BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Lapangan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS TEGANGAN DAN DEFORMASI BALOK KANTILEVER CASTELLATED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perbandingan Kekuatan Balok Kastela Dengan Bukaan Dan Tanpa Bukaan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus - menerus

STUDI ANALISIS PEMODELAN TULANGAN BAJA VANADIUM DAN TEMPCORE DENGAN SOFTWARE KOMPUTER

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN

BAB 3 METODOLOGI. Tinjauan Pustaka & Dasar Teori. Pengumpulan Data. Perhitungan Manual. Pembuatan Kurva dengan Parameter Tertentu

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

PRAKTIKUM MENGGAMBAR MESIN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

Jl. Banyumas Wonosobo

f ' c MPa = MPa

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN. atas dan bawah dengan cara digeser sedikit kemudian dilas. Gagasan semacam ini pertama kali dikemukakan oleh H.E.

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Las Pertemuan - 14

viii DAFTAR GAMBAR viii

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

STUDI KEKUATAN RANGKA ATAP TRUSS MENGGUNAKAN PIPA BAJA DENGAN SAMBUNGAN LAS DENGAN PELAT SAMBUNG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Jurnal Teknika Atw 1

STRESS ANALYSIS PADA STAND SHOCK ABSORBERS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE INVENTOR 2015

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam menganalisis tegangan yang terjadi pada balok beton dengan beban yang

32 Media Bina Ilmiah ISSN No

PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

Pertemuan 8 KUBAH TRUSS BAJA

BAB I PENDAHULUAN. tarik yang tinggi namun kuat tekan yang rendah.kedua jenis bahan ini dapat. bekerja sama dengan baik sebagai bahan komposit.

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI KUBUS DAN SILINDER UNTUK MENETUKAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL BIASA DAN PROFIL KASTELA PADA PROYEK GEDUNG PGN DI SURABAYA.

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Studi Perbandingan Beberapa Jenis Penampang Buckling Restrained Braces Akibat Beban Aksial dengan Program Bantu Finite Element Analysis

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD Pemodelan dengan menggunakan program AutoCAD digunakan untuk mencari dimensi yang sesuai dengan variasi dan ukuran baja yang optimal yang digunakan supaya sisa pemotongan yang pada hasil pemodelan tidak tidak terlalu banyak. Berikut adalah parameter yang dijadikan sebagai acuan dalam pemodelan 2D pada AutoCAD seperti pada Gambar 5.1. Gambar 5.1 Benda uji dan parameter yang digunakan Keterangan: H1 : Tinggi balok bagian kiri W : Waste (sisa pemotongan baja untuk dibuang) D : Tinggi Lubang S : Jarak antar lubang yang juga merupakan lebar lubang (diameter) A : Sudut Lubang H2 : Tinggi balok bagian kanan Pemodelan yang dilakukan menghasilkan 72 buah benda uji dengan variasi yang telah ditentukan. Data pemodelan dapat dilihat pada Tabel 5.1 hingga Tabel 5.4 yang dikelompokkan berdasarkan panjang bentang benda uji. 54

55 No Tabel 5.1 Data data dimensi benda uji bentang 2000 ± 100 mm Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut ( ) Diameter Jarak Antar Lubang 1 1993 101 50 50 2 1944 101 50 70 3 1925 104 50 90 4 1964 125 75 50 5 2000 113 45 75 70 6 2121 111 75 90 7 2041 139 100 50 8 1988 151 100 70 9 2048 137 100 90 255 10 2030 100 50 50 11 2068 88 50 70 12 2082 86 50 90 13 2002 125 75 50 14 2096 113 50 75 70 15 2031 112 75 90 16 2072 140 100 50 17 2083 139 100 70 18 1908 151 100 90

56 No Tabel 5.2 Data data dimensi benda uji bentang 2500 ± 100 mm Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut ( ) Diameter Jarak Antar Lubang 1 2592 255 90 45 50 50 2 2500 255 111 45 50 70 3 2606 255 87 45 50 90 4 2496 255 125 45 75 50 5 2417 255 125 45 75 70 6 2382 255 127 45 75 90 7 2446 255 149 45 100 50 8 2461 255 150 45 100 70 9 2592 255 138 45 100 90 10 2599 255 90 50 50 50 11 2428 255 101 50 50 70 12 2526 255 87 50 50 90 13 2489 255 124 50 75 50 14 2500 255 126 50 75 70 15 2500 255 13 50 75 90 16 2434 255 149 50 100 50 17 2528 255 140 50 100 70 18 2463 255 151 50 100 90

57 No Tabel 5.3 Data data dimensi benda uji bentang 3000 ± 100 mm Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut ( ) Diameter Jarak Antar Lubang 1 3041 255 91 45 50 50 2 3105 255 90 45 50 90 3 3063 255 88 45 50 70 4 3018 255 124 45 75 50 5 3067 255 115 45 75 70 6 3126 255 113 45 75 90 7 3040 255 141 45 100 50 8 2930 255 149 45 100 70 9 2880 255 150 45 100 90 10 3021 255 98 50 50 50 11 2973 255 100 50 50 70 12 2935 255 99 50 50 90 13 2976 255 123 50 75 50 14 3095 255 115 50 75 70 15 3000 255 114 50 75 90 16 2988 255 148 50 100 50 17 2979 255 149 50 100 70 18 2982 255 149 50 100 90

58 No Tabel 5.4 Data data dimensi benda uji bentang 3500 ± 100 mm Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut ( ) Diameter Jarak Antar Lubang 1 3494 255 98 45 50 50 2 3484 255 99 45 50 70 3 3524 255 89 45 50 90 4 3539 255 116 45 75 50 5 3500 255 124 45 75 70 6 3400 255 125 45 75 90 7 3439 255 148 45 100 50 8 3420 255 141 45 100 70 9 3427 255 149 45 100 90 10 3592 255 92 50 50 50 11 3500 255 98 50 50 70 12 3392 255 99 50 50 90 13 3467 255 123 50 75 50 14 3512 255 124 50 75 70 15 3487 255 125 50 75 90 16 3541 255 142 50 100 50 17 3411 255 148 50 100 70 18 3500 255 150 50 100 90 Pemodelan benda uji dilakukan toleransi ±100 mm adalah kesulitannya benda uji yang dilakukan pemotongan zig-zag secara miring. Benda uji yang telah dimodelkan ada beberapa yang tidak bisa dimodelkan sesuai dengan toleransi yang diberikan yaitu ±100 mm yang terjadi pada 7 benda uji. Hal tersebut dikarekan jarak antar lubang yang maksimal yaitu 90 mm sehingga ketika dilakukan pemotongan sesuai bentang, akan terjadi kelebihan panjang jika dilakukan pemotongan dengan syarat sisa baja utuh pada bagian kanan adalah sama dengan jarak antar lubang. Tinggi optimal sisi jepit profil non prismatis yang dapat diperoleh pada seluruh benda uji adalah sama sebesar 255 mm. Sisi kiri profil non prismatis dibuat sama agar semua benda uji dapat dibandingkan satu sama lain karena sisi kiri profil merupakan acuan pemodelan yang bertumpuan jepit.

59 2. Perhitungan Sisa Pemotongan Benda Uji Sisa pemotongan benda uji dihitung dengan cara luas sisa pemotongan benda uji pada bagian flange dan web yang diketahui dari program AutoCAD dikalikan dengan tebal profil, kemudian dikalikan dengan berat jenis baja yaitu 7850 kg/m 3 agar menjadi kilogram. Berikut contoh perhitungan sisa pemotongan: Diketahui : - Luas sisa pemotongan pada badan profil (web) = 20937,51 mm 2 - Panjang sisa pemotongan = 456,6757 mm - Tebal badan profil (web) = 5 mm - Luas flange = 525 mm 2 - Luas radius corner = 67.469 mm 2 - Berat Jenis Baja (density) = 7850 kg/m 3 Penyelesaian : = [(Luas sisa pemotongan web x Tebal web) + (Panjang sisa pemotongan flange x Luas flange) + (Panjang sisa pemotongan radius coener x Luas radius corner] x Berat Jenis Baja = [(20937.51 mm 2 x 5 mm) + (456,6757 mm x 525 mm 2 ) + (456,6757 mm x 67,469 mm 2 )] x 7850 kg/m 3 = [375253.7203 mm 3 ] x 7850 kg/m 3 = 3,75254 x 10-4 m 3 x 7850 kg/m 3 = 2,9457 kg Grafik hasil perhitungan sisa pemotongan benda uji untuk setiap bentang disajikan dalam gambar 5.2 hingga 5.5.

Sisa Pemotongan (kg) Sisa Pemotongan (kg) 60 6 5 4 3 2 1 0 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 Benda Uji Gambar 5.2 Grafik sisa pemotongan (kg) benda uji bentang 2000 mm 6 5 4 3 2 1 0 2 6 10 14 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58 62 66 70 Benda Uji Gambar 5.3 Grafik sisa pemotongan (kg) benda uji bentang 2500 mm

Sisa Pemotongan (kg) Sisa Pemotongan (kg) 61 6.0000 5.0000 4.0000 3.0000 2.0000 1.0000 0.0000 3 7 11 15 19 23 27 31 35 39 43 47 51 55 59 63 67 71 Benda Uji Gambar 5.4 Grafik sisa pemotongan (kg) benda uji bentang 3000 mm 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 Benda Uji Gambar 5.5 Grafik sisa pemotongan (kg) benda uji bentang 3500 mm Grafik sisa pemotongan dipengaruhi oleh terjadinya kesalahan pada awal pembuatan benda uji yang dibuat dalam 2 bentuk dengan hanya memundurkan garis batas panjang, maka sisa pemotongan tidak dapat diidentifikasi oleh variasi yang memperngaruhi, yakni besarnya sisa pemotongan tidak dapat diprediksi oleh variasi yang telah ditentukan.

62 B. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program FreeCAD Hasil pemodelan pada program FreeCAD berupa benda uji dalam bentuk 3D dengan input nilai yang digunakan adalah hasil pemodelan yang dilakuakan pada program AutoCAD. Benda uji yang telah menjadi balok kastela non-prismatis disimpan dalam format.step untuk dilanjutkan pada analisis numeris dengan program LISA FEA. Radius corner Las Gambar 5.6 Hasil pemodelan 3D pada program FreeCAD Pemodelan dilakukan dengan mengabaikan radius corner dan pengelasan karena pemodelan pernah dilakukan namun tidak dapat dilakukan generate mesh pada program LISA FEA. Hal tersebut yang menjadi batasan masalah dalam pemodelan yang dilakukan dalam program FreeCAD. C. Hasil Pemodelan dan Analisis pada Program LISA FEA 1. Kovergensi Pemodelan yang dilakukan pada program LISA-FEA adalah dengan dilakukannya konvergensi yang dilakukan pada setiap bentang dengan membandingkan jumlah elemen dan displacement. Proses analisis yang dilakukan pada balok kastela dengan menggunakan program LISA-FEA telah dijelaskan pada BAB IV.

63 Pada Tabel 4.3 disediakan parameter besar elemen, jumlah elemen dan displacement. Jumlah elemen dan displacement kemudian dibuat grafik untuk menentukan ukuran elemen yang akan digunakan dalam proses running agar nilai yang didapatkan tetap presisi. Analisis konvergensi dilakukan pada salah satu benda uji pada masingmasing variasi bentang dengan mengubah ukuran dan jumlah elemen yang digunakan dengan diberikan beban yang tetap dan dicatat nilai displacementnya. Data-data hasil jumlah elemen dan displacement dari setiap besar volume element size dikumpulkan dalam program microsoft excel untuk kemudian diolah kedalam bentuk grafik hasil konvergensi. Hasil analisis konvergensi pada setiap bentang disajikan pada Tabel 5.5 hingga Tabel 5.8 dan Gambar 5.7 hingga Gambar 5.10. a. Bentang 2000 mm Tabel 5.5 Hasil running ukuran elemen Besar Jumlah Disp 250 8083-8.693 100 8175-8.694 95 8181-8.694 90 8217-8.693 80 8230-8.694 60 8271-8.701 55 8421-8.701 50 8456-8.702 45 8720-8.703 40 9032-8.707 35 9554-8.708 30 10131-8.71 25 11481-8.712 20 15298-8.713 15 21581-8.715 10 43850-8.717

Displacement 64-8.69-8.695-8.7-8.705-8.71-8.715-8.72 0 10000 20000 30000 40000 50000 Jumlah elemen Gambar 5.7 Grafik konvergensi benda uji bentang 2000 mm Tabel 5.6 Beban dan tegangan pada benda uji Beban Tegangan 2 282.1 2.5 352.6 2.6 366.7 3 423.2 2.8 395 2.85 402 Pembebanan yang diberikan pada benda uji dengan bentang 2000 mm adalah 2,8 Ton dengan hasil tegangan yang ditunjukkan adalah 395 MPa sebelum baja mengalami leleh.

Displacement 65 b. Bentang 2500 mm Tabel 5.7 Hasil running ukuran elemen Besar Jumlah Disp 300 7549-15.38 250 7549-15.38 200 7549-15.38 150 7549-15.38 100 7594-15.39 80 7605-15.39 75 7611-15.29 70 7737-15.39 65 7814-15.4 60 8022-15.4 50 8197-15.42 45 8470-15.42 40 8678-15.42 35 9084-15.43 30 9899-15.43 25 12391-15.44 15 25717-15.45 10 53986-15.45-15.28-15.3-15.32-15.34-15.36-15.38-15.4-15.42-15.44-15.46 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 Jumlah elemen

66 Gambar 5.8 Grafik konvergensi benda uji bentang 2500 mm Tabel 5.8 Beban dan tegangan pada benda uji c. Bentang 3000 mm Beban Tegangan 2 299 3 448.5 2.5 373.8 2.65 391.8 2.7 399.2 2.75 411.1 Tabel 5.9 Hasil running ukuran elemen Besar Jumlah Disp 150 10686-21.72 100 10736-21.72 70 10839-21.73 65 10801-21.73 50 11194-21.74 45 11671-21.74 40 11975-21.74 35 12583-21.75 30 13556-21.75 20 20934-21.76 15 31977-21.76

Displacement 67-21.715-21.72-21.725-21.73-21.735-21.74-21.745-21.75-21.755-21.76-21.765 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 Jumlah elemen Gambar 5.9 Grafik konvergensi benda uji bentang 3000 mm Tabel 5.10 Beban dan tegangan pada benda uji Beban Tegangan 2 336.4 3 504.6 2.3 386.9 2.5 420.5 2.35 395.3 2.4 403.7

Displacement 68 d. Bentang 3500 mm Tabel 5.11 Hasil running ukuran elemen Besar Jumlah Disp 300 13353-35.74 250 13353-35.74 200 13353-35.74 150 13447-35.74 90 13482-35.74 85 13588-35.74 70 13693-35.75 60 13774-35.75 55 13824-35.75 50 13809-35.75 45 14601-35.76 40 15011-35.76 20 25628-35.77 15 35748-35.77-35.735-35.74-35.745-35.75-35.755-35.76-35.765-35.77-35.775 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Jumlah elemen Gambar 5.10 Grafik konvergensi benda uji bentang 3500 mm Tabel 5.12 Beban dan tegangan pada benda uji Beban Tegangan 2.3 421.3 2.2 403 2.15 393.9

Displacement 69 2. Hasil Tegangan Von Mises dan Displacement Beban yang telah diketahui setelah melakukan konvergensi kemudian dimasukkan pada pembebanan secara tetap pada setiap variasi bentang. Pembebanan yang dilakukan pada program LISA-FEA akan menghasilkan beberapa hasil yaitu Displacement pada sumbu X, Y, Z; Tegangan XX, YY, ZZ, XY, YZ, dan ZX; Tegangan Von Mises; Displacement Magnitude; Tegangan Principal 1, 2, dan 3. Hasil running yang dipakai pada penelitian ini adalah tegangan von mises dan displacement magnitude. Running dilakukan pada setiap benda uji untuk kemudian disajikan dalam grafik. Pemberian beban pada benda uji akan menyebabkan tegangan leleh profil baja yang digunakan. Tegangan leleh profil baja yang digunakan pada penelitian ini adalah 400 MPa. Berikut data data hasil tegangan von mises dan displacement : a. Bentang 2000 mm 13 12 11 10 9 8 D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D75-S50 D100-S50 7 50 70 90 Jarak Antar Lubang Gambar 5.11 Grafik hasil displacement bentang 2000 mm Pada Gambar 5.11 ditunjukkan bahwa displacement terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 75 mm dan sudut 45 yaitu -12,53 mm dan nilai displacement terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 dengan nilai sebesar -7.806 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

Displacement Tegangan Von Mises (MPa) 70 tinggi diameter lubang maka displacement yang terjadi pada bentang 2000 mm semakin kecil. 400 380 360 340 320 300 280 260 50 70 90 Jarak Antar Bentang (Mm) D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D75-S50 D100-S50 Gambar 5.12 Grafik hasil tegangan bentang 2000 mm Pada Gambar 5.12 ditunjukkan bahwa tegangan terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 yaitu 395 MPa dan nilai tegangan terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm dan sudut 45 dengan nilai sebesar 267,8 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka tegangan yang terjadi pada bentang 2000 mm semakin besar. b. Bentang 2500 mm 22 21 20 19 18 17 16 D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D75-S50 D100-S50 15 50 70 90 Jarak Antar Ubang Gambar 5.13 Grafik hasil displacement bentang 2500 mm Pada Gambar 5.13 ditunjukkan bahwa displacement terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm dan sudut 45 yaitu -21,11 mm dan nilai

Displacement Tegangan Von Mises (MPa) 71 displacement terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 dengan nilai sebesar -14,96 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka displacement yang terjadi pada bentang 2500 mm semakin kecil. 405 385 365 345 325 305 285 50 Jarak Antar 70 Lubang (Mm) 90 D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D75-S50 D100-S50 Gambar 5.14 Grafik hasil tegangan bentang 2500 mm Pada Gambar 5.14 ditunjukkan bahwa tegangan terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 yaitu 399,2 MPa dan nilai tegangan terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm dan sudut 50 dengan nilai sebesar 287,3 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka tegangan yang terjadi pada bentang 2500 mm semakin besar. c. Bentang 3000 mm 30 29 28 27 26 25 24 D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D75-S50 D100-S50 23 50 70 90 Jarak Antar Lubang Gambar 5.15 Grafik hasil displacement bentang 3000 mm

Tegangan Von Mises (MPa) 72 Pada Gambar 5.15 ditunjukkan bahwa displacement terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm dan sudut 45 yaitu -29,46 mm dan nilai displacement terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 45 dengan nilai sebesar -14,96 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka displacement yang terjadi pada bentang 3000 mm semakin kecil. 400 380 360 340 320 D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D65-S50 D100-S50 300 50 70 90 Jarak Antar Lubang Gambar 5.16 Grafik hasil tegangan bentang 3000 mm Pada Gambar 5.16 ditunjukkan bahwa tegangan terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 yaitu 395,3 MPa dan nilai tegangan terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm dan sudut 50 dengan nilai sebesar 303,3 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka tegangan yang terjadi pada bentang 3000 mm semakin besar.

Tegangan Von Mises (MPa) Displacement 73 d. Bentang 3500 mm 44 42 40 38 36 34 D50-S45 D75-S45 D100-S45 D50-S50 D75-S50 D100-S50 32 50 70 90 Jarak Antar Lubang Gambar 5.17 Grafik hasil displacement bentang 3500 mm Pada Gambar 5.17 ditunjukkan bahwa displacement terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm dan sudut 50 yaitu -42,63 mm dan nilai displacement terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 dengan nilai sebesar -32,03 mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka displacement yang terjadi pada bentang 3500 mm semakin kecil. 400 390 380 370 360 350 340 330 320 310 D50-S45 D75-S50 D100-S50 D50-S50 D75-S50 D100-S50 300 50 70 90 Jarak Antar Lubang Gambar 5.18 Grafik hasil tegangan bentang 3500 mm

74 Pada Gambar 5.18 ditunjukkan bahwa tegangan terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm dan sudut 50 yaitu 395,4 MPa dan nilai tegangan terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 75 mm dan sudut 50 dengan nilai sebesar 309,9 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diameter lubang maka tegangan yang terjadi pada bentang 3500 mm semakin besar.