II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Kata tinjauan historis secara etimologi terdiri dari dua kata, yakni tinjauan dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

Ruang Lingkup Hukum Agraria

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Pada saat proses penulisan laporan ini, penulis memerlukan suatu hal yang

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam

HUKUM DAN KEBIJAKAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

LAND REFORM INDONESIA

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

HUKUM AGRARIA NASIONAL

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

"',.).' i-" / ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PATNA SUNU POLITIK HUKUM DALAM TRANSFORMASI HVKUM AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

Pertemuan ke-2 GARIS-GARIS BESAR PERKEMBANGAN HUKUM TANAH DI INDONESIA. Dosen : Dr. Suryanti T. Arief SH.,MBA.,MKn

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa,

BANK TANAH: ANTARA CITA-CITA DAN UTOPIA CUT LINA MUTIA

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan

BAB I PENDAHULUAN. petani penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Oleh karena itu tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

ABSTRAKSI SKRIPSI PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

A. Latar Belakang Masalah

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah sebagai salah satu kebutuhan dalam penyelenggaraan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN ANTARA HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT KETENTUAN KUHPerdata Dan UUPA

1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

Kebijakan Agraria Berbau Kolonial?

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

JAWABAN SOAL RESPONSI UTS HUKUM AGRARIA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu :

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pokok permasalahan utama. Instruksi Gubernur tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

HUKUM AGRARIA. Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah. Dalam Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang pokok dan bersifat mendesak. Tanpa hal-hal tersebut, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pelaksanaan Penetapan dan

MODEL PENATAAN YURIDIS TANAH TERLANTAR (STUDI KASUS TANAH-TANAH TERLANTAR DI KABUPATEN MALANG)

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

PEMANDANGAN UMUM. UUPA mulai berlaku pada tanggal 24 September Undang-undang ini

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gorontalo. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah pertama, melakukan observasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tidak seimbang. Dari ketidakseimbangan antara jumlah luas tanah

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

BAB V. PENUTUP. (dua) permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu:

TINJAUAN PUSTAKA. penelaahan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Menurut definisi yang paling u.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah. Tanah sangat penting bagi manusia sebagi tempat

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

ANALISA YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM PRONA DALAM RANGKA PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH (Studi Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan)

HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. 1 Henry Bernstein,Jurnal of Agrarian Change, Vol.13 No.2, 2013 Blackwell Publishing Ltd, London, 2013, Hal

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

SILABUS. I. Mata Kuliah : HUKUM AGRARIA Kode : HTN 028 Fakultas : Syari ah Program Studi : Hukum Tata Negara Program : S.1

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka A.1. Konsep Tinjauan Historis Kata tinjauan historis secara etimologi terdiri dari dua kata, yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa, dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan (Kamisa, 1997: 554). Kata historis berasal dari kata benda Yunani Istoria, yang berarti ilmu (Notosusanto, 1984: 27). Dalam perkembangan jaman, kata Latin yang sama artinya yakni Scientia lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan kajian sistematis non kronologis mengenai gejala alam, sedangkan kata istoria biasanya diperuntukkan bagi penelitian mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Menurut definisi yang paling umum, kata History kini berarti masa lampau umat manusia. Sejarah menurut bahasa Jerman adalah Geschichte, yang berasal dari kata Genschehen yang berarti terjadi (Notosusanto,1984: 28). Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata Historis dikenal dengan istilah sejarah. Adapun pengertian Historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis

10 untuk mencari kebenaran. (Nazir, 2005). Menurut H. Ruslan Abdulgani yang dikutip oleh Mohammad Ali, mengatakan bahwa: Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan. (Ali, 1974: 30). Berdasarkan beberapa konsep di atas, maka sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dilakukan oleh manusia dan ditulis secara kritis dan sistematis yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui serta menentukan kebijakan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinjauan historis memiliki pengertian sebagai suatu bentuk penyelidikan ataupun penelitian terhadap gejala peristiwa masa lampau manusia baik individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritis dan sistematis yang meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu atau dengan kata lain secara kronologis, dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut. Dalam mempelajari sejarah, ada beberapa manfaat dan kegunaannya. Menurut Nugroho Notosusanto, kegunaan sejarah ada tiga yaitu : 1. Memberi pelajaran (edukatif), bahwa kita dapat belajar dari pengalamanpengalaman di masa lampau yang dapat dijadikan pelajaran sehingga halhal buruk dapat dihindari.

11 2. Memberi ilham (inspiratif), bahwa tindakan kepahlawanan dan peristiwaperistiwa di masa lampau dapat mengilhami kita semua pada taraf perjuangan sekarang. Peristiwa- peristiwa yang benar akan memberi ilham yang besar pula. 3. Memberi kesenangan (rekreatif), bahwa kita bisa terpesona oleh kisah yang baik, sebagaimana kita bisa terpesona oleh sebuah roman yang bagus dengan sedihnya kita berhasil mengangkat seni. (Notosusanto, 1984: 30). Berdasarkan beberapa konsep di atas, perlu dikemukakan juga bahwa manfaat mempelajari sejarah adalah agar kita dapat mengetahui peristiwa masa lampau yang dilakukan manusia yang menjadi inspirasi dan acuan untuk melakukan tindakan yang bijaksana pada masa sekarang dan yang akan datang. Jadi, tinjauan historis adalah suatu penelitian dengan meninjau kembali kejadiankejadian di masa lampau dengan melalui dokumen-dokumen, arsip atau benda peninggalan yang merupakan bukti autentik peristiwa di masa lampau. A.2 Konsep Pemberlakuan Undang-Undang Syarat mutlak berlakunya sebuah undang-undang ialah diundangkannya dalam lembaran negara oleh sekretaris negara. Undang-undang mulai berlaku menurut tanggal yang ditentukan dalam undang-undang itu sendiri. Jika di dalam undangundang itu sendiri tidak memuat kapan undang-undang itu akan berlaku, maka untuk Pulau Jawa mulai berlaku sejak hari ke tiga puluh setelah diundangkannya dalam lembaran negara serta seratus hari untuk diluar jawa. (Ainur Arrasyd, 53). Berdasarkan teori ini maka undang-undang pokok agraria tahun 1960 mulai berlaku saat diundangkannya dan tercatat dalam lembaran negara. Hal ini sesuai dengan isi dari undang-undang pokok agraria ini yang menyatakan bahwa

12 undang-undang ini disebut undang-undang agraria dan mulai berlaku mulai tanggal diundangkannnya. A.3 Konsep Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960 Dari awal pembentukan panitia agraria sampai disahkannya Undang-Undang Pokok Agraria dibutuhkan waktu selama 12 tahun. Upaya pemerintah untuk membentuk panitia Undang-Undang Agraria yang baru ini diawali dengan membentuk Panitia Yogya pada tahun 1948 yang memiliki tugas menyusun draft Undang-Undang Agraria. Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria yang baru ini bermaksud menggantikan Undang-Undang Agraria warisan Pemerintahan Kolonial Belanda yang tidak sesuai lagi dengan semangat kemerdekaan Indonesia. Undang-undang pokok ini bermaksud membuat peraturan hukum yang berlaku untuk semua golongan penduduk tanpa terkecuali. Dengan undang-undang ini dicabutlah sebagian besar ketentuan-ketentuan hukum yang termuat dalam buku II kitab undang-undang hukum perdata (Burgerlijk Wetboek, B.W ) dan hak-hak atas tanah menurut hukum eropa yang mendasarkan diri kepada ketentuan-letentuan dalam kitab itu. (Wignjosoebroto 1994: 212). Undang-undang yang dicabut setelah pemerintah memberlakukan undang-undang pokok adalah sistem undang-undang yang bertalian erat dengan kepentingan penjajah. Peraturan yang bersifat umum maupun khusus, yaitu: pasal Agrarische Besluit, Algemene Domein Verklaring, Domein Verklaring untuk Sumatra dan Domein Verklaring untuk keresidenan Manado (Muchsin, 2007: 50). Dalam sidang DPR-GR tanggal 12 September 1960 Menteri Agraria Sadjarwo menyatakan perjuangan perombakan hukum agraria nasional berjalan erat

13 dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari cengkraman pengaruh dan sisa penjajahan. Khususnya perjuangan kaum tani untuk membebaskan diri dari kekangan sistem feodal atas tanah dan pemerasan kaum modal asing. Berdasarkan penjabaran di atas Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960 merupakan kebijakan pemerintah yang berbentuk undang-undang mengenai masalah pertanahan nasional yang mulai dibentuk olah panitia agraria tahun 1948, disahkan dan mulai berlaku tanggal 24 September 1960 yang bertujuan menggantikan undang-undang agraria warisan pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan pokok dari diundangkannya UUPA adalah (i) meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat adil dan makmur, (ii) meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan, (iii) meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. Dari uraian diatas maka terdapat tiga konsep dasar dalam UUPA yaitu: a. hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat; Eksistensi dan wewenang negara sebagai organisasi tertinggi bangsa dinyatakan dalam hak menguasai negara atas bumi, air, dan ruang angkasa sebagai penjabaran pasal 33 UUD 1945 yang digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat;

14 b. Pelaksanaan program Landreform. Asas-asas dan ketentuan pokok Landreform dijumpai dalam UUPA. Landreform dalam arti sempit merupakan serangkaian tindakan dalam rangka Agraria Reform Indonesia (Boedi Harsono, 1999:350). Oleh Effendi Perangin (1986:121) membagi program Landreform dalam arti sempit dan Landreform dalam arti luas. Program Landreform dalam arti luas biasa disebut Agraria atau Reform atau Pancaagraria. c. Program yang meliputi: Pembaharuan hukum agraria yaitu dengan mengadakan perombakan terhadap sendi-sendi hukum agraria lama yang tidak sesuai dengan kondisi dan situasi jaman dan menggantikan dengan perkembangan masyarakat modern. UUPA hanyalah pokok tentang peraturan-peraturan mengenai masalah agraria, maka demi kelancaran dalam pelaksaannya pemerintah melengkapi UUPA dengan peraturan-peraturan lain : 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 56/60 tentang penetapan luas tanah 2. Undang-Undang Nomor 2 tahun tahun 1960 tentang bagi hasil 3. Peraturan Pemerintah Nomor 224 tahun 1961 tentang pelaksanaan pembagian tanah dan pemberian ganti rugi.(kartasapoetra, 1991: 104). A.4. Konsep Landreform Landreform berasal dari bahasa Inggris yaitu Land dan Reform. Land artinya tanah, sedang Reform artinya perombakan atau perubahan untuk membangun atau membentuk atau menata kembali struktur pertanian baru. Landreform dalam arti sempit adalah penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah, merupakan bagian pokok dalam konsep reform agraria (agraria reform).

15 Boedi Harsono menyatakan bahwa : Landreform meliputi perompakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan yang bersangkutan dengan penguasaaan tanah. Ini berarti bahwa nampaknya selama belum dilaksanakannya landreform keadaan pemilikan dan penguasaan tanah di Indonesia dipandang perlu dirubah strukturnya. (Harsono, 1997: 364) Menurut King menunjukan bahwa pada umumnya perbedaan pengertian dan definisi menyoroti 2 pengertian secara umum, yaitu : 1. Landreform is a inveriably a more t, publiciy controlled change in the existing character of land ownership. 2. It normally attempt a diffusion of wealth and produstive capacity. (Supriadi, 2007: 202). Bila dilihat dari arti di atas, pada dasarnya Landreform memerlukan program redistribusi tanah untuk keuntungan pihak yang mengerjakan tanah dan pembatasan dalam hak-hak individu atas sumber-sumber tanah. Di Indonesia terdapat perbedaan antara agraria reform dan Landreform. Agrarian reform diartikan sebagai landreform dalam arti luas yang meliputi 5 program: 1. Pembaharuan Hukum Agraria. 2. Penghapusan hak-hak asing dan konsepsi-konsepsi kolonial atas tanah. 3. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur. 4. Perombakam mengenal pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah. 5. Perencanaan persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu secara berencana sesuai dengan daya kesanggupan kemampuannya. (Harsono 1997: 3). Cohen mengartikan reformasi agraria adalah berbagai upaya yang luas dari pemerintah yang mencakup berbagai macam kebijakan pembangunan melalui cara-cara: peraturan restribusi tanah, upaya-upaya menumbuhkan produktivitas, kredit kelembagaan, pajak pertanahan, peraturan mengenai penyakapan dan upah, dan pemindahan dan pembukuan tanah baru.

16 Pembaharuan agraria yang efektif, menurut Flores haruslah memenuhi beberapa kriteria berikut ini: Pembaharuan agraria haruslah mengambil tanah produktif beserta pendapatannya, Pembaharuan agraria haruslah dilakukan sesegera mungkin dan secara masif (meluas) serta pembaruan agraria haruslah disertai oleh kebijakan pembangunan yang lebih bersemangat di dalam pertanian maupun di luarnya. Pembaharuan agraria adalah suatu upaya korektif untuk menata ulang struktur agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang bersendi kepada keadilan agraria. B. Kerangka Pikir Pasca kemerdekaan pemerintah dituntut untuk menciptakan suatu Undang- Undang Agraria yang baru sebagai ganti dari Agrarische Wet Warisan kolonial Belanda. Desakan ditimbulkan dari pakar hukum serta organisasi-organisasi. Untuk menciptakan Undang-Undang Agraria yang baru, pemerintah membentuk panitia khusus yang terdiri dari pakar hukum. Diperlukan waktu 12 tahun dalam penyusunan Undang-Undang Agraria tersebut, terhitung sejak dibentuk panitia awal pada tahun 1948 sampai diberlakukanya Undang-Undang Agraria yang baru itu tahun 1960. Pasca pemberlakuan undang-undang agraria yang baru, pemerintahan Soekarno mengambil kebijakan-kebijakan strategis mengenai masalah agraria di Indonesia. Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan agraria baru yang sesuai dengan isi dan penjabaran dari Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tahun 1960.

17 Untuk menciptakan kondisi yang stabil di Indonesia terutama dalam masalah agraria, pemerintah mengadakan pendataan ulang tanah-tanah garapan yang ada di Indonesia baik itu yang sedang digarap oleh petani maupun tanah yang terbengkalai, disusul dengan pendistribusian tanah-tanah kepada seluruh petani di Indonesia, agar tidak ada lagi petani yang tidak memiliki lahan garapan. Pembaharuan agraria setelah pemberlakuan UUPA bersifat menyeluruh, mulai dari pendataan ulang tanah-tanah yang ada sampai pembagian tanah tersebut kepada petani yang berhak dan pantas menerimanya dengan harapan tercapainya kesejahteraan kepada seluruh masyarakat indonesia. Cita-cita ini sudah tertuang dalam pembukaan undang-undang dasar.

18 C. Paradigma Pemberlakuan UUPA 1960 Penataan ulang masalah agraria Redistribusi tanah Pelaksanaan Hasil Keterangan: : garis kebijakan : garis sebab

19 REFERENSI Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Idayu Prees. Jakarta. Halaman 27. Ibid. Halaman 28. Ibid. Halaman 30. Chainur arrasjid.2006. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika Halaman 53 : Jakarta. Soetandyo Wignjosoebroto. 1994. Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional (Dinamika Sosial Politik Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia) Rajawali Press, Jakarta. Halaman 212. Boedi Harsono. 1997. Undang-Undang Pokok Agraria Sedjarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agrarian; Isi Dan Pelaksanaannya, Djambatan : Jakarta. Halaman 350. Kartasapoetra dkk. 1986. Masalah Pertanahan di Indonesia. PT Bina Aksara: Jakarta. Halaman 104. Boedi Harsono. 1997. Op Cit. Halaman 3.