Ikan segar dan bumbu-bumbuan adalah dua subkelompok Ringkasan Eksekutif x

yang mengalami inflasi tertinggi, dengan nilai masing-masing sebesar 13,05% (qtq) dan 8,72% (qtq). Inflasi bulanan tertinggi pada periode triwulan IV-2010 terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 1,15% (mtm). Perbankan masih tumbuh positif namun melambat PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2010 masih tumbuh positif, namun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, DPK, Kredit, dan LDR tumbuh positif yang diikuti oleh penurunan NPL s. Pendapatan daerah Malut diperkirakan meningkat 11,01%... Belanja daerah diperkirakan meningkat 10,11%... KEUANGAN DAERAH Berdasarkan APBD Maluku Utara tahun 2010, pendapatan provinsi Maluku Utara diperkirakan mencapai Rp 800,84 miliar mengalami peningkatan sebesar 11,01% dari penerimaan provinsi pada tahun 2009. Pendapatan keseluruhan Kab./Kota di Maluku Utara pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp 3,37 triliun dengan pendapatan tertinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan dengan nilai sebesar Rp 535,55 miliar atau setara dengan 15,89% dari total pendapatan seluruh Kab/Kota dan pendapatan terendah pada Kabupaten Pulau Morotai yang merupakan Kabupaten termuda di Maluku Utara dengan nilai Rp 175,71 miliar atau 5,21% dari total pendapatan seluruh Kab/Kota di Maluku Utara. Disisi lain, total belanja Provinsi Maluku Utara pada tahun 2010 dianggarkan sebesar Rp 832,34 miliar mengalami kenaikan sebesar 10,11% dari total belanja tahun sebelumnya. Sejalan dengan pendapatannya, belanja di Kab. Halmahera Selatan dan Kab. Pulau Morotai merupakan yang tertinggi dan terendah dari seluruh Kab/Kota yang ada di Maluku Utara dengan nilai masing-masing Rp 533,99 miliar dan Rp 175,06 miliar. Ringkasan Eksekutif xi

Angkatan kerja di Maluku Utara mengalami penurunan... SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan sistem pembayaran di Maluku Utara sedikit berbeda dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 6,99% (yoy) sementara pemanfaatan sistem pembayaran secara total (Pelayanan Kas di Bank Indonesia, Penyelenggaraan Kliring serta RTGS) di Maluku Utara secara nominal justru mengalami penurunan sebesar minus 7,34% (yoy). TPAK mencapai 65,11%... TENAGA KERJA Pada Agustus 2010, Jumlah penduduk Maluku Utara usia 15 tahun keatas berjumlah 672,36 ribu jiwa. Dari jumlah tersebut, 64,20% masuk dalam kategori angkatan kerja. Sebanyak 93,24% dari jumlah angkatan kerja yang ada merupakan penduduk yang masuk kategori bekerja sedangkan pengangguran hanya 6,76% dari jumlah angkatan kerjanya. Dengan demikian tingkat partisipasi angatan kerja pada tahun 2010 mencapai 65,11%. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 6,5%, sedangkan inflasi diperkirakan 4%... PROSPEK EKONOMI REGIONAL Pada triwulan I-2011 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara diperkirakan berkisar pada angka 6,5% ± 1% (y-o-y). Belum berjalannya kegiatan belanja pemerintah pada awal tahun dan konsumsi masyarakat yang cenderung melambat pada awal tahun akan menjadi faktor penentu melambatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat kecenderungan perekonomian kedepan pada triwulan I-2011 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 4 ± 1% (y-o-y). Sejalan dengan kondisi ekonomi Malut yang diperkirakan tumbuh, kondisi sektor perbankan juga diperkirakan masih akan tumbuh positif. Ringkasan Eksekutif xii

BAB I: Perkembangan Ekonomi Makro 1.1 Gambaran Umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 778,35 milyar rupiah, tumbuh 6,99% (yoy) dibandingkan periode yang sama Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2010 adalah 6,99% (yoy) tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,52% (yoy). 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara PDRB (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih digerakan oleh kegiatan konsumsi masyarakat, dan pengeluaran pemerintah. Disisi lain, kinerja PMTB yang mengalami kontraksi, adalah salah satu faktor penghambat pertumbuhan. Dari sisi penawaran (lapangan usaha), perekonomian ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor pertanian, khususnya pada subsektor perkebunan. Kenaikan harga komoditas perkebunan pada akhir tahun merupakan salah satu faktor pendorong kinerja sektor ini.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 2 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi masyarakat masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2010. Terkontraksinya kinerja PMTB telah membuat kontribusi PMTB terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi nol. Pertumbuhan ekonomi terutama digerakan konsumsi masyarakat... Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya Komponen Pertumbuhan Kontribusi Kons. Masyarakat 9,23% 6,86% Kons. Pemerintah 4,62% 1,40% PMTB -1,01% 0,00% Ekspor 1,65% 0,65% Impor 8,03% 1,92% PDRB 6,99% 6,99% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah A. Konsumsi Peran konsumsi masyarakat, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta nirlaba, terhadap pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara telah meningkat sejak satu triwulan terakhir. Jika pada triwulan III-2010 konsumsi memberikan kontribusi sebesar 6,33%, maka pada triwulan IV-2010 kontribusinya adalah 6,86%. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga masih tinggi yaitu sebesar 9,23% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 9,28% (yoy). Tingginya permintaan masyarakat pada saat triwulan III-2010 sebagai dampak pelaksanaan puasa dan perayaan Idul Fitri, tidak berlanjut pada triwulan IV-2010. Pertumbuhan konsumsi pada triwulan IV-2010 melambat Pada triwulan ini pertumbuhan konsumsi lembaga swasta nirlaba meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan III- 2010 pertumbuhannya sebesar 3,66% (yoy), maka pada triwulan IV- 2010 ini pertumbuhannya 4,17%. Disisi lain konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup tinggi, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 3 rumah tangga tumbuh 9,28% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini sebesar 9,34%. 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Gambar 1.2 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara Kons. Msy. (Milyar) Pertumb. Kons. (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 700 600 500 400 300 200 100 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sebanyak 62% konsumsi rumah tangga pada periode ini digunakan untuk konsumsi makanan. Konsumsi untuk makanan tumbuh 9,46% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya sebesar 9,52% (yoy). Disisi lain konsumsi non makanan tumbuh 9,00% (yoy), juga sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,07% (yoy). Jika pada triwulan sebelumnya aktivitas konsumsi banyak digerakan oleh aktivitas puasa dan hari raya Idul Fitri, maka pada triwulan ini faktor penggeraknya adalah perayaan natal dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada akhir tahun. Konsumsi masyarakat digerakan oleh perayaan natal dan kegiatan akhir tahun Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, memang telah terlihat terjadinya peningkatan pasokan pada komoditas bahan makanan ataupun minuman ringan pada triwulan IV-2010. Peningkatan pasokan ini tergambar dari aktivitas bongkar barang di pelabuhan.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 4 Berdasarkan data PT. Pelindo V cabang Ternate, aktivitas bongkar komoditas bahan makanan pada triwulan laporan mencapai 2.350 Ton/M 3, meningkat 34,29% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Gambar 1.3 Volume Bongkar Komoditas Bahan Makanan (Ton/M 3 ) 2.500 Aktivitas bongkar di pelabuhan untuk bahan makanan, minuman ringan, dan kendaraan motor roda dua meningkat 2.000 1.500 1.000 500 0 I II III IV I II III IV Sumber: Pelindo 2009 2010 Komoditas minuman ringan juga terlihat mengalami peningkatan yang signifikan, dimana volumenya mencapai 5.291 Ton/M 3, meningkat 80,89% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Gambar 1.4 Volume Bongkar Komoditas Minuman Ringan (Ton/M 3 ) 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 I II III IV I II III IV Sumber: Pelindo 2009 2010 Sementara itu peningkatan pasokan untuk kendaraan bermotor roda dua masih tercatat cukup tinggi, dimana volumenya mencapai 1.680 Ton/M 3, meningkat 39,30% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 5 Gambar 1.5 Volume Bongkar Motor Roda Dua (Ton/M 3 ) 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 I II III IV I II III IV Sumber: Pelindo 2009 2010 Peningkatan kendaraan bermotor ini ikut didukung dengan meningkatnya pasokan bahan-bakar, diantaranya untuk premium. Setiap tahunnya konsumsi premium selalu mengalami kenaikan. Tabel 1.2 Konsumsi BBM Maluku Utara (Liter) Produk Avtur Premium M.Tanah M.Solar Total 2008 5.197.000 30.525.370 27.459.250 74.144.650 137.326.270 2009 7.714.720 33.918.930 27.034.200 64.479.500 133.147.350 2010 10.999.400 34.182.670 29.085.310 73.970.950 148.238.330 Sumber: Pertamina Depot Ternate Kinerja positif konsumsi didukung pula oleh kinerja kredit konsumsi. Tercatat kredit konsumsi pertumbuhannya mencapai 31,75% (yoy), masih tumbuh tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 37,70% (yoy). Pertumbuhan konsumsi didukung oleh kredit konsumsi 70,00% 60,00% Gambar 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi di Malut KK (Milyar Rp) growth yoy 1400 1200 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% I II III IV I II III IV I II III IV 1000 800 600 400 200 0 2008 2009 2010 Sumber: LBU, diolah

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 6 B. Investasi (PMTB) Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV- 2010 mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. PMTB tercatat mengalami penurunan sebesar minus 1,01% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya PMTB tumbuh 2,47% (yoy). Belum adanya investasi baru, ditambah dengan relatif lambatnya realisasi belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, merupakan faktor utama turunnya investasi. Kegiatan investasi mengalami kontraksi Beberapa proyek yang mengalami gangguan diantaranya proyek jalan Daruba-Wayabula sepanjang 37 km yang ditargetkan berakhir 18 Desember 2010. Keterlambatan ini ditengarai karena pekerjaan gorong-gorong dan jembatan belum tuntas, dan hal ini juga mengakibatkan mobilisasi alat pekerjaan jalan ikut terhambat. Proyek jalan di Pulau Rao, Morotai Selatan, senilai Rp 3,1 miliar juga mengalami keterlambatan pengerjaan. Proyek pembangunan terminal Bandara Babullah senilai Rp 15 miliar yang dimulai sejak 2008 dan ditargetkan selesai pada 1 Desember 2010 pengerjaannya juga baru mencapai 40%, sedangkan anggaran yang dicairkan sudah 60%. 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 5% Gambar 1.7 Perkembangan PMTB Maluku Utara PMTB (Milyar) Pertumb. PMTB (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 70 60 50 40 30 20 10 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 7 Sementara itu untuk mengantisipasi kebutuhan investasi pada periode kedepan, stok semen sebagai bahan baku bangunan telah ditingkatkan. Persediaan semen telah ditambah Gambar 1.8 Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Malut (Ton) 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 IV I II III IV 2009 2010 Sumber: Asosiasi Pengusaha Semen Penurunan PMTB sejalan dengan pergerakan kredit investasi, yang juga mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan IV-2010. Kredit investasi tercatat mengalami pertumbuhan 9,40% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang sebesar 10,74% (yoy). Kredit investasi melambat Gambar 1.9 Perkembangan Kredit Investasi di Malut 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% KI (Milyar Rp) growth yoy I II III IV I II III IV I II III IV 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2008 2009 2010 Sumber: LBU, diolah Untuk periode kedepan investasi diperkirakan mengalami kenaikan dengan berjalannya beberapa proyek. PLN misalnya, membangun PLTU di Kelurahan Rum Balibunga Tidore Utara, dalam waktu dekat PLN akan membangun PLTU dan PLTS

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 8 akan dibangun juga PLTU di Dusun Pasigau Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan. Selain itu di Morotai PLN berencana membangun PLTS. Pada tahun 2011 PDAM juga akan menambah pompa air di beberapa titik. Anggaran pengadaan pompa-pompa baru tersebut adalah melalui APBN yang disalurkan lewat provinsi. PT Antam akan menginvestasikan USD 1,7 miliar untuk membangun pabrik pengolahan nikel di Tanjung Buli Halmahera Timur. Untuk tahun 2011 memang baru akan memasuki tahap pembebasan lahan, namun ditargetkan pabrik akan selesai 2014. Antam akan melakukan investasi pembangunan pabrik C. Pengeluaran Pemerintah Pertumbuhan pengeluaran pemerintah masih melanjutkan trend perlambatan seperti pada triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan lalu pengeluaran pemerintah tumbuh 8,51% (yoy), maka pada triwulan ini pertumbuhannya sebesar 4,62% (yoy). Pengeluaran pemerintah melambat 25% 20% Gambar 1.10 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah Kons. Pem. (Milyar) Pertumb. Kons. Pem. (yoy) 250 200 15% 150 10% 100 5% 50 0% I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Terjadinya defisit di sebagian wilayah kabupaten/kota diduga sebagai faktor utama melambatnya pengeluaran pemerintah. Hingga Oktober 2010 realisasi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Ternate

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 9 baru mencapai 63,38% atau sekitar Rp17,053 miliar. Sementara itu realisasi total pendapatan daerah mencapai 83,07% atau sekitar Rp386,67 miliar. Belum optimalnya penerimaan daerah akan berdampak juga terhadap belanja daerah. Tahun 2010, defisit APBD induk Halmahera Tengah mencapai Rp 37 miliar. Jika tidak dikurangi SILPA sebesar Rp 28 milar, total defisit mencapai 65 miliar dari total APBD 373,992 miliar. Defisit ini akan terbawa ke anggaran 2011. D. Kegiatan Ekspor dan Impor Perkembangan ekspor bersih (selisih antara ekspor dan impor) pada triwulan IV-2010 masih melanjutkan trend kontraksi, yang telah dimulai pada beberapa triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan pertama tahun 2010 kontraksi ekspor telah berkurang kedalamannya, maka pada triwulan-triwulan berikutnya kontraksi ekspor bersih semakin dalam. Pada triwulan laporan tercatat ekspor bersih mengalami kontraksi sebesar minus 44,44% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya kontraksi yang terjadi adalah minus 35,22%. Masih tingginya pertumbuhan impor, belum mampu diimbagi oleh kinerja ekspor, yang kinerjanya terus melambat, sehingga ekspor bersih terus menurun. Ekspor bersih masih mengalami kontraksi Ekspor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,65% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhannya adalah 4,69% (yoy). Baik ekspor luar negeri maupun ekspor antar pulau keduanya melambat.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 10 15% 10% 5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% Gambar 1.11 Perkembangan Ekspor Riil Ekspor (Milyar) Pertumb. Ekspor (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 300 250 200 150 100 50 250% 200% 150% 100% 50% 0% 50% 100% Gambar 1.12 Ekspor Nickel Maluku Utara Volume (M/Tons) Growth Volume (yoy) III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 Sumber: Bank Mandiri 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 Berdasarkan data ekspor nickel Maluku Utara, memang pada triwulan IV-2010 ekspor nickel mengalami perlambatan. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan ekspor nickel mencapai 25,43% (yoy), maka pada triwulan laporan pertumbuhannya hanya 5,97%. Kondisi perlambatan ekspor antar pulau tergambar dari menurunnya aktivitas muat barang di pelabuhan. Data Pelindo menunjukan bahwa pada triwulan IV-2010 jumlah barang yang dimuat memang menurun, baik itu dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ataupun dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 11 Gambar 1.13 Volume Muat Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M 3 ) 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 I II III IV I II III IV Sumber: Pelindo 2009 2010 Seperti halnya pada kondisi ekspor, impor yang terdiri atas impor luar negeri dan impor antar pulau masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan III-2010 tercatat pertumbuhan impor adalah 10,60% (yoy), maka pada triwulan IV-2010 pertumbuhannya sebesar 8,03%. 25% Gambar 1.14 Perkembangan Impor Maluku Utara Impor (Milyar) Pertumb. Impor (yoy) 250 20% 200 15% 150 10% 100 5% 50 0% I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Baik impor luar negeri maupun impor antar pulau keduanya mengalami perlambatan. Tercatat pertumbuhan impor luar negeri sebesar 1,04% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tercatat pertumbuhan impor sebesar 1,87% (yoy).

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 12 Impor antar pulau mengalami pertumbuhan 8,25% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhannya mencapai 10,89% (yoy). Perlambatan aktivitas impor antar pulau ini dapat dicermati melalui aktivitas bongkar barang. Jika pada triwulan III-2010 pertumbuhan aktivitas bongkar barang mencapai 21,69% (yoy), maka pada triwulan IV-2010 pertumbuhannya hanya 19,97% (yoy) dengan volume mencapai 97.005 Ton/M 3. Gambar 1.15 Volume Bongkar Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M 3 ) 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 I II III IV I II III IV Sumber: Pelindo 2009 2010 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-2010 masih menunjukan kinerja positif. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Disisi lain sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Seluruh sektor ekonomi tumbuh positif

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 13 Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya Sektor Ekonomi Pertumbuhan Kontribusi Pertanian 6,74% 2,32% Pertambangan & Penggalian 1,61% 0,07% Industri Pengolahan 3,83% 0,48% Listrik, Gas & Air Bersih 10,58% 0,05% Bangunan 3,62% 0,07% Perdagangan, Hotel & Restoran 9,74% 2,61% Pengangkutan & Komunikasi 6,95% 0,57% Keuangan, Persewaan & Js. Prsh. 6,86% 0,25% Jasa-jasa 7,36% 0,58% PDRB 6,99% 6,99% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah A. Pertanian Sektor pertanian menunjukan peningkatan kinerja pada triwulan IV- 2010. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini sebesar 4,50% (yoy), maka pada triwulan laporan pertumbuhannya mencapai 6,74% (yoy). Seluruh subsektor yang ada menunjukan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan tertinggi pada subsektor tanaman perkebunan. Kenaikan harga komoditas perkebunan pada triwulan laporan telah mendorong petani untuk meningkatkan produksinya. Kinerja sektor pertanian meningkat 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian Pertanian (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 280 270 260 250 240 230 220 210 200 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 14 Subsektor tanaman bahan makanan telah mengalami peningkatan kinerja, setelah mengalami perlambatan pada dua triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat subsektor ini tumbuh 3,28% (yoy) dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan subsektor ini adalah 1,72% (yoy). Subsektor tanaman perkebunan tercatat tumbuh 9,40% (yoy), dimana sebelumnya sub sektor ini tumbuh 6,51% (yoy). Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 4,81% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,83% (yoy). Subsektor kehutanan tumbuh 2,40% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhanya adalah 1,53% (yoy). Subsektor perikanan tumbuh 5,94% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya adalah 3,86% (yoy). B. Pertambangan & Penggalian Meskipun masih menunjukan pertumbuhan positif, kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sektor ini tumbuh Kinerja sektor pertambangan dan penggalian melambat 1,61% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini mencapai 7,55% (yoy). Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 15% 10% 5% 0% 5% 10% 15% Pertambangan & Penggalian (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 40 35 30 25 20 15 10 5 20% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 0

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 15 Dua subsektor yang ada yaitu, subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian keduanya mengalami perlambatan pertumbuhan. Subsektor pertambangan tanpa migas mengalami perlambatan yang signifikan, dimana pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 7,46% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2010 pertumbuhannya sebesar 1,30% (yoy). Perlambatan pertumbuhan pada subsektor ini diantaranya dikonfirmasi oleh produksi tambang PT. Nusa Halmahera Minerals, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.17. Adapun subsektor penggalian pertumbuhannya sebesar 3,86% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III- 2010 adalah 8,20% (yoy). 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Gambar 1.18 Produksi Tambang PT NHM Dore bullion (Kg) Gold (Kg) Silver (Kg) g_total (y o y) I II III IV I II III IV I II III IV 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% 40% 2008 2009 2010 Sumber: Departemen ESDM, diolah * Data triwulan IV berdasarkan posisi November C. Industri Pengolahan Perkembangan sektor industri pengolahan masih menunjukan trend perlambatan, seperti pada awal tahun 2010. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh 3,83%, dimana pada triwulan sebelumnya sektor ini tumbuh 4,33% (yoy). Kinerja sektor industri pengolahan melambat

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 16 15% 10% Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan Industri Pengolahan (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) 100 95 5% 90 0% 5% I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 85 80 10% 75 15% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 70 Subsektor makanan, minuman dan tembakau merupakan subsektor yang pertumbuhannya tertinggi, sebesar 6,15% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 3,60% (yoy). Peningkatan aktivitas ini terutama dipicu oleh permintaan masyarakat dalam merayakan Natal dan kegiatankegiatan akhir tahun. Subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya masih tumbuh secara positif, meskipun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh 2,98%, dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini 4,61% (yoy). D. Listrik, Gas & Air Bersih Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2010 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh hingga 10,58% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan sektor ini sebesar 7,82% (yoy). Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih meningkat Subsektor listrik merupakan subsektor yang paling tinggi pertumbuhannya hingga mencapai 12,89% (yoy). Pada triwulan

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 17 sebelumnya subsektor ini juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 10,78% (yoy). Gambar 1.20 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Listrik, Gas & Air Bersih (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 3,8 3,7 3,6 3,5 3,4 3,3 3,2 3,1 3,0 2,9 Kinerja positif subsektor listrik memang tergambar dari perkembangan konsumsi listrik dan jumlah pelanggan. Daya listrik terpasang meningkat 33,72% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian daya mampu meningkat 56,49% (yoy) selama setahun terakhir, sedangkan beban puncak juga meningkat sebesar 15,96% (yoy). Jumlah pelanggan juga telah mengalami peningkatan 8,52% (yoy), dari sejumlah 102.165 pelanggan pada triwulan IV-2009, menjadi sebanyak 110.873 pelanggan pada triwulan IV-2010 yang terutama didorong oleh peningkatan pelanggan rumah tangga. Pelanggan listrik memang masih didominasi oleh golongan rumah tangga yaitu sebanyak 95%, sedangkan pelanggan golongan pemerintah dan bisnis masingmasing hanya sebanyak 1% dan 4%.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 18 Gambar 1.21 Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan PLN Maluku Utara 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0,000 Daya Terpasang Daya Mampu Beban Puncak I II III IV I II III IV 2009 2010 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 Rumah Tangga Pemerintah Bisnis Jumlah Pelanggan 0 I II III IV I II III IV 2009 2010 Kinerja sektor listrik kedepan dipastikan akan meningkat. Pada tahun 2011 PLN telah berkomitmen untuk menyelesaikan program pembangunan PLTS di Morotai dengan daya 600kWp dengan batas waktu operasi pada 30 Juni 2011. Selain itu untuk mewujudkan rasio elektrifikasi 60% di Maluku dan Maluku Utara, telah dilakukan inventarisasi kebutuhan investasi yang nilainya diperkirakan lebih dari Rp. 224 miliar. Untuk Maluku Utara sendiri diperkirakan kebutuhan investasinya mencapai lebih dari Rp. 87 miliar, diluar anggaran tambahan yang disediakan untuk kedua provinsi yang nilainya mencapai lebih dari Rp. 50 miliar. Disisi lain kinerja subsektor air bersih pada triwulan laporan juga mencatatkan pertumbuhan yang baik hingga mencapai 8,04% (yoy),

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 19 lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,58% (yoy). E. Bangunan Kinerja sektor bangunan pada triwulan IV-2010 masih melanjutkan trend perlambatan, yang sudah dimulai pada triwulan II-2010. Pada triwulan laporan sektor ini hanya tumbuh 3,62% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 6,30% (yoy), sedangkan pada triwulan II-2010 pertumbuhannya sebesar 7,77% (yoy). Melambatnya kinerja sektor bangunan sejalan dengan penurunan investasi. 25% 20% 15% 10% 5% 0% Gambar 1.22 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan Bangunan (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah F. Perdagangan, Hotel & Restoran Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sektor ini mengalami pertumbuhan 9,74% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 12,79% (yoy). Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran melambat

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 20 Subsektor perdagangan besar dan eceran, yang merupakan subsektor dominan, tumbuh 9,76% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,86% (yoy). Subsektor hotel juga melambat pertumbuhannya, dari 10,08% (yoy) pada triwulan III-2010 menjadi 9,39% (yoy) pada triwulan IV-2010. Disisi lain subsektor restoran tumbuh 7,75% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 7,98% (yoy). Gambar 1.23 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Perdagangan, Hotel & Restoran (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 250 200 150 100 50 0 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah G. Pengangkutan & Komunikasi Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2010 masih relatif baik, namun dengan kecenderungan melambat. Pada triwulan laporan tercatat sektor ini tumbuh 6,95% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 7,736% (yoy). Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi melambat

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 21 Gambar 1.24 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Pengangkutan & Komunikasi (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah 70 60 50 40 30 20 10 0 Kinerja subsektor pengangkutan pada triwulan IV-2010, yang merupakan subsektor terbesar, cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan subsektor ini secara keseluruhan tumbuh 7,07% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 7,48% (yoy). Perlambatan ini disebabkan karena perlambatan pada angkutan jalan raya dan angkutan udara. Angkutan jalan raya tumbuh 4,76% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 pertumbuhannya adalah 5,50% (yoy). Subsektor angkutan udara tumbuh 9,51% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 11,07% (yoy). Adapun kinerja angkutan lain, yaitu angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyebrangan; dan jasa penunjang angkutan seluruhnya mengalami peningkatan kinerja, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 7,35% (yoy); 9,19% (yoy); dan 7,17% (yoy). Sementara itu subsektor komunikasi tumbuh 6,72% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 8,22%. Pertumbuhan ini digerakan oleh menigkatnya kinerja pos dan telekomunikasi.

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 22 H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,86% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,32% (yoy). Perlambatan ini disebabkan karena melambatnya pertumbuhan seluruh subsektor yang ada, kecuali subsektor sewa bangunan. Gambar 1.25 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 16% 14% 12% 10% Keuangan, Persewaan & Js. Prsh. (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) 30 25 20 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV 15 10 5 0 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Subsektor bank tumbuh 8,58% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 13,73% (yoy). Subsektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh 7,15% (yoy), dimana pada triwulan III-2010 sektor ini tumbuh 11,08% (yoy). Subsektor sewa bangunan sedikit mengalami peningkatan kinerja, dari 6,31% (yoy) pada triwulan III-2010 menjadi 6,39% (yoy) pada triwulan IV-2010. Adapun subsektor jasa perusahaan tumbuh 4,67% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 6,21% (yoy). I. Jasa-jasa Sektor jasa-jasa tumbuh 7,36% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tercatat sebesar 8,33% Kinerja sektor jasajasa melambat

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro 23 (yoy). Perlambatan ini disebabkan karena melambatnya jasa pemerintahan umum maupun jasa swasta. 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Gambar 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa Jasa jasa (Milyar Rp) Pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV 70 60 50 40 30 20 10 0 2008 2009 2010 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Jasa pemerintahan umum tumbuh 8,72% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan yang terjadi adalah 9,85% (yoy). Jasa swasta tumbuh 3,56% (yoy), dimana pertumbuhannya pada triwulan III-2010 adalah 4,18% (yoy). Perlambatan pertumbuhan pada jasa swasta disebabkan karena melambatnya kinerja jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta perorangan dan rumah tangga.

BOKS 1 Sektor Unggulan Halmahera Timur dan Permasalahannya Gambaran Umum Secara Geografis wilayah Halmahera Timur berbatasan di sebelah utara dengan wilayah Kabupaten Halmahera Utara dan Teluk Kao, di sebelah selatan dengan wilayah Kabupaten Halmahera Tengah (Kecamatan Patani dan Kecamatan Weda) dan wilayah Kabupaten Halmahera Barat, disebelah barat Teluk Kao (Wilayah Kabupaten Halmahera Utara) dan Kota Tidore Kepulauan dan Teluk Buli, di sebelah timur Laut Halmahera serta Samudra Pasifik. Kabupaten Halmahera Timur terletak antara 0 0 40-1 0 4 Lintang Utara dan antara 126 0 45-129 0 30 Bujur Timur, dengan luas daratan 6.468,30 km 2 atau kurang lebih sebanyak 54 persen. Kabupaten yang terbentuk sejak tahun 2003 ini beribukota di Maba, dan sampai dengan tahun 2009 dibagi menjadi 10 kecamatan dan 73 desa. Daerah Halmahera Timur merupakan daerah pantai karena kurang lebih 80% Desa/Kelurahan berada di daerah pantai, sedangkan 20% lainnya di daerah pegunungan. Kabupaten Halmahera Timur juga memiliki 27 buah pulau, dimana pulau-pulau tersebut belum ada yang dihuni manusia. Jumlah penduduk di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2009 adalah 69.912 jiwa, dengan jumlah penduduk usia kerja adalah 40.867 jiwa, dan memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 69,10%. Sementara itu tingkat pengangguran terbuka (TPT) adalah 4,83%. Sebanyak 70% penduduk bekerja di sektor pertanian. Selama tahun 2009 Realisasi Total Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur tahun 2009 adalah sebesar 419,246 miliar rupiah atau mengalami penurunan sebesar 14,69 miliar rupiah (3,39%) dibandingkan realisasi pendapatan tahun 2008. Total pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan sebesar 357,723 miliar rupiah (78,18%), lalu diikuti oleh penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 66,755 miliar rupiah (15,92%) dan pendapatan asli daerah sebesar 24,738 miliar rupiah (5,90%). Dana alokasi umum (DAU) memberikan sumbangan terbesar terhadap total pendapatan daerah yaitu sebesar 195,098 miliar rupiah (46,54%). 24

Realisasi Total Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Timur tahun 2009 adalah sebesar 558,529 miliar rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 141,761 miliar rupiah (34,01%) dibandingkan realisasi total belanja tahun 2008. total belanja tersebut berasal dari belanja langsung sebesar 447,677 miliar rupiah (80,15%) dan belanja tidak langsung sebesar 110,852 miliar rupiah (19,84%). Pengeluaran terbesar daerah digunakan untuk belanja modal yaitu sebesar 317,381 miliar rupiah (56,82%). Profil Ekonomi Unggulan PDRB Kabupaten Halmahera Timur atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp 237.090,98 juta pada tahun 2009, atau tumbuh sebesar 7,98% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian yaitu 44,25%, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (23,93%) serta sektor jasa-jasa (3,25%). Untuk sektor pertanian, subsektor yang dominan ialah pertanian tanaman bahan makanan, dan untuk sektor pertambangan dan penggalian, sub sektor yang dominan ialah bahan tambang non migas. Lahan sawah di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2009 seluas 14.370 hektar, dimana lahan terluas berada di Kecamatan Wasile Timur (43,02%) dan Kecamatan Wasile (42,27%). Menurut jenis pengairannya, lahan sawah di Kabupaten Haltim terdiri dari lahan sawah irigasi teknis 3.496 hektar (38,75%), irigasi setengah sederhana 3.325 hektar (35,86%) dan irigasi sederhana 2.200 hektar (24,39%). Produksi tanaman pangan terbesar di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2009 adalah padi, yaitu sebesar 12.051,3 ton, kemudian jagung sebanyak 109,67 ton, ubi kayu 77,9 ton, ubi jalar 72,65 ton, kacang tanah 50,33 ton, dan kedelai 12,25 ton. Sementara itu untuk holtikultura, luas panen tanaman sayuran terbesar pada tahun 2009 adalah kacang panjang (85,05 ha), tomat (81 ha) dan kangkung (78,55 ha). Sementara itu produksi tanaman sayuran tertinggi pada tahun 2009 adalah labu siam (26,9 ton), kacang panjang (25,7 ton) dan tomat (19,25 ton). Untuk buah-buahan yang memberikan kontribusi produksi terbesar adalah pisang (242,15 ton), mangga (82,55 ton) dan semangka (40,5 ton). Sektor pertambangan berperan cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Halmahera Timur. Sektor ini tetap diharapkan sebagai sumber penerimaan devisa, 25

terutama yang berasal dari pendapatan bijih nickel. Jenis tambang yang telah diidentifikasi terdapat di Kabupaten Halmahera Timur adalah: 1. Nikel (Ni), terutama di sekitar Buli 2. Magnesit (Fe), di sepanjang S. Mancalele, Kec. Wasile 3. Batu gamping (Ca), di Desa Subaim, Kec. Wasile dan Desa Fayaul, Kec. Wasile Selatan 4. Talk (Ca), di desa Fayaul sepanjang S. Mancalele, Kec. Wasile 5. Minyak Bumi di Desa Lolobata, Kec. Wasile Dari jenis-jenis tambang tersebut, yang telah dieksploitasi baru nikel, yaitu di P. Gee (1997) dan Tanjung Buli (2001), keduanya di Kecamatan maba, serta di Mornopo, Desa Wailukum, Kecamatan Maba Selatan (2004). Lokas lainnya adalah di P. Pakal, Kecamatan Maba dan Desa Soa Sangaji, kecamatan Maba Selatan. Lokasi-lokasi tersebut berada di sekitar Teluk Buli. Selain dua sektor unggulan diatas, Haltim masih memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan seperti: 1. Perikanan dan Kelautan a. Sumberdaya Ekosistem Pesisir dan Laut Ekosistem pesisir dan laut disusun oleh beberapa tipe ekosistem yang khas seperti ekosistem hutan Mangrove, Padang Lamun, Terumbu Karang, Estuaria dan sebagainya yang masing-masing memiliki produktifitas tinggi, dan interaksi diantaranya sangat berpengaruh pada produktifitas wilayah pesisir secara keseluruhan. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM 2004 menunjukkan bahwa ternyata Kabupaten Halmahera Timur mempunyai hamparan Mangrove yang terluas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Maluku Utara yaitu seluas 22,500 hektar, dan Kabupaten Halmahera Timur mempunyai terumbu karang yang cukup luas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Maluku Utara yaitu seluas 47,008 hektar. b. Sumberdaya Perikanan (a) Perikanan Tangkap Secara umum produksi dan nilai ikan di Kabupaten Halmahera Timur setiap tahun meningkat. Produksi perikanan di Kabupaten Halmahera Timur pada tahun 2007 adalah 16.380,1 ton dengan nilai Rp 26