BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat. Masyarakat mulai tertarik dengan dunia investasi untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Menurut Fakhruddin (2008:9), pasar modal memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk berinvestasi pada beragam instrumen finansial seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Instrumen pasar modal dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: ekuitas, surat utang, reksa dana dan derivatif. Masing-masing instrumen memiliki karakteristik yang khas dengan tingkat potensi keuntungan dan resiko yang berbeda-beda. Investasi telah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi masyarakat modern saat ini. Namun investor biasanya mengalami kendala untuk melakukan investasi secara langsung terhadap surat-surat berharga. Kendala tersebut antara lain perlunya melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja pasar secara terus-menerus yang sangat menyita waktu. Hal tersebut sekarang bukan menjadi masalah yang menghalangi para investor untuk melakukan investasi, karena para calon investor dapat memberikan kepercayaannya kepada manajer investasi untuk mengelola dana yang mereka miliki. Pada tahun 1995 diperkenalkan sebuah instrumen investasi baru yang disebut reksa dana. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 1
2 Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan para pemodal lokal yang berinvestasi di pasar modal (Azis et al., 2015:66). Banyak investor yang memilih reksa dana dalam berinvestasi dikarenakan pada reksa dana tersebut tidak dibutuhkan kemampuan dalam menangani modalnya. Investasi tersebut akan dikelola oleh manajer investasi yang profesional sehingga para investor dapat mempercayakan dananya kepada manajer investasi. Dalam berbagai macam reksa dana, investor banyak memilih berinvestasi pada reksa dana saham karena pada reksa dana saham dapat memberikan return yang maksimal. Namun pada tahun 2014 reksa dana saham mengalami penurunan dari 0,0408 menjadi 0,0213. Penilaian terhadap pengembalian reksa dana saham penting dilakukan, karena faktor makro ekonomi dapat mempengaruhi kinerja reksa dana saham sehingga dapat pula menghitung tingkat pengembalian reksa dana saham, dengan melakukan penilaian terhadap pengembalian reksa dana saham dapat mengetahui kemampuan reksa dana dalam menghasilkan keuntungan dan bersaing dari reksa dana jenis lainnya. Return dari reksa dana dikenal dengan nilai aktiva bersih (NAB) di mana nilainya akan diperbarui setiap hari berdasarkan hasil
3 transaksi reksa dana pada hari tersebut. Besarnya NAB dari suatu reksa dana merupakan alat ukur untuk menilai kinerja reksa dana (Sholihat et al., 2015:2). Ketika kondisi makro ekonomi suatu negara tidak stabil dan berpengaruh baik secara positif atau negatif maka secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap perusahaan di Indonesia ini, karena berdampak pada penjualan atau pendapatan para perusahaan yang bisa saja laba perusahaan saat ini lebih baik dari tahun lalu atau bisa juga kemungkinannya laba perusahaan saat ini akan lebih rendah daripada tahun lalu. Pengaruh pendapatan suatu perusahaan akan berdampak terhadap harga saham perusahaan yang sudah go public karena persepsi investor, apabila perusahaan mendapatkan laba yang lebih besar daripada tahun lalu maka investor pun akan mendapatkan bagian dari laba perusahaan tersebut dalam bentuk dividen tunai ataupun saham. Jika menurut investor perusahaan ini dapat menghasilkan laba yang menguntungkan maka investor akan membeli saham perusahaan tersebut, jika perusahaan kurang baik dalam menghasilkan laba maka investor tidak akan membeli atau investor tersebut akan menjual saham perusahaan yang telah dipegang. Oleh karena itu, kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa yang akan datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan (Tandelilin, 2010:341). Menurut Sholihat et al. (2015:2) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian reksa dana saham dikelompokan menjadi tiga, yaitu: faktor keamanan politik, kondisi pasar global, dan faktor makro ekonomi. Investor harus
4 mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Indikator ekonomi makro seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah dan lainnya. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya juga dapat berpengaruh pada tingkat pengembalian investasi. Selain dari faktor inflasi, tingkat bunga, kurs rupiah dan lainnya, faktor lain yang dijadikan pertimbangan investor untuk mempercayakan dananya pada investasi reksa dana adalah indikator kegiatan di bursa yang diterjemahkan dalam bentuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Widoatmodjo (2009:96) menyatakan jika indeks harga saham gabungan sedang menunjukkan adanya penurunan, maka pasar dalam keadaan lesu. Namun tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi di atas akan diteliti. Menurut penilitian yang dilakukan oleh Sholihat et al. (2015:6) menunjukkan bahwa secara simultan bersama-sama dan secara parsial faktor makro ekonomi berupa variabel inflasi, suku bunga SBI dan IHSG memiliki pengaruh signifikan terhadap return reksa dana saham. Di mana variabel inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap return reksa dana saham yang berarti jika tingkat inflasi naik maka tingkat pengembalian reksa dana saham akan turun. Penelitian yang dilakukan oleh Monjazeb dan Ramazanpour (2013:15) juga menyatakan bahwa tingkat variabel inflasi dan variabel exchange rate (nilai tukar) memiliki pengaruh signifikan terhadap return reksa dana saham. Sedangkan menurut Trivanto et al. (2015:1) bahwa pada periode 2009-2014
5 variabel suku bunga SBI, tingkat inflasi, Indeks Hang Seng (HSI), Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) dan nilai tukar rupiah tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap pengembalian reksa dana saham. Dari pengujian-pengujian yang telah dilakukan oleh berbagai peneliti sebelumnya terjadi kesenjangan hasil penelitian (research GAP) mengenai suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, tingkat inflasi, dan exchange rate (nilai tukar). Karena tidak semua variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap pengembalian reksa dana saham, penyebab lainnya juga dapat dijadikan tolak ukur dalam mengambil keputusan investasi, misalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks bursa asing seperti KLSE, HSI, Indeks Nikkei maupun Indeks SSE. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai, Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat Pengembalian Reksa Dana Saham di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham? 2. Apakah tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham?
6 3. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut disusunlah penelitian dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. 3. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang diperoleh. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi sumbangan pada ilmu, terutama dalam bidang manajemen keuangan yang dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada manajemen investasi di Perusahan Reksa Dana dalam menetapkan langkah mengenai suku bunga SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap pengembalian reksa dana saham.
7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari meluasnya pembahasan dan lebih mengarah terhadap permasalahan agar tidak terjadi kesimpangsiuran, maka penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh suku bunga SBI, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham di Indonesia. Obyek yang akan diteliti adalah reksa dana saham pada periode 2013-2015.