MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

AlphaMath ABSTRACT: Keyword: Differentiated Instruction Approach, Mathematical Problem Solving Ability PENDAHULUAN

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 14

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

Penerapan Teori Maslow pada Pembelajaran Matematika di SD. The Application of Maslow s Theory To Mathematics Learning In Elementary Schools

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pengajaran Langsung

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 30 PADANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 7 Bandar

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

: model pembelajaran, pemahaman konsep matematis, tutor sebaya

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS VII TAMAN DEWASA IBU PAWIYATANYOGYAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

PENGARUH STRATEGI MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMK DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THREE STEP INTERVIEW

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL SETTING NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CTL DAN PROBLEM POSING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

STUDI KOMPARASI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK DAN ARTIKULASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatra Barat 2)

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN COMPUTER ASSISTED INSTRUCTION (CAI) JENIS TUTORIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI PETA KONSEP

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIM KUIS PADA KOMPETENSI BANGUN RUANG SISI TEGAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BUNDA PADANG. Endah 1, Susi Herawati 1

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CIRC DAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PEMEHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Nurul Iman Pesawaran yang terletak di di

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN MENGGUNAKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH 2 PADANG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. M. Gilar Jatisunda 1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Asesmen Ranking Task Exercise (RTE) terhadap Pemahaman Konsep Hukum Newton

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

EFEKTIVITAS MODEL TPS BERBANTUAN CABRI 3D PADA MATERI BANGUN RUANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Transkripsi:

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 3, November 2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Jl. KHA.Dahlan 3 Purworejo 54111, e-mail: bambangpdc115@gmail.com Abstract : One of the professional competences of mathematics teacher is the ability of mathematical problem solving. At high school level, the increase of this ability is influenced by creativity. It means, that if the students creativity is getting higher, their ability of mathematical problem solving is also progressively better, conversely. The applying of Treffinger s model in mathematics teaching and learning at high school, have been proven can develop the students creativity. In this research, Treffinger s model is applied to students prepared for being mathematics teacher as a mean to improve their ability of mathematical problem solving. The sampels consist of 32 students of Mathematics Educational Department, taken by purposive sampling. The data collecting uses instrument in the form of test about the ability of mathematical problem solving. The result of this research indicates that the applying of Treffinger s model is significant influencing the increase of the mathematical problem solving s ability. It is caused by the fact that the students have their own variation, creativity, and experience so that can be developed swiftly in mathematical problem solving. Keywords: Treffinger, creativity, mathematical problem solving. PENDAHULUAN Pendidikan tinggi memiliki peran yang amat strategis dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM). Dalam salah satu laporannya, Bank Dunia menyatakan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan dari sektor pendidikan tinggi terhadap upaya peningkatan daya saing bangsa (Departemen Pendidikan Nasional; 2004). Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompetitif, setiap calon guru matematika harus benar-benar menyiapkan dan mengembangkan kemampuannya. Hal ini perlu dilakukan agar setelah terjun ke masyarakat, mahasiswa dapat menjadi guru yang profesional. Pemerintah telah memutuskan bahwa mulai tahun 2015 untuk menyiapkan guru-guru profesional tidak lagi melalui penilaian porto folio dan program PLPG (Pendidikan Latihan Profesi Guru), tetapi diserahkan kepada LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) melalui PPG (Program Profesi Guru). Oleh karena itu, mulai saat ini LPTK harus bersungguh-sungguh dalam menyiapkan PPG agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Kemampuan guru terletak pada kompetensi yang dimilikinya. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, setiap 239

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan. (Bambang Priyo Darminto) guru harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Sehubungan dengan hal tersebut, setiap calon guru harus dibekali dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pemerintah dalam meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi, yakni lulusan yang terampil, kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,ahli, profesional, serta memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan (Departemen Pendidikan Nasional; 2005). Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) merupakan lembaga perguruan tinggi swasta yang memiliki fakultas keguruan dengan beberapa program studi. Salah satu program studi dalam fakultas keguruan di UMP adalah Program Studi Pendidikan Matematika. Hasil penelitian Bambang Priyo Darminto (2013) menjelaskan bahwa dilihat dari input atau asal-usul mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Matematika di UMP, diketahui bahwa pada tahun 2012/2013 terdapat kira-kira 30% mahasiswa yang berasal dari SMA/MA Jurusan IPA, sedangkan kira-kira 70% mahasiswa berasal dari SMA/MA Jurusan IPS dan SMK. Di samping itu, pada umumnya UMP merupakan pilihan terakhir dari sejumlah pilihan mahasiswa ketika akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan melihat kondisi asal-usul mahasiswa tersebut, maka pembelajaran pada Program Studi Pendidikan Matematika di UMP perlu dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh. Kemampuan memecahkan masalah matematis termasuk dalam berpikir matematis tingkat tinggi. Kemampuan ini sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia selalu berhadapan dengan berbagai masalah yang harus diselesaikan, termasuk masalah matematis atau masalah yang solusinya perlu perhitungan matematik. Dalam dunia pendidikan, pengembangan kemampuan memecahkan masalah matematis dapat dilakukan melalui berbagai cara, satu di antaranya adalah menerapkan beberapa model dan metode pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa. Di samping itu, juga perlu diketahui bahwa menurut Polya untuk memecahkan masalah matematika diperlukan langkah-langkah (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) melaksanakan perhitungan, dan (4) memeriksa kembali proses dan hasil (Bambang Priyo Darminto; 21012). Dalam setiap langkah, pengembangan kreativitas selalu diperlukan guna memilih strategi yang tepat untuk 240

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 3, November 2014 melaksanakannya. Dengan strategi yang tepat, diharapkan mahasiswa dapat memecahkan masalah matematis dengan benar. Setelah mengkaji beberapa model pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran Treffinger pada perkuliahan Telaah Kurikulum Matematika. Penggunaan model pembelajaran Treffinger ini dipilih dalam penelitian karena memiliki keungulan utama yaitu dapat meningkatkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Selanjutnya, menurut Munandar (Pomalato Sarson Waliyatimas; 2005) kreativitas yang berkembang akan meningkatkan kemampuan untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Sedangkan menurut Ekawati (2013), model pembelajaran Treffinger merupakan proses belajar secara kreatif yang menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dan proses berpikir konvergen (proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat). Langkah-langkah penting dalam pembelajaran model Treffinger adalah: (1) mengakomodasi aneka gagasan baru dan melihat sebanyak-banyaknya cara memecahkan masalah, (2) menggunakan gagasan kreatif yang melibatkan proses pemikiran dan perasaan, selanjutnya (3) menggunakan perasaan dan pemikiran kreatif tersebut untuk memecahkan masalah. Perlu diperhatikan bahwa langkah-langkah tersebut akan berhasil baik, artinya dapat menyelesaikan masalah matematis secara benar bilamana didu-kung oleh sikap keterbukaan, rasa ingin tahu, dan kepekaan peserta didikvterhadap masalah. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran ter-sebut, Treffinger berpendapat bahwa langkah yang paling strategis dalam memecahkan masalah adalah langkah pertama karena di sinilah terletak dasar pengembangan fungsi-fungsi dan kemampuan dasar kreatif, baik kognitif maupun afektifnya. Bila upaya mengembangkan gagasan kreatif untuk mencari berbagai solusi itu berhasil dikembangkan dengan baik, maka kira-kira 60% akan berhasil pada langkah-langkah berikutnya. Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dalam kemampuan pemecahan masalah, maka model Treffinger nampaknya sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika di perguruan tinggi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah matematis pada strata yang lebih tinggi. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan kreatif mahasiswa yang dapat meningkatkan berbagai hal, antara lain: (1) kepercayaan diri dalam 241

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan. (Bambang Priyo Darminto) menjawab pertanyaan, (2) rasa keingintahuan, (3) keberanian mengemukakan jawaban baru, dan (4) kemampuan mengidentifikasi masalah. Manfaat terpenting dalam penelitian ini adalah mengembangkan konsep berpikir mahasiswa dalam rangka memecahkan masalah matematis dengan menggunakan daya kreativitasnya. Dengan kreativitas yang semakin tinggi, mahasiswa diharapkan mempunyai berbagai cara yang benar dalam menyelesaikan berbagai masalah matematis. Jika kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah semaikn meningkat, maka diharapkan kompetensi profesionalnya pun akan semakin meningkat. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika tahun 2013/2014 di UMP. Sampel diambil sebanyak 32 mahasiswa dengan teknik purposive sampling karena peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain: asal SLTA, kuota mahasiswa dalam satu kelas, mata kuliah yang langsung terkait dengan materi matematika di sekolah menengah, dan kedudukan mahasiswa dalam semester tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain kelompok pretes-postes (pretest-postest control group design). Dalam desain ini, sebelum diberi perlakuan sampel diukur dulu kemampuan memecahkan masalah matematisnya dengan pretes (O 1 ), kemudian setelah diberi perlakuan diukur lagi kemampuan memecahkan matematis dengan postes (O 2 ). Kelompok eksperimen diberi pembelajaran model Treffinger, sedangkan kelompok kontrol pembelajarannya secara konvensional, yakni ekspositori dan tanya jawab. Desain penelitian ini disajikan sebagai berikut: O 1 X O 2 O 1 O 2 Keterangan: O 1 : Pretes dan O 2 : Postes X : Model pembelajaran Treffinger Sesuai dengan kemampuan awal mahasiswa, sampel dikategorikan ke dalam tiga kelompok yakni kelompok rendah (lower group), kelompok sedang (middle group), dan kelompok tinggi (upper group). Banyaknya kelompok rendah atau kelompok tinggi 242

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 3, November 2014 kira-kira 25%-27%, sedangkan kelompok menengah/sedang kurang lebih 56%-50%. Pengelompokkan tersebut didasarkan pada hasil skor pretes dari setiap mahasiswa dengan skor ideal sama dengan 100. Penentuan skor ideal ini diperoleh dari 40 item soal pretes dikalikan 2,5. Instrumen peneltian menggunakan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah matematis sebagaimana yang tercantum dalam silabus Kuliah Telaah Kurikulum Matematika. Skema desain faktorial penelitian ini, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Skema Desain Penelitian KMMM KAM Kel. Eksperimen Kel. Kontrol Tinggi ET KT Sedang ES KS Rendah ER KR Keterangan: KAM : Kemampuan Awal Mahasiswa. KMMM : Kemampuan Memecahkan Masalah Matematis : Rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah matematis kelompok tinggi pada kelompok eksperimen. ET : Rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah matematis kelompok sedang pada kelompok eksperimen. ES ER KT KS KR : Rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah matematis kelompok rendah pada kelompok eksperimen. : Rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah matematis kelompok tinggi pada kelompok kontrol. : Rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah matematis kelompok sedang pada kelompok kontrol. : Rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah matematis kelompok rendah pada kelompok kontrol. Untuk menguji hipotesis, menganalisis, dan membahas hasil penelitian, peneliti menggunakan langkah (1) menghitung rata-rata skor pretes untuk menentukan kemampuan awal mahasiswa, (2) mengolah skor pretes dan postes untuk melihat deskripsi kemampuan secara umum, (3) Melakukan analisis statistik uji normalitas, uji homogenitas variansi, dan uji rata-rata dari distribusi skor pretes dan postes, (4) melakukan pembahasan dari setiap pengujian hipotesis, dan (5) penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol sebelum Pemberian Perlakuan Penelitian ini diawali dengan pemberian pretes tentang kemampuan pemecahan masalah matematis kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Deskripsi hasil tes kemampuan awal dari kedua kelompok tersebut disajikan pada Tabel 2. 243

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan. (Bambang Priyo Darminto) Berdasarkan Tabel 2, secara matematis mean dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki skor yang berbeda, namun perbedaannya sangat kecil yaitu 0,807. Jika dilihat simpangan bakunya ternyata kelompok eksperimen memiliki skor yang lebih hiterogen dibanding kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan matematis kelompok eksperimen lebih bervariasi dibanding kelompok kontrol. Deskripsi ini sesuai dengan range skor antara skor maksimum dan skor minimum antara 30 sampai dengan 85. Tabel 2. Deskripsi Skor Tes Kemampuan Awal Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol Group N Mean Std.Dev. Min Max Eksp 32 59,7188 12,35819 30,0 85,0 Kontrol 34 58,9118 9,86382 35,0 80.0 Sebelum kelompok eksperimen diberi perlakuan, terlebih dulu kedua kelompok tersebut diuji keseimbangannya untuk menunjukkan apakah secara statistis perbedaan 0,807 itu signifikan atau tidak. Selanjutnya, sebelum uji keseimbangan dilaksanakan perlu ditunjukkan normalitas dan homogenitas kedua kelompok tersebut. Dalam penelitian ini taraf siginikansi (α) yang digunakan adalah 5%. Uji normalitas dilakukan dengan metode Lilliefors. Hasil perhitungan yang diperoleh pada kelompok eksperimen adalah L hitung maksimum sebesar 0,08975 dan L tabel atau.; sebesar 0,15662 sehingga daerah kritis (DK) lebih besar atau sama dengan 0,15662. Dengan demikian L hitung berada di luar DK. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa kelompok eksperimen terdistribusi normal. Hasil perhitungan yang diperoleh pada kelompok kontrol adalah L hitung sebesar 0,08975 dan L tabel atau.; sebesar 0,15662 sehingga daerah kritis (DK) lebih besar atau sama dengan 0,15662. Dengan demikian L maks berada di luar DK. Sehingga dapat disimpulkan adalah bahwa kelompok kontrol terdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett. Dari hasil perhitungan uji homogenitas, diperoleh bahwa sebesar 1,62 sedangkan atau,; sebesar 3,841. Dengan demikian DK sama dengan 3,8431. Oleh karena itu, tidak berada dalam DK. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebelum pelaksanaan 244

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 3, November 2014 penelitian, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing adalah homogen. Uji keseimbangan dilaksanakan dengan uji t. Berdasarkan data hasil penelitian, hasil uji keseimbangan diperoleh bahwa t hitung sebesar 0,29 dan pada tabel distribusi t ditunjukkan,; sama dengan 1,9977. Ini berarti bahwa nilai DK kurang dari 1,9977 atau lebih dari 1,9977. Dengan demikian, t hitung berada di luar DK. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal yang sama. Artinya bahwa sebelum dilaksanakan pembelajaran Treffinger kelompok-kelompok sampel tersebut memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang relatif sama. Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol setelah Pemberian Perlakuan Setelah kelompok eksperimen melaksanakan pembelajaran dengan model Trefinger dan kelompok kontrol melaksanakan pembelajaran secara konvensional, maka kedua kelompok tersebut diberi postes tentang kemampuan memecahkan masalah. Hasil tes kemampuan memecahkan masalah matematis dari kedua kelompok tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi Skor Tes Kemampuan Akhir Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol Group N Mean Std.Dev. Min Max Eksp 32 76,5313 12,3052 45,0 92,0 Kontrol 34 70,0882 13,7342 40,0 90.0 Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa kedua kelompok mencapai skor maksimum yang berbeda yaitu 92 untuk kelompok eksperimen dan 90 untuk kelompok kontrol. Kedua skor maksimal tersebut adalah 2 atau tidak berbeda jauh sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan potensi mahasiswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol relatif sama. Skor minimum dan rata-rata dari kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Simpangan baku kelompok kontrol sedikit lebih tinggi dibanding kelompok eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kelompok kontrol sedikit lebih bervariasi atau dengan kata lain bahwa kelompok kontrol memiliki kemampuan memecahkan masalah matematis yang lebih hiterogen daripada kelompok eksperimen. 245

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan. (Bambang Priyo Darminto) Berdasarkan Tabel 3, rata-rata skor postest kelompok eksperimen sama dengan 76,5313 dan kelompok kontrol sama dengan 70,0882. Dengan demikian selisih rata-rata skor postest antara kedua kelompok tersebut adalah 6,4431. Secara matematis, rata-rata skor pretest tersebut jelas berbeda, namun secara statistis perbedaan tersebut belum tentu berarti. Artinya, perbedaan skor pretest tersebut belum tentu signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan, dalam uji keseimbangan dengan menggunakan uji t, diperoleh bahwa t hitung sama dengan 2,00279 dan t tabel atau,; sama dengan 1,99773. Dengan demikian, nilai DK kurang dari 1,99773 dan lebih dari 1,99773. Ini berarti bahwa t hitung. Jadi perbedaan skor postest sebesar 6,4431 adalah signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang berarti tentang kemampuan memecahkan masalah matematis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, penerapan pembelajaran model Treffinger dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematis bagi mahasiswa calon guru matematika di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Kesimpulan tersebut ternyata sesuai dengan hasil penelitian Pomalato Sarson Waliyatimas (2005:54) yang menyatakan bahwa penerapan model Treffinger dalam pembelajaran di SMP dapat meningkatkan kemampuan kreatif matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Kesimpulan penelitian ini, menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis tetap dapat ditingkatkan meskipun strata pendidikan siswa semakin tinggi. Seiring dengan meningkatnya kreatif, maka pembelajaran model Treffinger akan dapat meningkatkan kematangan dan kemampuan berpikir mahasiswa. Di perguruan tinggi, kematangan berpikir dan kreativitas mahasiswa calon guru matematika dalam memecahkan masalah matematis semakin baik, seiring dengan perkembangan pengetahuannya. Secara alamiah, proses pengembangan kreativitas dan pengalaman untuk memecahkan masalah matematis ini sudah berlangsung sejak usia dini. Hal ini dapat terjadi karena selama pengembangan kognitif mahasiswa akan mempunyai banyak pengalaman yang dapat membangun sendiri pengetahuannya. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat berasal dari belajar sendiri atau interaksi dengan dengan orang lain atau adanya penerapan model pembelajaran tertentu oleh guru. Sebagai contoh bahwa ketika seseorang belajar di SMP atau SMA, beberapa guru matematika boleh jadi telah menerapkan berbagai model pembelajaran guna meningkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Selanjutnya, dari 246

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 3, November 2014 berbagai pengamatan ketika peneliti menjadi tutor para guru, diketahui bahwa saat ini tidak sedikit guru-guru SD, SMP, dan SMA telah melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penerapan berbagai metode dan model pembelajaran. Di samping itu, sebagai motivator dan fasilitator, guru memberi keleluasaan siswa untuk kreatif menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki (Ekawati; 2013). Dengan demikian kematangan berpikir dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematis dapat meningkat karena memang dikembangkan sejak usia dini. Akhirnya, ketika seseorang duduk di perguruan tinggi ia akan lebih mudah dirangsang untuk meningkatkan kreativitas dan pengalamannya dalam memecahkan soal matematika. Meskipun kenaikan rata-rata skor postest kelompok eksperimen tidak terlalu tinggi yaitu hanya 4,9247, tetapi perbedaan ini secara statistis cukup signifikan. Dengan demikian, pembelajaran dengan model Treffinger dapat diterapkan di perguruan tinggi. Selanjutnya model Treffinger ini perlu dikembangkan dan dipadukan dengan modelmodel pembelajaran lainnya guna meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan mutu pembelajaran yang semakin baik diharapkan kemampuan dan hasil belajar mahasiswa semakin meningkat. KESIMPULAN Terdapat peningkatan yang signifikan mengenai kemampuan memecahkan masalah matematis antara mahasiswa yang diajar dengan menggunakan model Treffinger dengan mahasiswa yang diajar secara konvensional. Hal ini disebabkan oleh adanya kemampuan kreativitas mahasiswa yang semakin berkembang dari sebelumnya. Di samping itu, secara konstruktivistis mahasiswa dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga memiliki konsep yang lebih matang dalam menyelesaikan masalah matematis melalui penyelidikan yang didasarkan metode ilmiah. Dengan demikian, hasil pembelajaran di perguruan tinggi dengan menggunakan model Treffinger dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematis bagi mahasiswa calon guru matematika. 247

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan. (Bambang Priyo Darminto) DAFTAR PUSTAKA Bambang Priyo Darminto. 2013. Analisis Kompetensi Profesional Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Tahun 2012/2013. Purworejo: LPPM Universitas Muhammadiyah Purworejo. Bambang Priyo Darminto. 2012. Strategi Belajar-Mengajar Matematika. Purworejo: Prodi Pendidikan Matematika. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-20010 (HELTS). Jakarta : Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Jakarta : Depdiknas. Ekawati. 2013. Pengertian Model Pembelajaran Treffinger. Online Dari http://eccawati.blogspot.com /2013/03/blog-post.html. diakses 31 Agustus 2013. Pomalato, Sarson Waliyatimas. 2005. Pengaruh Penerapan Model Treffinger dalam Mengembangkan Kemampuan Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Doktor pada PPS-UPI Bandung: Tidak dipublikasikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 248